General

Makna Sya’ban, Bulan Diangkatnya Amalan Umat Muslim

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Pixabay

Bulan Sya’ban yang akan segera berakhir saat ini merupakan bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah. Bulan ini dianggap memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki bulan-bulan lainnya. Mengapa demikian?

Penamaan Bulan Sya’ban

Sebelum memahami keistimewaannya, tentu perlu tahu dari mana asal penamaaan bulan Sya’ban. Dikutip dari jurnal ilmiah Yuyu Yuniawati, S.Ag yang dirilis Bimas Islam Kementerian Agama RI, disebutkan bahwa nama Sya’ban diambil dari kata Sya’bun (شعب) yang artinya ‘kelompok / golongan’, atau ‘jalan di atas gunung.” 

“Maka Islam kemudian memamfaatkan bulan Sya’ban sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan demi mencapai kebaikan,” tulis jurnal tersebut.

Sumber yang sama menuliskan, ada pula yang mengatakan kalau Sya’ban berasal dari kata sya’aba ( شعـب ) yang berarti ‘merekah’ atau ‘muncul dari kedalaman”. 

“Ini karena Sya’ban yang berada di antara dua bulan yang dimuliakan yakni Rajab dan Ramadhan,” tulis Yuyu.

Alasan lain disebut dengan bulan Sya’ban adalah karena pada bulan ini masyarakat Arab berpencar ( يتشا عـب ) untuk mencari sumber mata air.

“Pemanasan” Jelang Ramadhan

Jurnal yang sama menuliskan, bulan Sya’ban menjadi saat yang tepat bagi kaum muslimin untuk bersiap menjemput bulan suci Ramadhan yang tentu dinantikan kehadirannya oleh umat Islam.

“Di bulan Sya’ban ini kita dapat melakukan warming up (pemanasan) dengan memperbanyak puasa sunah dan amalan sunah lainnya,” tulis jurnal tersebut.

Maka, tidak kaget, ketika memasuki Ramadhan, umat Islam dihadapkan pada kewajiban berpuasa dan amalan sunah lainnya. 

Namun, bagi sebagian orang yang belum memahami keutamaan dan hikmah yang terkandung di bulan Sya’ban ini, mereka justru menjadikan bulan Sya’ban ini sebagai “bulan pelampiasan” atau “bulan aji mumpung.”

Sebab, mereka menilai bulan Sya’ban adalah masa untuk berpuas diri melakukan hal-hal yang tidak terpuji sebelum beribadah sebulan penuh pada bulan Ramadhan.“Persepsi seperti ini di masyarakat awam, sebagai bentuk betapa tertipunya kaum muslimin di bulan Sya’ban,” tulis Yuyu.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Anwar Abbas menuturkan, bulan Sya’ban adalah momentum bagi umat Muslim untuk menjadi manusia yang lebih baik, sebelum memasuki bulan Ramadhan.  

“Bulan Sya’ban adalah bulan bagi umat Islam untuk siap-siap semakin taat beribadah dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT menjelang bulan suci Ramadhan,” ucapnya kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Kamis (1/4/21).

Maka, salah satu ibadah yang ada di bulan ini, yakni adanya anjuran berpuasa yang disebut dengan puasa Nisfu Syaban. “Puasa ini hukumnya sunnah dan dilakukan pada hari ke-15 atau pertengahan di bulan Sya’ban. Nifsyu artinya pertengahan, maknanya ibadah yang dijalankan di bulan Sya’ban,” ujarnya. 

Meski sunnah, namun amalan-amalan pada malam Nisfu Syaban, mulai dari berpuasa, salat hingga berdoa, memiliki banyak keistimewaan. Salah satunya adalah Allah akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. 

“Kecuali orang yang menyekutukan Allah dan yang bertengkar, namun saat malam Nisfu Syaban belum juga berdamai, maka merugi bila ada yang lalai atau menyepelekan ibadah di bulan Sya’ban,” ujarnya.

Bulan Diangkatnya Amal Manusia

Salah satu hadist Rasulullah SAW pun ada yang menyebut bahwa bulan Sya’ban merupakan bulan yang dilalaikan oleh kaum muslimin. Hadist tersebut berbunyi:

“Usamah bin Zaid telah menceritakan kepadaku, aku berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa di satu bulan melebihi puasamu di bulan Sya’ban.” Rasulullah menjawab, “Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam. Karena itu aku ingin saat amalku diangkat kepada Allah, aku sedang berpuasa.” (HR. An Nasa’i No. 2221; Dinyatakan hasan oleh Al Albani; dishahihkan oleh Ibnu Huzaimah).

Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW menyatakan bahwa bulan Sya’ban ini sebagai bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia. Ia dilupakan karena letaknya berada di antara dua bulan yang menyedot perhatian umat Islam. 

“Bulan Rajab yang sangat diperhatikan dan dimuliakan, karena ia merupakan salah satu dari empat bulan haram (arba’atun hurum), di bulan ini pun menjadi momentum kaum muslimin untuk mengingat kembali ke-Maha Besaran Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Rasulullah Muhammad SAW) melalui peristiwa bersejarah Isra Mi’raj yang sangat fenomenal. Begitu pun dengan bulan Ramadhan yang juga sangat dimuliakan dan dinantikan oleh kaum muslimin karena didalamnya terdapat kewajiban berpuasa dan peristiwa bersejarah Nuzulul-Qur’an serta berbagai keutamaan lain.” [Yuniawati, 2021]

Sya’ban juga dinilai istimewa karena bulan ini, diangkatnya amal manusia menuju Allah SWT. Salah satu Hadist Riwayat An-Nasa’I dan Imam Ahmad, yang telah dinilai hasan oleh Al-Albani berbunyi, “Rasulullah SAW bersabda, Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam.”

Anwar menambahkan, Sya’ban, yang lekat dengan Ramadhan, dapat menjadi arena latihan agar khusuk menjalankan ibadah bulan suci. “Syaban mengkondisikan kita untuk masuk ke bulan itu. Puasa di bulan Sya’ban itu latihan buat diri kita menyongsong Ramadhan. Kemudian, bila bulan Ramadan bisa dimanfaatkan dengan baik, maka Allah SWT akan membukakan pintu surga untuk kita,” ujarnya menjelaskan.

Ia menganalogikan, umat Muslim yang mampu lulus latihan menjadi manusia yang lebih baik di mata Allah SWT, sebelum memasuki bulan Ramadan, inilah yang dimaknai diangkat atau diterima amalannya oleh Sang Pencipta.

“Begitu lulus latihan, maka bulan suci Ramadan ini adalah bulan dimana Tuhan memberikan kesempatan luas kepada manusia untuk sukses di akhirat nanti,” pungkasnya.

Share: Makna Sya’ban, Bulan Diangkatnya Amalan Umat Muslim