Guys, udah pada tahu belum kalau Starbucks mau menutup delapan ribu tokonya di Amerika Serikat (AS)? Tapi, jangan kaget dulu, karena penutupan toko Starbucks ini hanya sementara kok. Sebab, ketika ribuan gerai tutup, tepatnya pada 29 Mei mendatang, kurang lebih 175 ribu karyawan bakalan ngikutin pelatihan tentang sikap anti-rasisme.
Jadi ceritanya, pada 12 April kemarin, sempat ada insiden yang ngebuat nama Starbucks jadi bahan pembicaraan, guys. Insiden yang terekam kamera amatir itu menunjukan ketika dua orang pria kulit hitam ditangkap di salah satu gerai Starbucks di Philadelphia.
Usut punya usut, penangkapan dua pria tersebut bukan karena mereka mencuri, tapi karena mereka menggunakan toilet dan enggak memesan menu apapun di Starbucks. Mereka dituduh oleh pegawai Starbucks telah masuk tanpa izin.
Setelah kejadian itu, berbagai protes pun berdatangan sehingga insiden ini menjadi viral di media sosial. Video yang beredar di Twitter itu kemudian memicu tuduhan bahwa Starbucks bertindak rasis.
Kejadian yang tersebar di media sosial itu memunculkan banyak tanggapan dari warganet. Mereka menganggap apa yang dilakukan oleh dua pria tersebut bukan merupakan perbuatan yang salah, karena enggak cuma mereka berdua yang pernah melakukan hal yang sama.
Oleh sebab itu, netizen ramai-ramai nge-tweet dengan tagar #BoycottStarbucks.
I don’t know how many times I’ve gone into a Starbucks to use a washroom and then sat and – gasp – waited for a friend. Shit, sometimes I’ve just used thief washrooms and left without making a purchase. Never arrested. Shame on you Starbucks. #BoycottStarbucks— Jennifer Burgin (@JBurgin76) April 16, 2018
Everyone should go to Starbucks and buy nothing and just sit there. #BoycottStarbucks— Monad (@monad1010) April 16, 2018
Nah setelah ada tagar tersebut, Starbucks memilih untuk menutup gerainya sementara dan ngadain pelatihan demi meningkatkan standar operasional pelayanan, demi mencegah diskriminasi dan memastikan semua konsumen merasa aman ketika berada di dalam toko.
“Meskipun ini tidak terbatas pada Starbucks, kami berkomitmen untuk menjadi bagian dari upaya mewujudkan perdamaian dalam masyarakat multikultural. Menutup toko kami untuk pelatihan bias rasial hanyalah satu langkah dalam perjalanan yang membutuhkan dedikasi dari setiap tingkat perusahaan dan kemitraan di komunitas lokal kami,” kata CEO Starbucks Kevin Johnson dikutip dari Time.com pada Rabu, 18 April.
Sekedar informasi nih, katanya, kurikulum pelatihannya nanti tersebut dirancang oleh para pemimpin dan para ahli hak-hak sipil untuk memerangi bias rasial, seperti salah satunya adalah mantan Jaksa Agung AS Eric Holder.