Terpilihnya kembali Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dalam Pemilihan Umum Presiden di negaranya yang digelar pada Minggu, 24 Juni 2018 telah dikonfirmasi oleh komite pemilihan umum setempat. Dengan begitu, Erdogan dipastikan akan memimpin Turki untuk 5 tahun ke depan.
“Presiden Recep Tayyip Erdogan mendapatkan mayoritas absolut dari semua suara yang valid,” ujar kepala Komite Pemilu Tertinggi (YSK) Sadi Guven, seperti dilansir dari AFP pada Senin, 25 Juni 2018.
Dari data YSK yang dirujuk oleh kantor berita pemerintah Anadolu juga nunjukin kalau Erdogan berhasil memenangkan suara mayoritas penuh. Berdasarkan data tersebut, Erdogan memenangkan 52,5 persen suara, sementara rival terkuatnya, Muharrem Ince dari Partai Rakyat Republk (CHP), hanya meraup 31,7 persen.
Sampai saat ini, YSK sudah selesai menghitung 99 persen suara yang masuk, dan keputusan finalnya akan diumumkan secara resmi pada hari Jumat (29 Juni) yang akan datang. Sekedar informasi nih, bahwa pemungutan suara di Turki diikuti sekitar 60 juta pemilih yang tersebar di 81 provinsi. Pemilu ini digelar berbarengan dengan pemilihan anggota parlemen.
Selain data yang udah disebutin tadi, apa aja sih yang perlu kalian tahu soal Pemilu di Turki tahun 2018 ini? Yuk simak informasi berikut ini!
Dalam Pemilu Turki kali ini, ada enam calon presiden yang bersaing guys, termasuk calon Presiden petahana Recep Tayyip Erdorgan. Untuk partainya, ada delapan partai politik yang bertarung dalam pemilu tahun 2018 ini.
Delapan partai politik yang berpartisipasi dalam pemilu parlemen itu terdiri atas partai lama dan baru, partai lama yaitu Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), Partai Rakyat Republik (CHP), Partai Demokratik Rakyat (HDP), Partai Huda-Par. Sedangkan empat partai yang baru terbentuk yaitu Partai Iyi, Partai Pergerakan Nasionalis (MHP), Partai Saadet dan Partai Vatan.
Untuk pertama kalinya, partai-partai di Turki bisa berkoalisi dan bikin aliansi seperti halnya partai di Indonesia. Misalnya nih, AKP yang menaungi Erdogan telah berkoalisi dengan MHP dalam aliansi bernama Aliansi Rakyat. Sedangkan CHP, Iyi dan Saadet membentuk Aliansi Bangsa.
Selain Erdogan, ada lima capres lainnya dalam pilpres tahun ini. Mereka adalah anggota parlemen Muharrem Ince (54) dari Partai Rakyat Republik (CHP), Meral Aksener (61) yang merupakan satu-satunya kandidat wanita dan mantan Menteri Dalam Negeri dari Partai Iyi, Selahattin Demirtas (45) dari Partai Demokratik Rakyat (HDP), Dogu Perincek (76) dari Partai Vatan dan Temel Karamollaoglu (77) dari Partai Saadet.
Dari nama-nama itu, Muharrem Ince menjadi capres yang paling menonjol selain Erdogan.
Isu pertama yang jelas tentang permasalahan ekonomi, karena memang mata uang Turki, yaitu Lira, tengah mengalami inflasi hingga menyentuh angka 11%.
Isu lainnya adalah terorisme, mengingat Turki tengah menghadapi isu keamanan dari milisi Kurdi dan milisi kelompok ISIS.
Tapi, baik Erdogan maupun lawan terberatnya yaitu Muharrem Ince, sama-sama saling menuding bahwa lawannya tidak pantas memimpin Turki. Ince dalam kampanyenya berjanji menyelamatkan Turki agar tidak terperosok ke kekuasaan otoriter di bawah Erdogan.
Di lain pihak, Presiden Erdogan dalam kampanyenya menuduh Ince, yang merupakan mantan guru dan anggota parlemen selama 16 tahun, enggak punya keahlian untuk memimpin.
“Satu hal untuk menjadi guru fisika, tapi beda lagi untuk memimpin negara. Menjadi presiden perlu pengalaman,” sebutnya.
Untuk sementara Erdogan berhasil ngedapetin 59% suara, dan saingan terberatnya, Muharrem Ince, mengantongi 27%. Nah, kalau Erdogan beneran ngedapetin lebih dari 50% total suara, maka ia akan dinyatakan sebagai pemenang dan enggak perlu lagi deh pemungutan suara putaran kedua.
Tapi, kalau nanti hasilnya enggak ada seorang kandidat pun yang berhasil dapetin lebih dari 50% suara, maka bakalan ada Pilpres putaran kedua, yang rencananya bakalan digelar pada 8 Juli mendatang.