Institut Pertanian Bogor (IPB) baru saja mengubah nama kampusnya ke dalam bahasa Inggris menjadi IPB University. Sebelumnya, IPB dalam bahasa Inggris diartikan sebagai Bogor Agricultural University atau Bogor Agricultural Institute. Perubahan ini dilakukan demi memastikan corporate brand IPB lebih sederhana dan terjaga. “Ada beberapa corporate brand yang menempuh strategi ini untuk memberikan simplicity dalam pengucapannya tetapi lebih solid dalam exposure-nya dan menjelaskan janji brand-nya. Untuk itulah IPB mengubah brand ‘Bogor Agricultural University’ menjadi ‘IPB University’,” ungkap Rektor IPB, Dr. Arif Satria dalam keterangan tertulisnya pada Rabu, 30 Januari 2019.
Berganti Universitas, Rumpun Ilmu di IPB Sudah Semakin Beragam
Dalam Perguruan Tinggi, universitas memang menjadi jenis yang paling umum ditemui. Namun, jenis ini bukan satu-satunya. Ada Sekolah Tinggi, Politeknik, Akademi, dan Institut yang juga termasuk dalam perguruan tinggi. Setiap jenis ini memiliki bentuknya masing-masing. Berubahnya IPB dari Institut menjadi Universitas pun memiliki makna tertentu.
Institut adalah sebuah perguruan tinggi yang di dalamnya terdapat sejumlah fakultas dari satu jenis keilmuan yang sama. Dalam kasus IPB, kampus ini didirikan di tahun 1963 dengan tujuan berfokus pada ilmu-ilmu pertanian. Awalnya, kampus ini diharapkan dapat menjadi pusat studi untuk meningkatkan ketahanan pangan dan bioenergi, sekaligus menciptakan pekerjaan, mengurangi kemiskinan, dan menjaga lingkungan. Fakultasnya kala itu pun hanya ada lima, yakni Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan, Fakultas Peternakan, dan Fakultas Kehutanan. Dari awal, sudah terlihat bahwa fokus IPB hanya pada satu ilmu saja, seperti institut-institut pada umumnya.
Seiring berjalannya waktu, IPB tidak hanya bertahan dengan kelima fakultas awal. Kini, setidaknya IPB sudah memiliki sembilan fakultas. Dari kesembilan fakultas tersebut, ternyata tidak semuanya lagi berhubungan dengan pertanian. Ada Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang cukup berbeda dengan ilmu pertanian. Hal ini pun membuat IPB tidak lagi jatuh pada kategori institut, melainkan universitas.
Dalam definisinya, universitas sedikit berbeda dari institut. Bedanya terdapat di batasan jumlah rumpun ilmu. Untuk institut, rumpun ilmunya hanya dibatasi satu saja. Sedangkan universitas memiliki jumlah rumpun ilmu dua atau lebih. Hal ini lah yang membuat IPB pada akhirnya melakukan rebranding menjadi universitas.
Kegiatan rebranding menjadi universitas ini pun diikuti oleh penggantian slogan. Sebelumnya, slogan IPB adalah “Searching and Serving the Best”. Dilansir dari Radarbogor.id, slogan tersebut dianggap sebagai sebuah keharusan dan kekuatan institusi. Hal ini lah yang membuat IPB University merasa perlunya janji baru yang lebih berbeda. Hasilnya, slogan baru pun terpilih, yakni “Inspiring Innovation with Integrity.”
Dalam mengkaji kesehatan brand, terdapat dua cara berbeda, yakni jalan pintas dan penelusuran secara seksama. Menurut Arif, pendidikan tinggi adalah jasa yang bersifat multiple stakeholder, sehingga jalan pintas tidak direkomendasikan. “Ada berbagai pendekatan untuk mengevaluasi kesehatan brand. Ada cara’jalan pintas’ vs ‘penelusuran secara seksama’. Oleh karena layanan dalam pendidikan tinggi ini bersifat jasa yang mempunyai multiple stakeholder, maka jalan pintas tidak direkomendasikan. Pendekatan ethnography marketing yang dipilih dalam riset ini merupakan jalan panjang penelusuran untuk memahami konsumen secara holistik dari berbagai sudut dan perspektif,” ungkapnya.