Guys, belakangan ini netizen sempat dihebohkan lagi dengan kemunculan poster lama dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia atau Bekraf yang berisi slogan “Kopi Itu Digiling Bukan Digunting”. Sontak slogan kampanye itu pun kembali jadi perdebatan panas.
Kalian pasti udah tau kan guys maksud kalimat kampanye Berkraf itu? Yap, kopi digiling sendiri adalah kopi yang diolah langsung menggunakan mesin penggiling dan dijual di kedai kopi atau coffee shop. Kopi digiling dijual dengan harga yang jauh lebih mahal, tapi buat kidz zaman now, no problem lah ya soal harga yang penting gaya!
Nah, kopi digunting sendiri jauh lebih praktis. Kopi digunting adalah kopi bubuk yang sudah jadi dalam kemasan sachet dan dijual di toko-toko kelontong terdekat yang ada di sekitaran rumah kalian. Harga kopi ini jauh lebih murah dan terjangkau oleh semua kalangan.
Eh iya, satu lagi nih guys, kalau kopi digiling penyajiannya sangat rapi dan telaten, berbeda dengan kopi digunting yang rock n roll abis karena diaduk dengan lipatan bekas bungkus kopi itu sendiri atau pake batang pensil.
Keberadaan slogan kampanye Berkraf itu sendiri sempat memicu perang argumen di jagat maya. Meski akhirnya Berkraf sudah mengklarifikasi soal slogan kampanye yang sudah dihentikan sejak setahun lalu itu, namun hal tersebut tetap membuat Asumsi.co tergelitik untuk tau lebih jauh soal kedua penikmat kopi itu.
Asumsi.co berkesempatan ngobrol-ngobrol dengan dua penikmat kopi beda genre, yakni penikmat kopi digiling dan penikmat kopi digunting. Seperti apa sih tanggapan mereka soal sensasi ngopi dengan selera yang berbeda itu? Mari kita kulik!
Kenapa suka kopi digiling?
“Gue setuju sih sama slogan kampanye Berkraf itu soal ‘Kopi itu digiling bukan digunting’. Gue kan sering juga menikmati kopi di kedai atau coffee shop,” kata bocah millennial merangkap guru SD di Ciledug, Kabupaten Tangerang, Rizki Hasan kepada Asumsi.co, Rabu 14 Februari.
Menurut pria yang karib disapa Bambing itu, kopi digiling lebih nikmat ketimbang kopi digunting karena punya cita rasa dan aroma yang lebih kuat. Apalagi, biji kopi yang disajikan merupakan biji kopi asli dan digiling langsung saat itu juga.
“Selain itu, kopi digiling jauh lebih nikmat apalagi kalau menikmatinya di coffee shop atau kedai kopi kekinian yang disajikan langsung oleh baristanya kan. Ya pasti ya, setelah kopi itu digiling, kita bisa langsung menikmati kopi itu di suasana coffee shop yang sebagian besar pasti didesain menarik dan unik,” sambungnya.
Bambing yang merupakan Sarjana Ilmu Hubungan Internasional dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu pun membeberkan beberapa kelebihan kopi digiling. Yang pertama, kopi digiling itu enggak mengandung banyak gula, berbeda dengan kopi digunting yang lebih banyak gula daripada kopinya.
Lalu yang kedua adalah lebih fresh karena prosesnya langsung, enggak pake disimpen-simpen dulu atau ditempatkan di bungkus seperti kopi digunting. Dan yang ketiga, tidak mengandung pengawet. Keempat, kafeinnya lebih tinggi.
Kenapa suka kopi digunting?
Eits tunggu dulu Bang Bambing, ada penikmat kopi digunting nih. Adalah Suryani, seorang penulis lepas yang mengaku sangat menggandrungi kopi digunting atau kopi sachet-an yang dibeli di warung kelontong pinggir jalan.
“Kopi digunting itu tentu sangat murah meriah harganya. Semua kalangan dari presiden sampai rakyat jelata pun bisa membeli dan menikmati kopi sachet-an di warung-warung kelontong itu,” kata Suryani kepada Asumsi.co, Rabu 14 Februari.
Selain murah, Suryani yang merupakan lulusan Universitas Jember itu mengungkapkan bahwa kopi digunting lebih gampang disajikan ketimbang kopi digiling yang ribet. Kopi sachetan juga gampang dibawa kemana-mana dan kapan saja.
“Ya lihat aja kan kalau mau bikin kopi sachetan enggak pake ribet. Apalagi pas mau ngaduk, kalau enggak ada sendok, pake bungkus kopinya aja di-lipet-lipet. Kalo enggak ya pake batang pensil atau pulpen aja. Simpel kan?” sambung Suryani.
Apa sih kekurangan kopi digiling?
“Kekurangan kopi digiling itu adalah harganya sangat mahal. Ya wajar sih ya karena kan bahan dan prosesnya itu emang pilihan dan memerlukan teknik khusus untuk mengolahnya,” ujar Bambing.
“Jadi ya ada harga ada kualitas sih ya,” seloroh Bambing yang punya akun Instagram pribadi @RizkiBambs dengan sejumlan foto-foto kopi digilingnya.
Kalau kekurangan kopi digunting?
Suryani pun tak menampik kalau kopi digunting punya kekurangan meski harganya terjangkau dan enggak ribet. Menurut Suryani, kopi sachet kurang nampol dan sedap pas dinikmati.
“Kopi sachetan yang digunting itu sih kurang legit ya rasanya. Kadang emang kopi sachet-an itu lebih banyak mengandung gula daripada kopinya,” beber Suryani.
So guys, mau kopi digiling atau kopi digunting, semuanya ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing kok, jadi gak perlu ribet ya sampe berdebat. Yang jelas, cara orang menikmati kopi kan beda-beda, ya enggak guys?
Yang terpenting dari keduanya adalah sama-sama soal ‘pilihan, rasa, dan cara menikmati’. Jadi, kalian tim #kopidigiling atau tim #kopidigunting?