Baru-baru ini, Singapura dihebohkan dengan serangan siber (cyber attack) yang cukup signifikan. Ada total 1,5 juta data kesehatan penduduk diretas oleh oknum tak bertanggung jawab, termasuk data kesehatan Perdana Menteri Lee Hsien Loong.
Kabar pencurian data kesehatan itupun langsung dikonfirmasi oleh pemerintah Singapura, yang sekaligus mengungkapkan bahwa cyber attack kali ini sebagai masalah pencurian data yang paling besar dan serius.
Seperti kabar yang dimuat media Sydney Morning Herald, Senin, 23 Juli kemarin, para penyerang secara spesifik dan berulang kali menarget informasi personal dari PM Lee di database milik SingHealth.
Salah satu informasi yang ingin dibobol oleh hacker antara lain obat-obatan yang dikonsumsi oleh PM Lee. Demikian disebutkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika serta Menteri Kesehatan Singapura dalam sebuah pernyataan.
Kabarnya, data sekitar 1,5 juta pasien yang mengunjungi dokter spesialis di SingHealth sejak Mei 2015 hingga 4 Juli 2018 pun diakses secara ilegal dan digandakan.
Lewat akun ” target=”_blank”>Facebook personalnya, Sabtu, 21 Juli lalu, PM Lee mengatakan tak tahu apa yang diincar peretas dari rekam jejak kesehatannya. Lee mengatakan bahwa tak ada yang berbahaya dari data kesehatannya.
“Saya tidak tahu apa yang mereka cari. Mungkin mereka mencari rahasia negara atau sesuatu yang bisa membuat saya malu,” tulis PM Lee di laman Facebook resminya.
“Jika demikian maka mereka akan kecewa. Data medis saya adalah sesuatu yang tidak ingin saya beritahu ke orang lain, tapi tidak ada hal yang membahayakan.”
Menurut PM Lee, SingHealth sudah menanyakan, apakah dia ingin menyimpan data kesehatan dirinya secara digital atau berupa dokumen kertas demi alasan keamanan. PM Lee pun mengatakan bahwa dirinya ingin data medisnya disimpan secara digital supaya dokter lebih efektif dan mudah menanganinya.
“Saya yakin SingHealth akan melakukan yang terbaik untuk melindungi informasi pasien,” ucap PM Lee.
Namun Lee juga mengetahui ada risiko data itu akan diretas dan bisa dimanfaatkan di kemudian hari. Lee mengatakan keamanan dan kerahasiaan informasi pasien adalah prioritas utama.
Untuk itu, PM Lee pun sudah memerintahkan Badan Keamanan Siber dan Badan Digital Pemerintah (SNDGG) untuk bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan guna memperketat pengamanan siber.
Hingga kini investigasi masih terus berlanjut untuk mencari pelaku di balik peretasan besar-besaran ini. Peristiwa ini sekaligus dijadikan pelajaran untuk memperkuat sistem keamanan Singapura.
Kejadian pencurian data kesehatan atau data medis dari warga dan Perdana Menteri Singapura ini, tentu mengingatkan kita kembali dengan peristiwa pencurian data kesehatan yang menimpa mantan pembalap Formula 1 (F1), Michael Schumacher pada 2014 lalu.
Data medis Michael Schumacher saat dirawat di Rumah Sakit Grenoble, Perancis, dikabarkan telah dicuri. Seperti dilansir The Guardian, pada 24 Juni 2014 lalu, si pelaku bahkan mencoba menjual dokumen tersebut kepada media.
Seperti diketahui, data tersebut berisi rekaman kesehatan Schumacher, sang mantan juara dunia F1 itu, yang mengalami kecelakaan bermain ski di Pegunungan Alpen, Swiss, pada 29 Desember 2013 silam.
Juru bicara Schumacher, Sabine Kehm, kala itu langsung melaporkan tindakan pencurian data kesehatan Schumacher kepada pihak berwajib. Saat itu juga, Kehm mengingatkan media yang menggunakan data hasil curian itu dipastikan akan berurusan dengan penegak hukum.
“Selama beberapa hari dokumen dicuri dan data sedang ditawarkan untuk dijual. Penawar mengklaim itu sebagai file medis Michael Schumacher,” kata Sabine Kehm dalam sebuah pernyataan.
“Kita tidak bisa menilai apakah dokumen-dokumen ini otentik. Namun, dokumen tersebut jelas dicuri. Pencurian ini telah dilaporkan. Pihak berwenang terlibat dalam hal ini,” ucapnya.
Kala itu, Schumacher dalam kondisi koma dan dirawat sejak 29 Desember di Rumah Sakit Grenoble, Perancis setelah mengalami kecelakaan ketika bermain ski bersama anak dan teman-temannya. Lalu, Schumacher dipindahkan dari Perancis ke rumah sakit di Swiss.
Namun, seorang pria yang diduga mencuri data medis Schumacher tersebut, akhirnya ditemukan tewas gantung diri di dalam selnya, Rabu, 6 Agustus 2014 silam.
Seperti diketahui, sosok pria yang tak diungkap identitasnya itu bekerja untuk sebuah perusahaan helikopter penyelamat Swiss, Rega, yang membawa Schumacher dari sebuah rumah sakit di Perancis ke Swiss pada Juni lalu.
Saat ini, belum diketahui seperti apa kondisi kesehatan Schumacher. Meski kabarnya Schumacher berpeluang untuk pulih kembali seperti dulu, namun istri Schumacher, Corinna Betsch, masih tertutup mengenai kondisi terakhir suaminya dan keluarga.
Corinna sendiri tampaknya tak ingin berita-berita dari banyak media justru mengganggu fokus dan konsentrasi keluarga dalam merawat Schumacher.
Bicara soal pencurian data kesehatan PM Singapura Lee dan mantan juara dunia F1 Michael Schumacher, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un punya strategi unik dalam menjaga agar data kesehatannya tak dicuri oleh orang lain.
Mungkin kalian udah pada tau kan guys kalau Kim Jong-un, tak pernah lupa membawa toilet pribadinya saat bepergian. Lho, buat apa sih?
Bahkan, seperti laporan media Korea Selatan, Chosun Ilbo, Kim tiba di Singapura untuk menemui Presiden AS, Donald Trump, Senin, 11 April lalu. Nah, Salah satu barang yang dibawanya saat ke Singapura itu adalah toilet pribadi.
Sebelumnya, situs berita Korea Selatan Daily NK juga pernah melaporkan bahwa Kim tidak pernah meninggalkan rumah tanpa toilet pribadinya. Bahkan di dalam mobilnya, selalu ada pispot darurat.
Lalu, di antara iring-iringannya saat bepergian, ada satu mobil khusus yang didesain sebagai toilet untuk Kim. Bahkan, ada satu mobil toilet untuk area pegunungan dan salju. Dibawanya toilet pribadi itu sendiri bukan karena Kim tak mau menggunakan toilet umum.
Sementara itu, mantan anggota unit Komando Perlindungan Korea Utara, Lee Yun-Keol, saat diwawancarai oleh The Washington Post, 25 April 2018, mengatakan bahwa toilet pribadi ini merupakan salah satu protokol keamanan nasional.
“Kotoran Kim mengandung informasi mengenai status kesehatannya sehingga tidak bisa ditinggalkan begitu saja,” kata Lee.
Lalu, pendapat Lee disetujui oleh Dr Jean-Pierre Raufman, seorang pakar gastroenterologi dari University of Maryland School of Medicine, yang diwawancarai oleh Live Science, Senin, 11 Juni lalu. Dr Jean mengatakan bahwa usus manusia memiliki lebih banyak sel bakteri dari seluruh sel di bagian tubuh lainnya.
Lantas, bioma ini tidak hanya mirip dengan sidik jari yang menyimpan DNA tubuh manusia yang unik, tetapi juga bisa menunjukkan pola makan, obat-obatan, dan penyakit yang diderita oleh tubuh.
Oleh karena itu, hanya dengan melihat warna kotoran Kim saja, seorang pakar dengan mudahnya bisa mengetahui apakah pemimpin Korea Utara itu mengalami pendarahan internal atau sedang memakan obat-obatan tertentu untuk kekurangan zat besi.
Bentuk kotoran yang sempit juga bisa menunjukkan pembuntuan usus besar atau gejala kanker usus. Oleh karena itu, tidak heran bila Kim tak pernah lupa dan selalu membawa toilet pribadinya kemana pun pergi.
Sebagai seorang pemimpin besar di Korea Utara dan dalam upaya mempertahankan citranya yang kuat dan sehat, Kim harus selalu merahasiakan kondisi kesehatan dan kotorannya dari dunia. Untuk itulah Kim selalu hati-hati dan melindungi data kesehatannya itu.