Ketika mendengar kawasan ‘Asia Selatan’, negara-negara yang langsung terbayang adalah India, Pakistan, Bangladesh, dan Sri Lanka. Namun, di antara negara-negara tersebut, menyempil satu negara yang menyimpan keunikan dan kebudayaan yang kaya. Negara tersebut adalah Bhutan. Hingga tahun 1960-an, negara ini masih terisolasi dari warga asing. Warga Bhutan baru mengenal televisi di akhir tahun 1999 dan baru mendapatkan akses internet di tahun 2000-an awal. Kini, Bhutan sedang berusaha untuk tetap dapat menjaga kondisi alam dan kebudayaan yang dimilikinya sekaligus beradaptasi dengan tingginya tingkat modernisasi. Penasaran sama Bhutan, ini 5 hal tentang Bhutan yang perlu kalian tahu!
1. Alih-Alih Masyarakat, Demokrasi di Bhutan didorong oleh Keinginan Raja
Sebagai negara kerajaan, awalnya Bhutan menganut monarki absolut, dengan kerajaan memegang kuasa penuh. Ketika banyak proses demokratisasi di negara-negara lain yang didorong karena keinginan masyarakatnya, di Bhutan justru raja lah yang menginisiasikan adanya demokrasi. Prosesnya pun berjalan lama, demi memastikan keberhasilan demokrasi di masa mendatang. Demokratisasi dimulai tahun 1953 oleh raja ketiga Bhutan dan difinalisasi oleh raja keempat Bhutan. Pemilihan Umum pertama pun akhirnya terlaksana di tahun 2008. Pemilu tersebut berhasil mengangkat Jigme Y. Thinley sebagai perdana menteri Bhutan pertama.
2. Bhutan Merupakan Satu-Satunya Negara di Dunia dengan Status ‘Carbon-Negative’
Lingkungan merupakan salah satu isu utama yang selalu menjadi perhatian di Bhutan. Saking baiknya kualitas lingkungan di negara ini, status carbon-negative pun berhasil dicapai. Carbon-negative sendiri memiliki arti bahwa negara tersebut menghasilkan oksigen lebih besar daripada karbon. Bhutan pun seolah menjadi surga bagi para pegiat lingkungan yang selalu mendambakan hal-hal tersebut di seluruh dunia.
Dalam mencapai status carbon-negative ini, peran pemerintah Bhutan sangatlah besar. Pemerintah menetapkan bahwa setengah dari seluruh wilayah Bhutan adalah taman nasional yang terproteksi. Lebih dari itu, 4/5 wilayah Bhutan merupakan hutan alami yang masih terjaga. Ketika warga negara mendirikan bangunan, pemerintah mewajibkan warganya untuk mengkompensasi kerugian dengan reforestasi. Hal ini dilakukan karena pemerintah Bhutan percaya bahwa keberlangsungan lingkungan merupakan kunci pembangunan nasional.
3. Pemerintah Mengontrol Sektor Pariwisata
Dengan seluruh keindahan alam dan budaya, amat banyak warga asing yang penasaran. Namun, untuk ke Bhutan, selain warga negara India, Maladewa, dan Bangladesh, mendapatkan izin berpariwisata ke Bhutan cukup sulit dan cukup merogoh uang yang banyak. Untuk warga ketiga negara di atas, visa tidak dibutuhkan dan tidak dikenakan tarif datar. Sehingga, biaya untuk berlibur ke Bhutan dapat disesuaikan secara personal.
Namun, untuk warga negara selain ketiga negara di atas, pemerintah Bhutan menetapkan aturan yang kuat. Selain harus menggunakan agen travel yang sudah disetujui oleh pemerintah, pengunjung harus memiliki visa dan membayar tarif datar sebesar US$200 (musim panas dan dingin) atau US$250 (musim semi dan gugur) per hari. Biaya tarif datar tersebut termasuk akomodasi, transportasi, seorang pemandu wisata, biaya masuk, dan makan sehari-sehari. Dengan membayar tarif daftar tersebut, pengunjung juga telah berkontribusi untuk membangun fasilitas pendidikan dan kesehatan di negara tersebut.
4. Negara Paling Bahagia di Dunia
Kebahagiaan tentu bisa diukur dari berbagai macam. Namun, negara ini hampir selalu menduduki peringkat teratas sebagai negara paling bahagia di dunia. Pertumbuhan perekonomian Bhutan dalam konteks pendapatan per kapita juga cukup tinggi. Demi memastikan kebahagiaan warganya, raja ketiga Bhutan pun sampai memiliki ide untuk mengukurnya dengan Gross National Happiness (GNH). Terdapat beberapa alasan mengapa warga Bhutan sangat bahagia. Beberapa alasan tersebut antara lain adanya keseimbangan antara kehidupan spiritual dan material, kondisi lingkungan yang amat baik, dan angka kesenjangan ekonomi yang rendah.
5. Bhutan Mengekspor Listrik ke India
Sebagai negara kecil, Bhutan tentu tidak memiliki listrik yang banyak. Namun, karena sumber energi terbarukan yang begitu melimpah di Bhutan, negara tersebut mengalami surplus pasokan energi listrik. Hal ini pun membuat Bhutan mengeskpor pasokan listrik ini ke India. Ekspor listrik ini pun berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Bhutan.