Salah satu ajang pameran buku terbesar bertajuk Big Bad Wolf (BBW) kembali hadir di Indonesia, setelah memulai acara pertamanya di tahun 2015. Big Bad Wolf sendiri awalnya digelar di Malaysia dan saat ini sudah diselenggarakan di Thailand, Filipina, Sri Lanka, dan tentunya di Indonesia.
“Kami hadir untuk meningkatkan minat baca masyarakat di Indonesia dengan buku-buku berkualitas,” ujar Uli Silalahi, Presiden Direktur PT Jaya Ritel Indonesia, penyelenggara pameran.
Kalo kalian, ada yang belum pernah dengar soal pameran Big Bad Wolf? Pasti rugi deh, soalnya, pameran buku ini enggak cuma terbesar aja, tapi juga penuh dengan diskon yang gila-gilaan. Makanya, kalian perlu perhatikan tentang empat hal menarik tentang BBW yang dateng lagi di tahun ini!
Buku yang dihadirkan di BBW awalnya emang berfokus pada rilisan impor, baik dari novel, biografi, buku cerita anak atau photobook. Dari semua buku itu, 80 persen adalah buku impor terbitan Usborne, DK, Disney, serta buku lokal dan buku berbahasa Mandarin, dengan diskon antara 60-80 persen.
Tapi spesial buat tahun ini, BBW juga punya banyak koleksi buku lokal, sebagai bentuk apresiasi kepada penulis-penulis lokal. Pameran yang digadang-gadang menjadi penjualan buku terbesar di Asia Tenggara itu menyediakan 5,5 juta buku dengan harga diskon.
Buat kalian yang super sibuk dan males banget keluar siang-siang, karena panas dan macet, tenang aja, Big Bad Wolf yang hadir mulai 29 Maret hingga 9 April 2018 di Indonesia Convention Center (ICE) BSD, Tangerang ini diselenggarakan 24 jam.
Perintis pameran BBW, Andrew Yap bilang kalau nama Big Bad Wolf sebenarnya berasal dari dongeng serigala yang menyerupai seorang nenek tua dan berpura-pura tidur agar dapat memangsa Little Red Riding Hood. Oleh Andrew, Big Bad Wolf akhirnya dijadiin nama perusahaan, dengan alasan menarik.
“Nama Big Bad Wolf adalah nakal dan menarik,” ujar Andrew dilansir dari Themalaymailonline.com.
Ketika Andrew berkunjung ke luar negeri, dia ngeliat banyak sekali toko buku yang ngejual buku-buku sisa yang enggak terjual. Kemungkinan, buku sisa itu dijual dengan potongan harga supaya memikat pembeli. Oleh sebab itu, Andrew jamin, kalau buku-buku yang ia jual itu adalah buku asli.
“Tidak menjual buku bajakan. Kami menjual buku-buku baru yang remaindered atau sisa tidak terjual dengan harga yang biasanya lebih murah 50-80 persen dari harga eceran,” tuturnya.