Budaya Pop

Sejarah Panjang Hari Nyepi yang Dilakukan Sejak 426 Masehi

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Unsplash

Hari Nyepi 2021 jatuh esok hari, Minggu (13/3). Masyarakat Bali beragama Hindu merayakan mulai melakukan ritual Hari Nyepi dengan khidmat.

Perayaan Hari Raya Nyepi lekat dengan momen perenungan sekaligus menyucikan diri bagi umat Hindu yang merayakannya. Nyepi sudah lama sekali dikenal perayaannya di Bali. Namun, masih banyak yang belum mengetahui pasti kapan Nyepi itu mulai dikenal dan dirayakan. Sejak kapan Nyepi mulai diperingati sebagai hari raya di Indonesia?

Perayaan Nyepi di Bali Sejak 426 Masehi

Akademisi dari Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Udayana, Prof. Ir. Wayan Sayang Yupardhi mengatakan, banyak dokumen sejarah yang menyatakan Nyepi sudah dilaksanakan Indonesia, tepatnya di Bali sejak abad 1 Masehi.

“Ada juga yang mengatakan (perayaan Nyepi) sejak dahulu kala tanpa menyebut tahun atau abad,” kata Yupardhi melalui jurnal ilmiah Widya Duta yang diterima Asumsi.co, Sabtu (13/3).

Namun, melalui kajian ilmiah yang disampaikannya, berdasarkan hasil diskusi panjang dalam proses pempelajaran di Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar diungkapkan sejak kapan Nyepi mulai dirayakan di Bali.

“Dapat diketahui bahwa Nyepi sudah dilaksanakan di Bali pada tahun 426 Masehi,” jelasnya.

Sementara, mengenai alasan Nyepi dilakukan pada Tilem (hari gelap) sasih ke sanga pada orang-orang di Bali, saat ini masih terus dilakukan penelitian lebih lanjut.

“Namun demikian, mereka sudah melaksanakan suatu upacara penyepian yang baik, walau secara filosofis mereka masih kurang pemahamannya,” tuturnya.

Upacara Nyepi di Bali

Ada sejumlah upacara yang dilakukan dalam rangka pergantian tahun baru Çaka yang merupakan rangkaian perayaan Nyepi di Bali. Antropolog dari Universitas Udayana, I Wayan Suwena mengungkapkan, upacara pertama disebut dengan melasti atau mekiis.

“Bahkan ada juga yang menyebut upa- cara ini dengan nama upacara melis, biasanya dilaksanakan tiga atau dua hari sebelum pelaksanaan Nyepi,” kata Suwena lewat kajian ilmiah yang disampaikannya lewat penelitiannya.

Fungsi upacara melasti, kata dia sebagai bentuk penyucian peralatan upacara dan personal masing-masing umat yang akan melaksanakan ritual catur brata penyepian pada Hari Raya Nyepi. 

Pada hari melasti ini, perlengkapan upacara lainnya diarak ke pantai atau sungai. Namun, kebanyakan warga Bali yang beragama Hindu menyucikan perlengkapan upacaranya ke pantai. 

“Di sini, adanya suatu pandangan bahwa laut, danau, atau sungai merupakan sumber air suci dan dipercaya kekotoran tersebut bisa disucikan,” ungkapnya.

Selanjutnya, ialah upacara pengrupukan yang oleh masyarakat setempat disebut tawur kesanga atau tawur agung. Ritual pangrupukan ini diselenggarakan sehari sebelum merayakan Nyepi. 

“Tepatnya pada bulan mati (tilem) Sasih Kasanga terakhir untuk melaksanakan upacara bhuta yadnya,” kata dia,

Upacara ini diadakan pada waktu pergantian tahun menurut perhitungan Hindu Bali dengan upacara yang disebut tawur agung kasanga, yakni upacara yang dipersembahkan kepada bhuta kala. 

“Pelaksanaannya di Bali disebut sebagai upacara korban (mecaru) yang berfungsi menjaga keseimbangan alam semesta maupun diri manusia dari gangguan bhuta kala,” pungkasnya.

Ibadah Nyepi Kurangi Polusi Lingkungan

Yupardhi menerangkan Hari Raya Nyepi umat Hindu, khususnya di Bali dijalankan selama 12 jam penuh dengan tidak menyalakan api.Selain itu, mereka tidak diperkenankan bepergian ke luar rumah, tidak melakukan aktifitas fisik sejak pukul 6 pagi hingga pukul 6 pagi keesokan harinya. Selama itu para pemuka masyarakat Hindu mengharapkan umat Hindu melaksanakan introspeksi diri masing- masing atau meditasi.

“Kemudian ber-japam atau menyebut nama-nama suci Tuhan berulang-ulang dalam hati di rumah masing-masing sehingga Bali ini terasa senyap selama 24 jam,” kata dia. 

Melalui perbuatan ini, lanjutnya, hikmah yang didapatkan adalah selama 24 jam tersebut, mengurangi polusi udara di sekitar lingkungan.

“Tidak ada polusi yang disebabkan oleh gas-gas polutan seperti CO2, CO, CH4, dan sebagainya yang dikeluarkan oleh mesin-mesin motor, mobil, kapal laut, kapal udara, pabrik, asap rokok dan sebagainya,” imbuhnya.

Agama Lain Hormati Perayaan Nyepi di Bali

Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali pun mendapatkan perlakuan toleransi yang kuat dari penganut agama lain, salah satunya umat Muslim.

Dalam jurnal ilmiah yang sama, Yupardhi menerangkan ibadah salat yang dijalankan umat Muslim di masjid terdengar sepi selama berlangsungnya Hari Raya Nyepi di Bali.

“Sembahyang atau salat yang dilakukan oleh umat Islam di berbagai masjid di Bali tidak terdengar alunannya. Mereka menghormati juga saudaranya dari Hindu,” jelasnya.

Aktivitas keagamaan non Hindu lainnya pun tidak terdengar di masing-masing rumah ibadah mereka di Bali. Hal ini disepakati sejak lama.

“Tidak ada gesekan- gesekan berarti, di antara sesama mungkin para krama desa adat, terutama yang muda-muda mulai menyadari betapa indahnya perbedaan dalam persatuan,” tandasnya.

Share: Sejarah Panjang Hari Nyepi yang Dilakukan Sejak 426 Masehi