Budaya Pop

‘Infinity War’: Menikmati Kiamat Kecil Para Avengers

Derick Adeboi — Asumsi.co

featured image

Euforia menyambut film Avengers: Infinity War memang tidak tertahankan. Dapat dikatakan, film ini adalah kulminasi dari usaha keras Marvel selama 10 tahun terakhir dengan belasan film dan puluhan superhero, untuk membuat sebuah suguhan yang melebihi film superhero manapun. Pun, film ini memang baru bagian pertama, menyusul tahun depan ketika kisah epik di Infinity War ini akan berakhir.

Sebagai sebuah pengalihwahaan dari komik, sebenarnya tidak ada yang mengejutkan dengan film ini. Bahkan, dalam serial animasi Avengers pun, sudah ditampilkan pertempuran para Avengers dengan Thanos. Sederhananya, kita tidak perlu terkejut dengan apa yang nanti ditampilkan film ini.

Beruntung, Marvel Cinematic Universe (MCU) mengemas film ini secara lebih “universal”, alias bisa dinikmati sekalipun oleh non-Marvel fans. Tapi, jelas lebih enak kalau kita sudah pernah nonton beberapa film Marvel, ya, paling tidak film-film yang dirilis 3-4 tahun terakhir. Tujuannya buat mempermudah kerja otak, karena ada puluhan karakter dari berbagai latar yang muncul di sini.

Thanos berusaha mendapatkan 6 infinity stones. Foto: Marvel

Cerita ini menjadi simpul dari potongan cerita yang sudah dibangun lewat film-film MCU. Thanos sebagai salah seorang makhluk terkuat di semesta ingin mengumpulkan enam infinity stones, supaya dia bisa memperoleh kekuatan setara Tuhan dan bisa melakukan apapun yang dia mau. Beberapa infinity stones ada di bumi; time stone yang dipunyai Doctor Strange dan mind stone yang dimiliki Vision. Avengers yang tadinya terpecah mau enggak mau harus bersatu untuk melawan Thanos dan anak buahnya. Sebenarnya alur ceritanya sesimpel ini, bahkan semua ditampilkan di trailer. Tapi, tentunya diisi berbagai kejutan-kejuatan agar jadi menarik.

Hal yang menarik dari film ini adalah world building—atau mungkin universe building—yang ditampilkan. Dari sekian banyak film produksi MCU, sejauh ini hanya Thor dan Guardians of Galaxy berani mengambil latar multiplanet; dan di film ini, universe building-nya mencapai titik tertinggi. Ada aroma-aroma Star Wars dan Star Trek yang tercium dari suguhan universe building di film ini. Tapi, tidak mengherankan, sih, karena dari trailer pun sudah digembar-gemborkan kalau Thanos dengan infinity stones-nya punya level destruktif sebesar alam semesta.

Thanos sendiri, meskipun diposisikan sebagai antagonis atau tokoh jahat, sebenarnya jauh lebih menarik dari itu. Memang sih, dari tren beberapa film terakhir, tokoh antagonis di film-film MCU punya kecenderungan ambivalen alias jahat namun mungkin enggak jahat. Sosok Thanos di sini kompleks, bukan sekadar tokoh jahat yang ingin menguasai alam semesta, lalu menjadi tiran dan memperbudak segala makhluk. Bahkan mungkin, ia pantas-pantas saja dibuatkan film khusus, lalu diberi tagline anti-hero seperti Deadpool, mungkin.

Guardians of The Galaxy dan Iron Man mendapatkan porsi screen time yang cukup. Foto: Marvel

Russo bersaudara selaku sutradara pun berjuang keras untuk memberikan screen time yang ideal bagi para karakter, mengingat masing-masing karakter—seperti Iron Man, Thor, Hulk, dll—punya penggemarnya masing-masing. Berita baiknya, Russo bersaudara sukses memberikan proporsi screen time yang pas untuk semua karakter. Bahkan, sisi emosional dan dramatis beberapa karakter berhasil digali, seperti kejelasan hubungan Wanda dan Vision, sampai ke rumitnya hubungan Starlord dan Gomora.

Kalau untuk suguhan visual, pasti tidak mengecewakan. Perpaduan antara visual yang ditampilkan Black Panther berpadu dengan suguhan visual Guardians of The Galaxy manakala setting berada di luar angkasa. Tapi, harus diakui, film ini sebagian besar memang bergantung pada animasi CGI yang ditampilkan, jadi besar kemungkinan pada bagian keduanya pun porsi CGInya akan semasif ini.

Dari segi musik, tone yang agak muram memang muncul hampir sepanjang film. Tidak ada lagi throwback song seperti di beberapa film MCU. Komposisi musik latar cukup membangun suasana meskipun tidak ada yang benar-benar berkesan; barangkali memang dinfungsikan sebagai penguat latar suasan saja, bukan untuk mendistraksi.

Penampilan para aktor di film ini pun masih dengan mempertahankan gaya yang sama, meskipun ada beberapa karakter yang secara tampilan terlihat baru. Robert Downey Jr sebagai Tony Stark masih tampil flamboyan, dengan joke one liner-nya. Chadwick Bosseman masih segar dengan image Black Panther-nya. Chris Hemsworth sebagi Thor dengan rambut pendeknya terkesan lebih humanis, meskipun tetap perkasa sebagai anak dewa. Chris Evans sebagai Captain America muncul dengan brewok yang membuatnya terkesan lebih gloomy dan cocok dengan warna film ini. Tentu yang paling ditunggu, Tom Holland dengan gaya urakannya sebagai Spider-Man, mungkin jadi yang paling berkesan dari film ini.

Chadwick Boseman sebagai Black Panther. Foto: Marvel

Kekurangan film ini? Pada durasi yang terasa begitu singkat untuk materi cerita sepadat ini. Sebenarnya, tidak ada bagian cerita yang rumpang, sih, tapi terasa cerita sangat Thanos-sentris, didominasi penjelasan latar Thanos dan pencarian batunya.

Adegan pertempuran pun meski durasinya lumayan, tidak terasa cukup klimaks. Ada juga beberapa pola dialog dan konflik yang terasa begitu klise, sampai-sampai diulangi beberapa kali oleh tokoh yang berbeda. Di luar kekurangan minor ini, film ini tetap sebuah film yang luar biasa di banyak aspek.

Jelaslah bahwa Avengers: Infinity War adalah sebuah film yang sangat ramai dan penu ketegangan. Sebagai bagian pertama, pembangunan cerita dan karakter di dalamnya cukup berhasil. Penonton rasanya mampu dibawa masuk ke dalam kengerian dan ketidakberdayaan yang dihadirkan oleh sosok Thanos.

Untuk pertama kalinya kita dibuat bersimpati pada Avengers, yang biasanya dapat menaklukan musuhnya cukup “mudah”. Dapat dinikmati juga oleh kawan-kawan yang sebelumnya mungkin belum pernah menonton film keluaran MCU. Nilai akhir film ini: 8,7/10.

Derick Adeboi adalah mahasiswa program magister Cultural Studies Universitas Indonesia

Share: ‘Infinity War’: Menikmati Kiamat Kecil Para Avengers