Pesta demokrasi sudah di depan mata. Tidak sampai 4 bulan lagi Indonesia akan kembali menentukan masa depannya akan diarahkan kemana. Para juru kampanye serta kontestan di pesta demokrasi mendatang pun sudah berjibaku untuk menarik hati masyarakat baik itu dengan gagasan ataupun sensasi yang dia pertontonkan dihadapan masyarakat. Narasi yang keluar baik itu dari orang yang terlibat langsung dengan kontestan Pemilihan Umum (Pemilu) mendatang ataupun dari masyarakat pendukung salah satu calon atau partai politik terkadang lebih banyak berbau kontroversi dan konspirasi serta menyesatkan dibanding suatu narasi yang dapat diterima oleh akal sehat. Tetapi sayangnya, narasi yang menyesatkan dan penuh konspirasi itulah yang lebih banyak diterima dan dibicarakan ditengah masyarakat.
Fenomena-fenomena baru pun bermunculan dibalik maraknya para politisi serta oknum masyarakat dalam mengeluarkan narasi sesat tersebut. Salah satunya adalah fenomena Cocoklogi. Sebenarnya istilah “cocoklogi” bukanlah suatu istilah yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, tetapi hanya sebuah istilah pelesetan dari beberapa cabang keilmuan dengan menggunakan kata “logi” yang berasal dari kata logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara mendasar cocoklogi dapat diartikan ilmu untuk mencocokkan sesuatu.
Cocoklogi biasanya diartikan sebagai suatu cara untuk mengaitkan sesuatu baik itu informasi, peristiwa, simbol, serta fakta untuk mencari kebenaran tetapi tanpa menggunakan dasar keilmuan yang jelas. Maka dari itu biasanya cocoklogi hanya digunakan untuk suatu candaan saja, misalnya saja cocoklogi sudah menjadi suatu konten tetap dalam acara tv Ini Talkshow dan juga telah digunakan oleh beberapa akun komedi di Instagram seperti Minang Kocak.
Dalam dunia komedi hal tersebut tentu sah-sah saja untuk dilakukan karena hanya ditujukan untuk membuat orang lain tertawa. Tetapi jika sudah masuk ke dunia yang lain, terutama dalam dunia politik, tentu saja hal tersebut dapat merugikan dan berdampak besar di masyarakat. Oknum politisi serta orang-orang yang tidak bertanggung jawab belakangan ini banyak melakukan hal tersebut. Walaupun tidak serta merta untuk menyebutkan bahwa kesimpulan yang mereka utarakan setelah mencocokkan suatu informasi dan pertistiwa tanpa bukti dan tanpa dasar keilmuan yang jelas sebagai suatu kebenaran, tetapi mereka telah berusaha menggiring opini masyarakat untuk mempercayai kesimpulan yang dibuatnya tersebut. Hal itu membuat masyarakat tersesat oleh kesimpulan dari cocoklogi yang disebarkannya.
Metode Cocoklogi yang selalu digunakan oleh oknum politisi atau masyarakat tentu dapat diartikan sebagai salah satu penyebab hoaks merajalela belakangan ini. Hoaks merupakan suatu fakta yang dimanipulasi. Fakta yang terjadi didalam hoaks merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang benar-benar ada, tetapi peristiwa tersebut telah dimanipulasi kebenarannya. Hal tersebut sejalan dengan fenomena cocoklogi yang dilakukan oknum politisi. Oknum tersebut banyak mengaitkan suatu peristiwa ataupun informasi yang memang ada tetapi disimpulkan berdasarkan logika sesat yang dibangunnya dengan tujuan untuk menghancurkan citra lawan politiknya. Akibatnya narasi yang disertai dengan logika sesat tersebut sampai ke telinga masyarakat dan bisa saja diterima mentah-mentah oleh masyarakat awam dan akhirnya justru merugikan masyarakat itu sendiri.
Oknum politisi yang menyebarkan suatu kesimpulan sesat tersebut tentu saja dapat berdampak buruk di masyarakat. Bukannya memberikan pencerdasan kepada masyarakat awam, hal tersebut malah menjadikan masyarakat menjadi terpecah belah akibat dari kesalahan dalam menerima informasi. Kemarahan yang disebabkan oleh kesimpulan sesat yang dihasilkan dari cocoklogi tersebut malah akan merusak kedamaian yang ada di masyarakat. hal tersebut dapat kita lihat di arena sosial media sekarang. Begitu banyak perdebatan yang sama sekali tidak memiliki substansi serta identik dengan unsur kebencian. Hal tersebut bukan hanya dilakukan oleh masyarakat awam saja, tetapi public figure ataupun para politisi serta tokoh masyarakat turut meramaikan perdebatan tersebut.
Belakangan ini masyarakat tidak tau lagi antara mana informasi yang benar dan mana informasi yang salah dikarenakan banyaknya informasi yang diberikan tanpa bukti yang kuat, akibatnya terjadi suatu kondisi dimana masyarakat hanya mempercayai apa yang ingin dipercayainya saja tanpa menyadari bahwa apa yang mereka percayai itu sebenarnya merupakan suatu hal yang salah. Kondisi tersebut merupakan kondisi Post Truth atau pasca kebenaran. Di dalam Kamus Oxford, istilah “post truth“ didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana fakta tidak terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding emosi dan keyakinan personal. Hal tersebut menjadikan fenomena cocoklogi yang ada semakin mendapatkan tempat ditengah masyarakat karena logika di masyarakat sudah banyak dimatikan oleh para politisi yang tidak bertanggung jawab.
Kebanyakan orang bahkan percaya terhadap sesuatu yang pembuktiannya hanya berdasarkan asumsi yang tidak berdasar dan hanya mengaitkan suatu informasi dengan informasi lainnya tanpa mengecek terlebih dahulu fakta sebenarnya dari informasi yang sudah mereka kaitkan tersebut. hasil dari analisa tersebutlah yang secara membabi buta mereka percayai sebagai suatu kebenaran. Pada akhirnya logika masyarakat mati dan terjerembab di dalam informasi sesat yang diberikan tanpa dasar yang jelas.
Propaganda-propaganda yang disebarkan melalui metode cocoklogi baik yang diberikan langsung oleh para politikus kontestan pemilu ataupun para relawan memang tidak dapat di cegah dan akan terus ada. Masyarakat sekarang dituntut untuk cerdas dalam menerima informasi ataupun berita yang didapat. Rasionalitas sangat diperlukan dalam menanggapi hal tersebut. masyarakat dituntut untuk lebih teliti dalam menerima setiap informasi agar tidak terjebak di dalam suatu informasi sesat yang disebarkan dengan metode serta data yang tidak berdasar.
Para oknum politikus tersebut seharusnya juga mawas diri. Jangan jadikan ajang pasta demokrasi ini menjadi ajang untuk menyebarkan kebencian dan kebodohan untuk masyarakat demi mencapai kursi kekuasaan. Metode cocoklogi yang mereka gunakan untuk menjatuhkan lawan politiknya harus segera dihilangkan. Perlihatkanlah suatu alasan kepada masyarakat kenapa mereka harus memilih dirinya atau jagoannya di dalam pemilu mendatang dengan dasar keilmuan yang jelas. Sudah saatnya kita menjadikan momen 5 tahun-an ini sebagai suatu kesempatan untuk memberikan pencerdasan serta harapan untuk kehidupan yang lebih baik untuk masyarakat. Sehingga masyarakat bisa memilih menggunakan akal sehatnya dan keyakinan untuk menjadikan hidupnya lebih baik untuk 5 tahun kedepan.
Wahyu Priyanto adalah alumnus Fakultas Hukum Universitas Andalas.