Potret kawanan gajah liar Asia yang sedang istirahat tidur siang di kawasan lahan barat Tiongkok barat daya, ramai menjadi perbincangan di jagad maya baru-baru ini. Fenomena ini membuat aktivis lingkungan menaruh perhatian khusus.
Migrasi Sejauh 500 Kilometer
Melansir Xinhua, kawanan gajah ini bermigrasi dari habitat mereka di sebuah hutan yang berada di Prefektur Otonom Etnis Dai Xishuangbanna menuju Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan.
Otoritas setempat menyampaikan, kawanan gajah ini telah menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 500 km dari habitat asal mereka.
Saat ini, pihak otoritas setempat masih berupaya melacak dan mengarahkan kawanan tersebut agar tidak berpapasan dengan penduduk daerah setempat, yang berpopulasi 8,46 juta jiwa.
Foto 14 ekor gajah yang beristirahat seperti yang diunggah akun chinaxinhuanews, diketahui terjadi pada Rabu (9/6/21) lalu sekitar pukul 11.00 siang waktu setempat, saat mereka memasuki daerah Shijie di Kota Yuxi malam hari sebelumnya.
Menurut komando lapangan yang bertugas memantau migrasi kawanan itu, setelah sempat tidur siang, 14 ekor gajah ini bergerak 3,7 km semakin jauh ke arah barat daya pada Rabu (9/6/21) sore pukul 17.00 waktu setempat.
Seekor gajah jantan yang memisahkan diri dari kawanannya lima hari lalu, saat ini terpisah sekitar 12 km di sebuah hutan di Anning, kota setingkat kabupaten di bawah pemerintahan daerah Kunming.
Namun, kawanan gajah telah diarahkan kembali ke kawanannya. Seluruh gajah yang ada di kawanan itu dipastikannya dalam kondisi sehat dan aman. “Masih belum jelas mengapa mereka meninggalkan cagar alam habitat mereka,” kata pihak komando lapangan.
Dipantau Drone dan Diawasi Truk
Dalam perjalanannya, menurut laporan yang sama gajah-gajah itu telah melintasi hutan, mengarungi sungai, menjelajahi desa dan kota, menerobos pertanian, hingga menyerbu ladang tanaman pangan.
Komando lapangan terus memastikan keselamatan kawanan gajah saat beristirahat. Pasalnya, di sana tengah terjadi hujan badai yang berkepanjangan.
Pihak otoritas setempat terus ikut menjaga keselamatan penduduk maupun kawanan gajah. Sejak beristirahat, 11 drone, sampai sekitar 1.300 orang yang mengendarai ratusan truk dan kendaraan darurat dikerahkan untuk melakukan pemantauan.
Baca Juga : Es di Kutub Makin Cepat Mencair Picu Fenomena Pengungsi Iklim
Sekitar 2,1 ton makanan juga telah disiapkan untuk kawanan gajah agar tidak kelaparan. Sementara lebih dari 11.000 penduduk dievakuasi. Lebih dari 20 truk tanah dan mobil pemadam kebakaran juga dikerahkan. Gunanya sebagai barikade untuk mencegah kawanan gajah memasuki daerah berpenduduk masih menepi di pinggir jalan di Xiyang, Kunming serta memastikan kesediaan air untuk diminum mereka.
Hingga saat ini belum ada laporan kehadiran kawanan gajah ini memicu konflik dengan manusia dan menyebabkan korban jiwa satu sama lain, sebagaimana yang dikhawatirkan otoritas setempat.
Disambut Antusiasme Warga
He Guoyong, salah seorang sopir truk tanah yang ikut mengawal kawanan gajah, bercerita dirinya sudah bekerja selama sekitar sepekan, sampai makan dan tidur di kendaraannya.
“Kami bersedia mengerahkan tenaga karena kami membantu mencegah kemungkinan terjadi konflik antara manusia dan gajah,” jelasnya.
Ia teringat saat berada hanya beberapa meter dari kawanan gajah yang sedang beristirahat. Dirinya sama sekali tak berani bersuara karena gajah sangat peka terhadap suara dan bau.
Tang Zhengfang, seorang warga Desa Gaoliangdi di Kunming bercerita kepada Xinhua mengaku antusias dengan kehadiran kawanan gajah ini.
Karena, Tang mengaku selama ini hanya melihat gajah di televisi. “Mendengar gajah berkeliaran di dekat desa kami, saya cukup antusias, tetapi juga khawatir mereka tidak akan punya cukup makanan di hutan terdekat,” katanya.
Pria berusia 49 tahun itu secara sukarela menghubungi pemerintah setempat untuk menyumbangkan jagung untuk memberi makan kawanan gajah tersebut. “Saya sungguh berharap mereka punya cukup makanan dan minuman dalam perjalanan pulang,” ucapnya.
Salah satu pejabat di Xiyang Zhou Wei, juga aktif menyampaikan informasi kepada penduduk desa, memperkenalkan kebiasaan hidup gajah, serta undang-undang dan peraturan terkait perlindungan satwa tersebut.
Selama ini, Tiongkok telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi gajah Asia yang masuk dalam kategori hewan liar dilindungi. Ketatnya perlindungan terhadap hewan liar di sana membuat populasi gajah liar di Yunnan kini berkembang menjadi sekitar 300 ekor, naik dari 193 ekor sejak tahun 1980.
Kini, Yunnan telah mendirikan 11 cagar alam tingkat regional atau nasional sebagai bentuk kepedulian pemerintah setempat menyediakan perlindungan bagi gajah Asia.
Perlindungan Populasi Gajah Dinilai Mendesak
Fenomena migrasi gajah Asia yang menempuh perjalanan jauh ini membuat organisasi lingkungan global, Greenpeace menaruh perhatian khusus.
“Kalau berkaca dari ini sebenarnya memang perlu perhatian mendalam. Menurut kami, peristiwa ini terjadi karena kawanan gajah merasa ancaman yang terjadi di habitat mereka sudah sangat parah hingga menyebebkan mereka harus melarikan diri,” jelas Pengkampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Sabtu (12/6/21).
Baca Juga : Pernah Terbangkan Monyet, Kini NASA Luncurkan Bayi Cumi-cumi ke Luar Angkasa
Ia mengaku prihatin dengan kawanan gajah Asia harus mencari tempat yang layak untuk ditinggali mereka sampai harus menempuh perjalanan ratusan kilometer. “Ini menunjukkan adanya masalah hewan yang tidak dilindungi secara serius dan menjadi isu global yang perlu tindakan nyata dari seluruh negara di dunia,” desak pria yang akrab disapa Rio ini.
Ia bercerita, di Indonesia juga pernah ada peristiwa serupa yakni kawanan gajah Sumatra yang melarikan diri dari habitatnya yang sudah tak nyaman dihuni mereka menuju tempat yang layak.
“Sekitar tahun 2000-an, Prof. Emil Salim, tokoh dan aktivis lingkungan hidup kita pernah juga mengawal kawanan gajah di Sumatra supaya tidak bentrok dengan manusia karena habitat hutan mereka terancam, sehingga mereka membutuhkan habitat yang layak dan cukup untuk menyediakan makanan yang besar,” tuturnya.
Populasi Gajah di Indonesia Kian Menurun
Rio mengingatkan, jika manusia tak peduli pada kesejahteraan gajah di habitatnya dengan membiarkan terjadinya eksploitasi hutan dan tidak mencegah terjadinya kerusakan lingkungan bisa menyebabkan spesies hewan ini punah.
“Gajah ini kan, makannya banyak. Kebutuhan konsumsi mereka cuma disediakan alam. Kalau habitat mereka di alam dibiarkan rusak maka mereka akan merangsek ke tempat-tempat lain bahkan konflik gajah dan manusia bisa terjadi dan bisa menyebabkan kepunahan,” imbuhnya. Adapun populasi gajah Sumatra di Indonesia, menurut catatan Greenpeace saat ini semakin menurun jumlahnya. Bahkan di Lampung, kata dia, daerah yang dikenal sebagai kawasan konvervasi gajah Sumatra tak mampu menjaga kelestarian habitat mereka dengan baik.
“Populasinya tinggal sedikit kayak di Lampung yang ada Way Kambas yang katanya tempat tinggal gajah Sumatra, tetap saja habitatnya terganggu karena adanya ekspansi lahan besar-besaran. Begitu juga di Aceh, sering terjadi konflik dengan manusia,” terangnya.
Ia mempertanyakan program hewan dilindungi di berbagai belahan dunia. Menurutnya harus terus digalakkan. Jangan sampai anak dan cucu kita nanti mengenal gajah sebagai hewan mitos karena kepunahan mereka.”Kita ketahui juga beberapa jenis gajah juga sudah ada yang punah, seperti gajah kerdil. Maka perlu dilakukan konservasi besar-besaran gajah dan hewan-hewan yang bisa terancam punah. Ini tidak bsia ditawar-tawar lagi,” tandasnya.