Isu Terkini

Thailand Legalkan Ganja, Apa Dampak Baik dan Buruknya Bagi Suatu Negara?

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Lima hari sebelum tahun berganti, Pemerintah Thailand sepakat memberikan izin penggunaan ganja untuk keperluan medis dan penelitian. Keputusan ini menjadikan Thailand sebagai negara di Asia Tenggara pertama yang melegalkan ganja. Somchai Sawangkarn, Kepala Panja RUU Legalisasi Ganja mengumumkan hal tersebut dalam sebuah siaran televisi pada Selasa, 25 Desember 2018.

“Ini adalah hadiah tahun baru dari Majelis Legislatif Nasional, kepada pemerintah dan rakyat Thailand,” kata Somchai Sawangkarn dalam sesi parlemen seperti dikutip dari Reuters, Selasa, 25 Desember 2018.

Sementara di kawasan Asia Tenggara lainnya, ganja masih dianggap ilegal dan tabu. Di Singapura, Indonesia, dan Malaysia, misalnya, penyalur ganja bahkan dapat dikenakan hukuman mati. Namun di Thailand sendiri, yang menjadi kontroversi utama adalah legalisasi terkait pengajuan izin hak paten beberapa zat ganja oleh perusahaan asing.

Hal itu dinilai dapat memberi peluang bagi pihak asing untuk mendominasi pasar. Namun dapat mempersulit pihak lokal untuk mengakses ganja di negaranya sendiri, baik pasien maupun peneliti.

Negara-negara yang Melegalkan Ganja

Sejauh ini, setidaknya ada tiga tujuan suatu negara melegalkan kepemilikan ganja, yakni untuk kepentingan medis, nonmedis (kepentingan rekreasi), dan campuran keduanya (sepenuhnya). Kanada dan Uruguay adalah dua negara di dunia yang telah melegalkan ganja sepenuhnya, artinya mengizinkan penjualan dan pemakaian ganja sepenuhnya baik untuk dikonsumsi medis maupun rekreasi.

Uruguay sendiri adalah negara pertama yang melegalkan ganja, tepatnya pada 10 Desember 2013, dan mulai mengizinkan penjualan ganja di apotek lokal pada 2017. Berdasarkan hukum yang berlaku, pembeli ganja haruslah warga negara asli berusia 18 tahun ke atas yang telah mendapat izin dari pihak berwenang. Penduduk pun juga boleh membudidayakannya maksimal enam pohon ganja.

Selain di Uruguay, setidaknya ada 46 negara bagian di Amerika Serikat yang tercatat melegalkan ganja dengan berbagai tujuan. Ganja rekreasi dilegalkan di Washington DC, juga sembilan negara bagian AS seperti Alaska, California, Colorado, Maine, Massachusetts, Nevada, Oregon, negara bagian Washington, dan Vermont.

Selanjutnya ada Chili, negara yang melegalkan penanaman ganja medis sejak 2015, dan di tahun berikutnya ganja boleh dibeli di apotek dengan menggunakan resep. Barulah di 2016, regulasi Chili makin melunak dengan menolerir penanaman dan kepemilikan sejumlah kecil ganja untuk kepentingan rekreasi dan spiritual.

Di Peru, kepemilikan ganja diperbolehkan asalkan untuk penggunaan pribadi, tidak dipakai di muka umum, dan bersifat segera. Kongres Peru meloloskan RUU untuk melegalkan ganja medis, sekaligus memungkinkan produksi, penjualan, dan impor minyak ganja.

Argentina memperbolehkan ganja medis, pun mendiskriminalisasi sejumlah kecil ganja yang dikonsumsi di tempat pribadi. Di Spanyol, ganja boleh ditanam dan dipakai di tempat pribadi sejak tahun 1990-an. Negara ini juga memiliki ratusan klub ganja, meskipun penjualan bertujuan komersial tetap ilegal.

Belgia memperbolehkan orang berusia 18 tahun ke atas memiliki ganja maksimal tiga gram. Membudidayakan pun diperbolehkan, walaupun cuma satu pohon. Di Inggris, ganja medis untuk kepemilikan dan pembudidayaan dilegalkan per 1 November 2018. Syaratnya, ketika tidak ada obat lain yang terbukti bekerja.

Kendati ganja ilegal di Belanda, warga negaranya diizinkan untuk merokok ganja di kedai-kedai kopi. Pemakaian publik juga didekriminalisasi hingga lima gram. Syaratnya, kedai kopi tidak boleh mengiklankan soal ganja dan pengunjung tidak menyebabkan gangguan.

Hal serupa terjadi di Kamboja Meski kepemilikan ganja resmi ilegal, larangan itu sering lalai ditegakkan. Banyak restoran yang terletak di Phnom Penh, Siem Reap, dan Sihanoukville, dimasak dengan ganja atau sebagai hiasan tambahan.

Positif dan Negatif Legalisasi Ganja dalam Sebuah Negara

Berbagai penelitian memang telah membuktikan bahwa ganja memiliki manfaat bagi penyakit yang sulit disembuhkan. Fidelis Arie Sudewarto yang ditangkap karena menggunakan ganja untuk pengobatan istrinya pada 2017 lalu pun sempat membuktikan hal tersebut. Sang istri yang mengidap penyakit langka bernama syringomelia sempat sehat berkat ramuan ganja yang dibuat oleh Fidelis.

Sayangnya, Fidelis yang menyimpan ganja untuk pengobatan sang istri dianggap melanggar aturan pemerintah. Lebih dari itu, ia masih harus menelan kenyataan yang lebih pahit lagi, istrinya meninggal dunia, tepat 32 hari sejak Fidelis ditahan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Sanggau.

Selain untuk menyembuhkan penyakit, melegalkan ganja di dalam sebuah negara ternyata berdampak baik dalam penurunan tingkat kriminalitas. Dikutip dari situs berita di Amerika Latin, telesurenglish.net mengungkapkan bahwa kejahatan terkait narkoba telah turun 20 persen di Uruguay setelah ganja dilegalkan.

Namun, studi yang dilakukan oleh Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS mengungkapkan dampak negatif dari legalisasi ganja. Di negara-negara bagian AS yang telah melegalisasi kebijakan ganja untuk kepentingan rekreasi ternyata mengalami peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas. Hal itu tentunya akibat dari pengemudi yang sedang kecanduan ganja.

Klaim peningkatan itu didapat dewan setelah melakukan dua studi. Studi pertama, membandingkan dengan negara tetangga yang tidak melegalkan ganja. Studi kedua, membandingkan sebelum dan sesudah ganja dilegalkan.

Oleh karena itulah, Kanada yang kini menjadi pasar legal ganja terbesar di dunia mengeluarkan The Cannabis Act, alias hukum penggunaan ganja di Kanada. Salah satunyanya memtuskan bahwa mengemudi di bawah pengaruh ganja dan obat-obatan lain masih 100 persen ilegal dan dinyatakan melanggar hukum.

Regulasi ganja di Kanada itu diperuntukan untuk 10 provinsi dan 3 wilayah. Di mana ganja hanya bisa dibeli secara daring di Ontario dengan batas minimum usia 19 tahun. Sedangkan di wilayah Yukon hanya diizinkan mengonsumsi ganja di tempat tinggal pribadi dan usia pengonsumsi harus 18 tahun ke atas. Sedangkan batas usia pengguna ganja di Quebec adalah 21 tahun.

Batas maksimal pembelian di toko-toko hanyalah 30 gram. Penjualan ganja untuk ditanam dibatas pada kuncup, minyak, dan biji. Tentunya, masih ada aturan lain soal jumlah konsumsi yang berbeda-beda di setiap wilayah.

Share: Thailand Legalkan Ganja, Apa Dampak Baik dan Buruknya Bagi Suatu Negara?