Isu Terkini

Eka Tjipta Meninggal, Bagaimana Nasib Sinar Mas Group?

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Puluhan karangan bunga berjejer di sekitar Rumah Duka RSPAD. Salah satu karangan bunga itu dari Presiden Joko Widodo dan keluarga. Eka Tjipta Widjaja meninggal dunia Sabtu malam (26/1), sekitar pukul 19.43 WIB. Dia adalah  salah satu konglomerat di Indonesia yang mendirikan bisnis raksasa bernama Grup Sinar Mas.

“Jenazah disemayamkan di Rumah Duka Gatot Subroto Jakarta,” kata Managing Director Sinar Mas Group Gandhi Sulistyanto dalam keterangan tertulisnya.

Selain karangan bunga dari orang nomor satu di Indonesia, calon presiden dan wakil presiden nomor 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno juga menyempatkan diri untuk melayat ke Rumah Duka RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, pada Minggu, 27 Januari 2019 kemarin. Sandi datang lebih awal dari Prabowo dan mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya orang terkaya nomor 2 di Indonesia itu. Sandi menganggap bahwa Eka adalah salah satu pengusaha terbesar di Asia.

“Saya berduka cita dan berbelasungkawa kepergian Pak Eka. Beliau adalah salah satu pengusaha yang betul-betul berjuang dari usaha kecil sampai menjadi salah satu yang terbesar di Asia,” kata Sandi.

Eka yang memiliki nama asli Oei Ek Tjhong ini sendiri meninggal karena faktor usia dan kesehatannya yang kian menurun. Sebagai informasi, Eka meninggal di usianya yang menginjak 98 tahun. Meski telah tiada, ilmu dan kesuksesannya masih dikenang oleh banyak orang dari berbagai kalangan.

Eka dan Sinar Mas Group

Eka Tjipta mendirikan grup Sinar Mas pada 1938 dan kini telah menjadi salah perusahaan terkemuka di Indonesia. Sinar Mas Group memiliki pilar usaha yang lengkap mulai dari kertas, agribisnis, jasa keuangan, komunikasi dan teknologi, energi dan infrastruktur, dan lainnya. Melalui usaha tersebut membawa pria kelahiran Quanzhou ini masuk sebagai jajaran orang terkaya di Indonesia.

Sejumlah perusahaan grup Sinar Mas pun sebagian mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan tersebut antara lain PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSA), PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI). Selain itu, ada PT Smartfren Telecom Tbk (SMAR), PT Sinarmas Multiartha Tbk (SMMA), dan PT Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).

Berkali-kali Eka pun masuk jajaran orang terkaya di Indonesia. Bahkan tahun lalu, Bloomberg Biillonaires Index memasukannya dalam deretan orang yang kekayaannya melonjak paling tinggi. Dalam statistik yang dikumpulkan oleh ABC, Eka masuk 20 orang yang mengalami pertumbuhan kekayaan terbesar selama setahun terakhir dan menempati posisi 15 dengan taksiran kekayaannya meningkat 41,8 persen menjadi US$ 11,4 miliar.

Di mata mantan Menteri Perindustrian Saleh Husin, Eka Tjipta Widjaja merupakan sosok pekerja keras yang keuletannya layak menjadi pedoman bagi generasi berikutnya. Menurut Saleh, Eka juga memiliki kepribadian yang baik serta rendah hati. Ia juga dinilai sebagai guru yang berhasil dalam mendidik anak-anaknya.

“Beliau memulai menjalankan bisnis sejak 81 tahun yang lalu di Makassar dengan berjualan barang kelontong. Tentu kami sangat kehilangan seorang panutan,” kata Saleh Husin.

Pengusaha yang Lahir dari Keluarga Miskin

Eka terlahir dari keluarga miskin di Tiongkok. Pada usia sembilan tahun, ia bersama iburnya, hijrah ke Makassar, Sulawesi Selatan untuk membantu ayahnya untuk menghidupi toko di sana. Dalam Biografi Eka Tjipta Widjaja diketahui ia hanya lulus dari sebuah sekolah dasar di Makassar.

Kehidupannya yang serba kekurangan mngharuskan Eka merelakan pendidikannya demi membantu orang tua dalam menyelesaikan hutang ke rentenir. Ia mulai menjual biskuit pada usia 17 tahun.  Namun, bisnisnya tersebut tak bertahan lama, karena adanya pajak yang besar, saat itu Jepang tengah menjajah Indonesia. Tahun 1950, ia mulai berdagang kopra sampai ke Pulau Selayar.

Ketika berusia 37 tahun, Eka kemudian pindah ke Surabaya, Jawa Timur. Di Jawa Timur, ia memiliki kebun kopi dan kebun karet. Ia juga mencoa berbagai usaha, seperti mendirikan pabrik minyak kelapa, CV Bintang Manado Oil Limited (Bimoli) pada tahun 1969, mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang bahan kimia bernama Tjiwi Kimia di tahun 1976

Selain membeli sebidang perkebunan kelapa sawit seluas 10 ribu hektar dari hasil keuntungannya, Eka Tjipta juga membeli Bank Internasional Indonesia (BII). Bank ini kemudian mengalami perkembangan yang pesat, bermula dari dua cabang dengan aset senilai 13 miliar rupiah menjadi 40 cabang dan cabang pembantu, dengan aset bernilai 9,2 triliun rupiah.

Ia juga melebarkan sayap bisnisnya di bidang real estat. Eka Tjipta juga membangun ITC Mangga Dua dan Apartemen Green View yang berada di Roxy, serta Mal Ambassador di Kuningan. Meski hanya lulusan SD, Eka berhasil menerima gelar Doktor Kehormatan dalam bidang Ekonomi dari Pittsburg State University, Amerika Serikat.

Kini semua usaha itu akan diurus oleh anak dan cucu dari Eka. Anak tertua yaitu Teguh Ganda Widjaja memegang bagian di pulp and paper. Franky O. Widjaja menggawangi agribisnis dan makanan. Kemudian untuk bisnis pengembang dan real estat dikendalikan oleh Muktar Widjaja. Sedangkan Indra Widjaja kebagian di jasa keuangan.

Tak hanya anak-anaknya, cucu atau generasi ketiga pun sudah terlibat menjalankan bisnis bersama-sama. Namun hanya bisnis energi dan infrastruktur yang langsung dipegang oleh generasi 3. Fuganto Widjaja, misalnya yang merupakan anak dari Indra Widjaja membawahi PT Golden Energy Mines Tbk dan PT Berau Coal Energy Tbk itu.

Untuk menghindari perselisihan antar saudara, Eka Tjipta Widjaja juga telah mewasiatkan satu hal, yaitu jika ada perbedaan pendapat, maka keputusan berada pada tangan anak yang paling tua.

“Kalau sudah diputuskan oleh anak tertua, yang lain mengikuti, walaupun dalam diskusi ada perbedaan pendapat,” ungkap Managing Director Sinar Mas Group Gandhi Sulistyanto.

Share: Eka Tjipta Meninggal, Bagaimana Nasib Sinar Mas Group?