Pada 6 Desember 2017 lalu, Asumsi.co pernah membuat prediksi kalau Path akan collapse dalam waktu yang tak lama lagi. Lalu, saat ini, prediksi tersebut seakan tepat sasaran dan Path mengumumkan akan bubar.
Ini nih artikelnya yang bisa dibaca: Menelusuri Penyebab Di Balik Hampir Punahnya Path dari Kehidupan Millenial
Layaknya ditinggalkan mantan kekasih, Path pun membuat warganet patah hati. Jejaring media sosial berlogo huruf ‘P’ itu mengonfirmasi bahwa layanan mereka akan berakhir dan tutup pada 18 Oktober 2018 mendatang.
Kabar pamitannya Path ini diunggah lewat situs resmi dan akun Twitter mereka. Pada akun @path di Twitter, mereka menyebut sangat menyesali kalau layanan mereka akan segera dihentikan. Path menulis pesan yang mendalam pada momen itu.
“It is with deep regret to announce that Path service will be discontinued. It has been a long journey and we sincerely thank each one of you for your years of love and support Path. Please visit here https://path.com/goodbye for more details,” kicau Path.
It is with deep regret to announce that Path service will be discontinued. It has been a long journey and we sincerely thank each one of you for your years of love and support Path.
Please visit here https://t.co/2MFh5A7C23 for more details. pic.twitter.com/rczKgx6ooW— Path (@path) September 17, 2018
Dalam laman tersebut, Path membeberkan proses menuju penghentian layanan mereka tersebut lewat beberapa tahapan. Ada empat proses yang dilalui Path sejak kemarin sebelum benar-benar tutup bulan depan.
17 September: Notifikasi penyetopan layanan
1 Oktober: Tak bisa lagi mengunduh dan memperbarui aplikasi di iTunes dan Google play
18 Oktober: Path tak lagi bisa diakses
15 November: Semua customer service terkait Path akan ditutup
Jadi, kira-kira kenapa Path tutup, ya? Apa sih alasannya?
Sejauh ini memang belum ada informasi resmi dari Path soal alasan berhentinya layanan aplikasi jejaring sosial yang memungkinkan penggunanya untuk berbagi gambar dan juga pesan itu. Namun, alasan bubarnya Path sudah bisa diduga-duga.
Seperti prediksi Asumsi.co di akhir tahun kemarin, aroma bubarnya Path itu sudah tercium jauh-jauh hari. Setidaknya ada beberapa faktor penting yang bisa jadi penyebab Path undur diri.
Kita coba dulu flashback ke masa jaya dan sepak terjak Path sejak awal-awal peluncurannya. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, Path yang didirikan pada tahun 2010 lalu itu merupakan aplikasi berbagi jurnal foto dan berkirim pesan.
Ya, pokoknya Path ini hadir memang buat kalian yang ingin pamer. Namanya juga Path-mer!
Yang membuat Path berbeda dari jejaring sosial lainnya adalah soal privasi. Jejaring sosial ini begitu eksklusif sehingga memungkinkan penggunanya berbagi momen hanya kepada 500 teman terdekat mereka saja. Dari dulu memang Path membatasi jumlah teman para penggunanya agar bersifat lebih intim.
Sehingga dalam penggunaan sehari-hari, para pengguna Path ini terbilang aman dan nyaman. Enggak ada tuh twitwar-twitwar dan debat kusir macam di Twitter atau Facebook, enggak ada juga followers-followers nakal yang sembarangan komen di lapak orang lain dengan bahasa kasar, dan sebagainya.
Nah, di Indonesia sendiri, Path memiliki basis pengguna yang lumayan besar. Namun seiring perjalanannya, popularitas Path pelan-pelan terus menurun, walaupun jejaring media sosial yang identik berwarna merah ini masih memiliki pengguna setia.
Ngomong-ngomong popularitas, Path sendiri pernah menikmati masa jayanya di rentang tahun 2013 lalu. Dave Morin selaku salah satu pendiri dan CEO menyebutkan media sosial miliknya ini sempat dibuka sebanyak 1 miliar kali oleh lebih dari 12 juta pengguna di seluruh dunia.
Lalu, dari situlah, Path pun mulai berbenah. Pada pertengahan 2014, jumlah teman yang bisa terhubung pun dibuat lebih banyak. Dari sebelumnya hanya bisa terhubung dengan 150 orang saja, akhirnya diperluas menjadi 500 orang.
Pada 2015, Daum Kakao Corp. selaku perusahaan di balik KakaoTalk resmi mengakuisi Path. Perlu diketahui, akuisisi ini merupakan bentuk ekspansi global dari masing-masing perusahaan.
Momen akuisisi itulah akhirnya jadi tonggak Path untuk terus menggulirkan fitur pembaruan yang mempermudah penggunanya. Salah satu pembaruan cukup besar terjadi di awal 2016 dengan meluncurkan fitur chat dalam aplikasi, di mana sebelumnya fitur ini justru terpisah lewat aplikasi Path Talk.
Fitur chat dalam aplikasi ini berfungsi untuk membantu pengguna agar tidak lagi memasang aplikasi terpisah untuk berbincang dengan temannya. Tak hanya chat pribadi saja, para pengguna juga bisa melakukan group chat dengan beberapa orang sekaligus.
Sayangnya, kehadiran fitur baru ini justru tak bisa mendongkrak popularitas Path. Boro-boro mau berjaya lagi, Path malah semakin tak terdengar gaungnya dan mulai ditinggal penggunanya. Orang-orang semakin nyaman ngomongin Twitter, Instagram, atau Facebook.
Berdasarkan dugaan Asumsi.co dalam artikel yang terbit akhir 2017 kemarin, setidaknya ada empat faktor penyebab Path berpotensi tutup. Pertama, Path udah enggak asyik, kedua terlalu pamer, ketiga karena banyak yang nyampah, dan keempat karena Path cuma buat pamer.
Tentu berkurangnya para pengguna Path ini pada akhirnya membuat jarang yang posting, sehingga daily active users pun terus terjun bebas. Dalam hukum bisnis online, tentu hal ini dirasa sudah tak bisa lagi dilanjutkan dan say goodbye adalah keputusan tepat.
Tapi kenapa warganet jadi begitu sedih banget ya pas Path mengumumkan akan tutup? Sampai beberapa hari ini makin banyak yang update di Instastory, WhatsApp story, Tweets, untuk mengenang masa-masa jaya dulu.
Padahal kan kemarin-kemarin juga mereka pada males dan jarang pake Path.
Kenapa tuh pada nyesel dan sedih-sedih pas udah mau pergi? Nyesel setelah kehilangan? Kebiasaan bat dah lu, dulu aja pas masih ada malah dianggap biasa aja, sekarang nih baru ngerasain berharganya setelah kehilangan.
Tapi setidaknya memang banyak kenangan yang tersimpan di memori Path dari para pengguna setianya. Anak Path lama akan mengenang betapa geregetnya rasa ingin stalking profil orang tapi tanpa perlu ada notifnya.
Lalu, pasti banyak yang mulai mengenang masa-masa di mana para pengguna Path bisa update ‘location’ untuk pamer lagi liburan kemana. Ada juga yang update fitur ‘reading to’ untuk pamer lagi baca buku keren, padahal bukunya cuma minjem bentar doang di toko buku.
Ada juga nih yang update status pake fitur ‘watching to’ untuk pamer abis nonton film apa. Padahal lagi gegoleran selow di kos-kosan depan laptop, abis itu ketiduran.
Sampai ada juga yang posting status lagi dengerin lagu favorit dan romantis di fitur ‘listening to’. Gegayaan pamer denger lagu “Tetap Dalam Jiwa” Isyana Sarasvati, padahal lagi pub di toilet kampus sambil maen hape.
Kasian juga ya Path ini, pas udah mau tutup kayak gini malah jadi banyak lagi yang sedih dan nyariin. Kalau kayak gini kan sama aja kayak kamu, yang nyariin aku pas aku mau pergi aja. Hmm…Hmm…Hmm (Nisya Sabyan 1000x).
Makanya kalo sayang mbok ya jangan ngilang. Ya udah lah ya, biarin aja sih Path tutup, daripada Path hati? Hmm…Hmm…Hmm (Nisya Sabyan 2000x)