Buat kalian yang nonton serunya pidato Presiden Jokowi di pembukaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar semalam (18/12), pasti kalian gak lupa dengan celetukan-celetukan Jokowi yang berhasil bikin satu ruangan di Assembly Hall, JCC Senayan Jakarta dipenuhi oleh tawa dari kader partai beringin itu. Apalagi, ketika kakeknya Jan Ethes itu dengan santainya membeberkan rahasia-rahasia umum yang ada di internal Golkar.
“Saya tahu ada grup-grup besar di Partai Golkar,” kata Jokowi disambut dengan gelak tawa tipis-tipis dari peserta.
“Ada grupnya Pak Jusuf Kalla, adaaaa,” Jokowi mulai menyebut grup-grup yang dimaksud.
Para peserta pun langsung gemuruh memberikan tepuk tangan, tawa, serta siulan, pokoknya heboh deh.
“Ada grup besar dari Pak Aburizal Bakrie, adaaa,” lanjut Jokowi.
“Ada juga grupnya Pak Luhut Binsar Pandjaitan, adaaa. Diem-diem tapi ada,” celetuk Jokowi membuat suasana JCC makin gemuruh.
“Ada juga grup besarnya Pak Akbar Tandjung, adaaa. Semua orang tau. Ada juga grup besarnya Agung Laksono, adaa. Dan grup-grup besar yang lainnya,” tutur Jokowi dengan santainya.
Setelah mendengar pidato ini, tim ASUMSI jadi bertanya-tanya, apa sih maksud Jokowi menyebutkan faksi-faksi yang ada di internal Golkar itu? Apa ada udang di balik batu, atau iseng-iseng doang? Karena kepo, kami pun memutuskan untuk ngobrol-ngobrol sama pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya. Kira-kira, begini isi obrolannya:
ASUMSI: Mas Toto, (panggilan akrab Yunarto, red) apa sih maksud dari pidato Jokowi semalam? Kok nyindir faksi-faksinya Golkar gitu, Mas?
Yunarto Wijaya: Pidato itu bisa berarti banyak hal ya. Yang pertama, Jokowi ingin menunjukkan bahwa dirinya “menguasai” partai Golkar, karena dia berdiri di atas semua faksi. Ketika dia menyebutkan bahwa ada faksi Luhut sambil tertawa, lalu ada faksi Jusuf Kalla yang merupakan wakilnya sendiri, ada juga faksi Ical, itu dia ingin mengatakan bahwa ‘saya mengerti dan menguasai peta Partai Golkar, dan saya berdiri di atas semua kubu, gak hanya pada kubu tertentu’.
ASUMSI: Terus maksudnya muji-muji Partai Golkar apa, Mas? Kok muji partai lain di depan Bu Mega?
Yunarto Wijaya: Nah, itu juga dia ingin memperlihatkan bahwa Golkar ditempatkan secara khusus dalam koalisi kekuasaannya. Dengan menyampaikan itu di hadapan Megawati, dia menyandingkan Golkar dengan PDIP, di mana keduanya adalah partai terbesar saat ini. Jadi, statement ini menunjukkan bahwa Golkar punya posisi khusus dalam koalisi pemerintah.
ASUMSI: Maksudnya, Golkar lebih istimewa dibanding partai-partai lain di koalisi pemerintah, Mas?
Yunarto Wijaya: Harus diakui iya, apalagi selama ini juga statement Jokowi soal Golkar tidak normatif, tapi menunjukkan keberpihakan. Menurut saya sih ini realistis ya, mengingat dari jumlah suara dan koalisi, Golkar ini secara de facto kuat baik kualitatif maupun kuantitatif. Jadi, masuk akal ketika presiden Jokowi memanfaatkan kondisi ini dengan sangat baik.
ASUMSI: Oke deh Mas Toto, terima kasih atas ngobrolnya ya, Mas.
Yunarto Wijaya: Sama-sama.
Oh, jadi itu dia guys, makna di balik sindiran Presiden Joko Widodo ke faksi-faksi yang ada di tubuh Golkar. Boleh juga ya, maksud tersembunyi dari sindiran itu. Semoga aja abis munas ini, faksi-faksi tersebut bisa lebih kompak, ya. Karena, seperti kata presiden Jokowi, Partai Golkar adalah partai besar yang memiliki banyak politikus ulung di dalamnya, jadi sebagai partai besar, Golkar harus solid.