“Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, ku yakin, hari ini, pasti menang!”
Potongan lirik lagu di atas merupakan lirik dari lagu “Garuda di Dadaku” yang dipopulerkan oleh Netral. Dengan menggunakan nada dari lagu daerah Papua yang berjudul Apuse, Garuda di Dadaku dinyanyikan oleh suporter Indonesia di mana pun tim nasional sepak bola Indonesia berlaga. Nyanyian tersebut seolah menggambarkan semangat dan optimisme masyarakat Indonesia bahwa pada pertandingan tersebut, Indonesia akan memenangkan pertandingan, meskipun pada kenyataannya tidak selalu demikian.
Sepak bola di Indonesia merupakan budaya yang amat melekat di warganya. Olahraga ini bahkan seringkali dianggap sebagai olahraga yang paling digemari di seantero nusantara. Namun sayangnya, tingkat kegemaran ini masih belum sejalan dengan capaian prestasi yang diraih. Memang sih Indonesia pernah ikut Piala Dunia tahun 1938, tapi saat itu namanya kan masih Hindia Belanda. Gugur di pertandingan pertama dengan skor 0-6 pula. Sekarang ini, untuk kejuaraan di tingkat Asia Tenggara saja, Indonesia belum pernah mendapatkan predikat juara. Sebaik-baiknya hanya runner-up. Masih melekat di ingatan bagaimana Malaysia menghancurkan mimpi seluruh masyarakat Indonesia di Piala AFF tahun 2010. Jika di tingkat Asia Tenggara saja kondisinya masih seperti demikian, kayaknya sulit untuk bisa bermimpi lebih tinggi lagi, seperti misalnya di tingkat Asia atau Dunia.
Namun, mari kita berandai-andai. Kira-kira, kapan ya Indonesia ikut serta di Piala Dunia (lagi)? Nah, ASUMSI akan bikin analisis untuk menjawab hal tersebut.
Untuk menjawab pertanyaan kapan Indonesia bisa ikut serta Piala Dunia, pertanyaan yang harus terjawab terlebih dahulu adalah “caranya bagaimana sih biar bisa ikutan Piala Dunia?” Dengan aturan yang berlaku saat ini, ada dua cara, yaitu jadi tuan rumah atau lolos kualifikasi.
Pertama, jadi tuan rumah. Tuan rumah Piala Dunia mendapatkan hak untuk lolos otomatis ke Piala Dunia. Salah satu contohnya adalah Rusia di Piala Dunia 2018 yang sedang berlangsung ini. Untuk jadi tuan rumah sendiri, setiap benua mendapatkan jatahnya masing-masing. Karena Indonesia terletak di benua Asia, jatah terdekat adalah 2022. Namun sayangnya, setidaknya sampai tulisan ini dimuat, Qatar resmi terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia di tahun tersebut. Untuk jatah selanjutnya, Asia baru memiliki jatah di tahun 2034. Sudah ada angan-angan untuk membawa perhelatan sepak bola terbesar di dunia itu ke Asia Tenggara, dengan Vietnam, Indonesia, dan Thailand menjadi tuan rumah bersama. Namun untuk mengadakan perhelatan akbar sebesar itu, modal yang harus dibawa tidak hanya keberanian, tetapi banyak hal-hal lain yang harus dipersiapkan seperti perangkat keamanan, kualitas stadion, infrastruktur transportasi, dan kestabilan politik. Tanpa dipersiapkannya aspek-aspek ini, nampaknya sulit untuk Indonesia dapat menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Cara kedua, lolos kualifikasi. Jika Indonesia dirasa belum siap untuk menggelar Piala Dunia di negaranya sendiri, cara satu-satunya adalah lolos kualifikasi. Sebelum membahas kualitas yang dibutuhkan Indonesia untuk lolos kualifikasi ini, lebih baik terlebih dahulu membahas persyaratan yang ditetapkan untuk wakil Asia. Sampai Piala Dunia 2022, total akan ada 32 tim yang bertanding dalam putaran final. Dengan jumlah total tersebut, benua Asia dialokasikan jatah 4-5 negara. 4 negara akan lolos otomatis dan 1 negara harus mengikuti playoff melawan posisi lima dari Amerika Tengah dan Utara. Namun, mulai dari Piala Dunia 2026, total akan ada 48 tim yang bertanding di putaran final, dengan benua Asia akan mendapatkan alokasi 8 negara sudah termasuk tuan rumah.
Untuk lolos kualifikasi di sistem yang masih berlaku saat ini, perjalanan panjang harus ditempuh Indonesia. Babak pertama kualifikasi Asia mengikutsertakan seluruh negara Asia dan mengeliminasinya hingga tersisa 40 negara. Di babak kedua kualifikasi, 40 negara ini dibagi menjadi lima pot berdasarkan peringkat, dan kemudian dibagi menjadi delapan grup yang berisikan lima negara. Di babak ketiga kualifikasi, delapan juara grup dan empat runner-up terbaik akan dibagi menjadi dua grup, dengan dua tim teratas masing-masing grup akan lolos otomatis ke Piala Dunia. Runner-up terbaik dari kedua grup akan berhadapan dengan wakil Amerika Utara dan Tengah untuk memastikan apakah dapat lolos ke Piala Dunia atau tidak.
Nah, untuk dapat mengikuti seluruh rangkaian kualifikasi di atas dengan baik, Indonesia pun membutuhkan kualitas yang tinggi. Hal inilah yang masih mengganjal Indonesia, sehingga jawaban untuk pertanyaan “Kapan Indonesia bisa ikutan Piala Dunia?” adalah mimpi bagi sebagian orang. Namun tidak bagi ASUMSI, dengan setidaknya memperhatikan tiga hal berikut ini.
Pertama, Indonesia harus memiliki kualitas lembaga sepak bola yang baik. Kondisi internal Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) yang tidak stabil akan menghasilkan iklim sepak bola yang buruk. Salah satu contohnya adalah ketika PSSI dibekukan tahun 2015 kemarin. Liga pun tidak berjalan dengan baik. Akibatnya, tidak hanya menghancurkan tim nasional, tetapi seluruh kualitas sepak bola di tanah air. Sepak bola Indonesia pun berjalan mundur.
Kedua, Indonesia harus memiliki program regenerasi yang baik. Ketika lembaganya sudah baik, hal lain yang harus jadi perhatian adalah regenerasi. Regenerasi ini merupakan aspek esensial. Contoh Spanyol. David de Gea dan Thiago Alcantara merupakan dua pemain yang kini berlaga bersama tim nasional senior Spanyol di Piala Dunia 2018. Dua pemain tersebut merupakan dua pemain kunci yang ikut bersama dengan Luis Milla di tahun 2011 ketika menjuarai Euro U-21.
Ketiga, adanya liga yang berkualitas dan tanpa intervensi. Menciptakan liga yang berkualitas juga merupakan kunci terciptanya sepak bola yang baik. Tengok saja negara-negara seperti Inggris, Spanyol, Jepang, Brazil, dan Arab Saudi yang merupakan negara langganan Piala Dunia. Liga-liga di negara tersebut telah berjalan dengan teratur, sesuai jadwal, dan tanpa intervensi dari pihak-pihak tak bertanggung jawab. Kualitas liga yang baik seperti ini berperan penting dalam menciptakan tim nasional sepak bola negara yang berkualitas.
Dengan demikian, ketika muncul pertanyaan “Kapan Indonesia Ikutan Piala Dunia?” Jawabannya pun sebenarnya jelas, yaitu ketika setidaknya tiga kondisi di atas telah terpenuhi. Semoga, secepatnya.