Budaya Pop

Adu Keren Stiker WhatsApp dan LINE

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Sepuluh tahun lalu, gawai apa yang kalian gunakan? Di tahun 2008, handphone Blackberry sangat digandrungi anak muda saat itu. Apa kalian sempat ngerasain tren itu? Kala itu, Blackberry dengan Blackberry Messenger-nya enggak ada saingannya, deh. Tren Blackberry Messenger (BBM) ini bisa dibilang jadi awal mula per-galau-an anak muda. “Udah di-read tapi enggak dibales,” jadi salah satu hal yang menyedihkan karena adanya platform chatting ini.

Ketika handphone Blackberry naik pamornya, merek handphone Nokia sendiri mengalami keredupan. Sementara kemunculan iPhone belum bisa menyaingi Blackberry karena harganya yang terbilang mahal. Makanya, dulu cuma orang-orang tertentu yang menggunakan iPhone 1st Gen. Seiring berjalannya waktu, Blackberry meredup dan iPhone yang terkenal dengan sistem iOs-nya punya saingan. Adalah Android yang menjadi saingan dari iPhone dan digunakan handphone-handphone bermerek lain, seperti Samsung dan HTC.

Sekarang? Semuanya udah berubah. Handphone dengan OS Android begitu menjamur dengan beragam merk yang tersedia. Begitu pun dengan iPhone yang semakin laris manis, bersaing dengan Samsung di kategori handphone kelas menengah ke atas. Hadirnya persaingan Android dan iPhone ini pun seolah meruntuhkan dominasi Blackberry, yang melambung tinggi karena adanya aplikasi pesan instan BBM. Berbarengan dengan runtuhnya Blackberry, itu artinya BBM pun semakin ditinggalkan.

Ditinggalkannya BBM ternyata tidak membuat orang-orang balik lagi menggunakan SMS untuk mengirimkan pesan. Berbagai aplikasi pesan instan yang tersedia secara gratis di Android maupun iOS menjadi gantinya. Dari berbagai jenis pesan instan, dua nama yang paling dominan di kalangan pengguna Indonesia adalah LINE dan WhatsApp. LINE dan WhatsApp telah menggantikan BBM yang sempat menjadi alasan utama orang-orang pindah dari Nokia ke Blackberry.

BBM Runtuh, LINE dan WhatsApp Berkembang Pesat

Perkembangan LINE dan WhatsApp begitu pesat. Di Indonesia, nampaknya polanya terbagi menjadi dua, yaitu LINE lebih banyak digunakan oleh kalangan remaja, dan WhatsApp untuk kalangan yang lebih tua. Memang tidak semuanya seperti itu, namun ada pola yang mengindikasikan ke arah argumen tersebut.

LINE adalah sebuah aplikasi yang dirilis di Android dan iOS tahun 2011. LINE di awal rilisnya tidak masuk ke Blackberry. Baru berumur satu tahun, kegemaran orang Indonesia dengan LINE langsung terasa. Pertengahan tahun 2012, LINE langsung membuka kantor di Indonesia, dan mempersiapkan lokalisasi konten khusus untuk Indonesia yang rampung di tahun 2013. Sedangkan WhatsApp sebenarnya sudah rilis di tahun 2009, dua tahun lebih mula dari LINE. Namun, penetrasi kedua aplikasi ini ke pasar Indonesia terjadi dalam waktu yang relatif berbarengan.

Adu Keren Stiker

Dari awal, keunggulan LINE terletak pada stikernya. Banyak orang yang menggunakan LINE karena senang dapat mengirim berbagai ekspresi melalui stiker ke sesama pengguna. LINE juga didukung oleh berbagai fitur seperti Multichat dan Group yang berfungsi serupa, namun berbeda. Kehadiran LINE begitu mempermudah kerja banyak orang karena LINE jauh lebih sederhana jika dibandingkan dengan BBM kala itu.

Berbeda dengan LINE, WhatsApp di awal berdirinya memilih tidak menawarkan stiker. Bawaan WhatsApp yang lebih dewasa dan benar-benar sesuai fungsinya membuat aplikasi ini lebih diminati oleh golongan bapak-bapak dan ibu-ibu yang memang hanya menggunakan WhatsApp layaknya SMS. WhatsApp jauh lebih sederhana dari LINE, namun dari segi fungsionalitas, WhatsApp dapat dikatakan sama baiknya dengan LINE.

Beberapa waktu belakangan ini, ternyata WhatsApp baru saja melakukan inovasi, yaitu memberikan fitur stiker yang dapat dikirimkan penggunanya. Namun berbeda dengan LINE, stiker-stiker yang ada di WhatsApp dapat dibuat oleh penggunanya sendiri. Di aplikasi LINE, pengguna dapat membuat stiker personal seperti di WhatsApp, namun caranya jauh lebih rumit. Pembuat stiker harus mengunduh aplikasi LINE Creators Studio dan membuat stiker LINE di aplikasi tersebut. Setelah dibuat dan dikirimkan, pihak LINE akan melakukan peninjauan terhadap stiker yang kalian kirim. Setelah lolos, baru lah stiker yang kalian buat bisa digunakan secara umum. Di WhatsApp, pengguna hanya membutuhkan kemampuan untuk memotong gambar sesuai kebutuhan dan mengirimkannya ke aplikasi Personal Stickers for WhatsApp. Voila, wajah kalian sudah dapat digunakan menjadi stiker tanpa harus ditinjau. Kalau kalian ingin menggunakan stiker yang dibuat teman kalian, kalian hanya butuh menyimpan stiker tersebut. Stiker-stiker ini pun relatif memakan kuota yang tidak besar, tidak sampai 1 Mb (megabyte) per stiker dan bisa digunakan di berbagai jenis sistem operasi handphone.

Meskipun jika dibandingkan dengan LINE, stiker personal WhatsApp jauh lebih mudah untuk dibuat, stiker LINE juga memiliki keuntungannya sendiri. Ada setidaknya dua hal yang membuat stiker LINE dapat dianggap masih lebih unggul dibandingkan stiker WhatsApp. Pertama, variasi stiker tematiknya. LINE menawarkan banyak sekali stiker tematik, mulai dari kartun favorit kalian hingga artis Indonesia favorit kalian, LINE menawarkan banyak sekali stiker yang bisa diunduh oleh penggunanya. Kedua, LINE juga memberikan kesempatan untuk pembuat stiker mendapatkan royalti melalui mekanisme pengunduhan stiker berbayar. Dengan ini, insentif untuk membuat stiker jelas lebih besar ada di LINE. Jadi, ya kembali ke selera kalian sih. Kalian lebih suka yang mana, guys?

Share: Adu Keren Stiker WhatsApp dan LINE