Ajang olahraga Asian Games 2018 tinggal 102 hari lagi nih guys! Perhelatan olah raga se-Asia itu juga udah punya tiga maskot kebanggaan yang mulai sering kita temui di banner-banner pinggir jalan. Tapi, kalian udah pada tahu belum, kalau maskot itu bukan sembarang maskot, tapi juga punya nilai keberagaman dan kesatuan.
Makanya, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan (Kemristekdikti) melalui akun Twitter-nya mengajak kita untuk mengenal lebih jauh tentang tiga hewan khas Indonesia yang menjadi maskot kebanggaan Asian Games 2018, yaitu Bhin Bhin, Atung, dan Kaka.
Ternyata, ketiga maskot itu adalah hewan yang berasal dari tiga wilayah Indonesia yang berbeda. Masing-masing mereka juga mengenakan kostum dari tiga budaya tradisional yang berbeda pula. Menarik banget kan?
Sebelum makin penasaran, langsung aja yuk kita kenalan sama tiga hewan yang unik itu!
Hewan pertama yang kita ajak kenalan yaitu Bhin Bhin, burung Cendrawasih kuning-besar yang punya nama ilmiah Paradisaea apoda, dan berasal dari Papua. Kalau aslinya, burung ini cukup besar untuk seukuran burung, sekitar 43 cm.
Burung cendrawasih satu ini punya warna bulu yang sangat indah yang merupakan perpaduan dari cokelat marun, bermahkota kuning, bagian tenggorokannya berwarna hujau zamrud, dan bantalan dadanya berwarna cokelat kehitaman. Saking indahnya, burung ini disebut sebagai Birds of Paradise atau burung dari surga.
Burung cenderawasih ini tersebar di hutan dataran rendah dan bukit di barat daya pulau Irian, dan Pulau Aru, Indonesia. Makanannya terdiri dari buah-buahan, biji serta serangga kecil.
Di maskot Asian Games, Bhin Bhin Si Cendrawasih ini memakai rompi dengan motif dari Papua, tepatnya motif Asmat.
Kalau Atung, ternyata ini adalah Rusa Bwean yang punya nama ilmiah Axis kuhlii. Rusa ini hanya bisa ditemui di Pulau Bawean di tengah Laut Jawa, lho. Kalau secara administrasi, Pulau Bawean sendiri masuk ke dalam Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Rusa ini memiliki panjang 140 sentimeter dari kepala ke tubuhnya dan tanduknya bisa tumbuh hingga 47 sentimeter. Tanduk ini akan digunakan untuk bertarung pada saat musim kawin. Rusa ini hidup dalam kelompok kecil yang biasanya terdiri atas rusa betina dengan anaknya atau jantan yang mengikuti betina untuk kawin. Mereka aktif mencari makan di malam hari.
Sayangnya, Atung Si Rusa dari Pulau Bawean ini udah termasuk hewan langka, guys, bahkan terancam punah. Populasinya aja diperkirakan hanya tersisa sekitar 300 ekor di alam bebas.
Namun, di dalam maskot, Atung digambarkan tetap ceria dan semangat, dengan mengenakan sarung dengan motif tumpal dari Jakarta.
Nah, kalau Kaka si maskot yang paling gendut ini adalah Badak jawa atau badak bercula-satu kecil yang punya nama ilmiah Rhinoceros sondaicus. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak India dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja.
Badak ini punya panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Meski disebut namanya Badak Jawa, tapi badak ini enggak hanya hidup di Pulau Jawa aja, tetapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara, India, dan Tiongkok.
Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir besar. Badak jawa hanya bisa bertahan hidup selama 30-45 tahun di alam bebas, dan saat ini jumlahnya sangat sedikit, bahkan menurut WWF badak Jawa kini menjadi badak paling langka dari lima jenis badak lain.
Di dalam maskot, Kaka Si Badak Jawa ini digambarkan menggunakan pakaian tradisional dengan motif bunga khas Palembang.