Foto: Ramadhan/Asumsi.co
Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mengerahkan tujuh kapal patroli Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) dalam misi pencarian puing pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Salah satu kapal tersebut adalah KN. Alugara P-114, yang ditumpangi awak Asumsi.co, Minggu (10/1/21).
Perjalanan menuju titik koordinat lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 membutuhkan waktu sekitar dua jam. Kami berangkat ke lokasi kejadian di tengah awan mendung dan ombak tinggi sekitar pukul 11.00 WIB. Sesampainya di lokasi pada pukul 13.00 WIB, KN. Alugara diapungkan, tak jauh dari kapal-kapal lain milik tim SAR gabungan seperti TNI AL, Basarnas, kepolisian, dan lainnya.
Sejauh mata memandang, lalu lintas laut di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang tampak sangat sibuk. Selain sederet kapal pencari yang mengapung, tim SAR gabungan juga bolak-balik menyisir titik koordinat di lokasi kejadian menggunakan perahu karet. Patroli udara juga dilakukan oleh aparat terkait.
Kepada Asumsi.co, salah satu kru KN. Alugara, Sobirin, mengungkapkan ada lebih dari 13 kapal pencari yang beredar di sekitar area titik koordinat, termasuk kapal milik KPLP. Hal itu dilihat dari radar monitor di ruang nakhoda yang menampilkan nama-nama kapal yang beroperasi.
“Sejauh ini sih yang terdeteksi itu ada lebih dari 13 kapal, semuanya kapal pencari. Kalau kapal yang tidak terdeteksi itu kemungkinan mereka menon-aktifkan alat pemancar, sehingga tak ada sinyal yang ditangkap kapal kita,” kata Sobirin saat berbincang di ruang nakhoda sambil menjelaskan titik koordinat di radar monitor, Minggu (10/1).
Setelah sekitar dua jam mengapung di tengah laut, tim KPLP akhirnya memutuskan untuk menurunkan perahu karet untuk ikut menyisir ke titik koordinat pada pukul 15.00 WIB. Saya, seorang reporter televisi, dan empat kru KPLP bergegas berangkat menembus ombak tinggi dan awan gelap.
“Kita coba mendekat ke perahu-perahu tim Kopaska TNI AL yang berada tepat di titik koordinat lokasi yang diduga jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, yang ada marking bola-bola oranye di sekitar perahu mereka itu,” kata salah satu kru KPLP dari atas perahu karet.
Mesin tiba-tiba dimatikan, tapi posisi perahu karet kami masih berjarak dengan perahu-perahu Kopaska. Ternyata, hal itu dilakukan karena kru KPLP tak ingin mengambil risiko jika terlalu dekat dengan tim Kopaska yang sedang melakukan penyelaman.
“Nggak boleh terlalu dekat ke perahu mereka, takutnya ada anggota Kopaska yang sedang nyelam. Keberadaan perahu kita nanti bisa mengganggu bahkan membahayakan anggota yang berada di dasar laut.”
Setelah sekitar 10 menit memantau dari jarak cukup jauh, mesin dinyalakan dan kami memutuskan untuk menyisir agak dekat ke perahu tim Kopaska. Hasil pun nihil, tak ada serpihan yang kami temukan. Sampai akhirnya kru KPLP memutuskan untuk merapat ke KRI Rigel-933, kapal yang menangkap sinyal black box dan menemukan turbin yang diduga milik Sriwijaya Air SJ-182.
Kami merapat di dekat perahu-perahu karet Kopaska. Tak banyak informasi yang bisa kami gali soal penyelaman sore itu. Sebab, setelah bertegur sapa, para anggota Kopaska langsung sibuk mempersiapkan titik penyelaman. Perahu kami akhirnya meninggalkan KRI Rigel-933 dan memutuskan kembali ke KN. Alugara sambil menyisir laut sekitar.
Di tengah perjalanan, kami menemukan dua potong terpal berwarna biru. Dengan cepat, kru KPLP langsung mengangkat terpal-terpal tersebut ke tas perahu dan membawanya ke KN. Alugara. Spekulasi pun bermunculan saat kami merapat di kapal induk KPLP.
“Kemungkinan besar ini bekas terpal pembungkus kargo di Sriwijaya Air, bisa jadi, karena bentuk dan seratnya agak beda. Tapi kan ini baru dugaan, kita nggak mau berspekulasi.”
Di lain tempat, tim KPLP lainnya menemukan potongan rambut yang diduga terkait dengan pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Tak hanya potongan rambut, tim KPLP juga menemukan organ tubuh dan passenger seat di Pulau Untung Jawa. KPLP sendiri melakukan penyisiran sejak pukul 15.30 WIB menggunakan Kapal KN 205 Belati di area utara pulau Lancang dan selatan pulau Lancang
“Di Pulau Untung Jawa kami menemukan satu bagan puing pesawat berupa passenger seat, dan beberapa bagian potongan organ tubuh manusia, berupa rambut dan organ lainnya,” kata Staff KPLP Yudha kepada wartawan di Pelabuhan JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (10/1).
***
Proses pencarian serpihan dan puing-puing pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta, masih terus berlangsung. Di hari kedua dan ketiga, Minggu (10/1) dan Senin (11/1), tim SAR gabungan berhasil mengangkat berbagai serpihan dari titik koordinat jatuhnya pesawat Boeing 737-500.
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu, pada Sabtu (9/1), pukul 14.40 WIB setelah empat menit lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Menurut FlightRadar24, pesawat itu kehilangan ketinggian 10 ribu kaki dalam satu menit.
Adapun pesawat tersebut mengangkut total 62 orang yang terdiri atas 50 penumpang (40 dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi) serta 12 kru.
Di hari kedua, Minggu (10/1), sejumlah serpihan pesawat rute Jakarta-Pontianak dan bagian tubuh korban terkait jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 ditemukan. Temuan tersebut dikumpulkan di KRI Kurau-856 dan KRI Teluk Gilimanuk-531.
Barang bukti tersebut mulai dari beberapa lempeng bagian pesawat, kabel dari potongan mesin pesawat, benda mirip roda, tumpahan minyak, baju anak-anak warna pink, bagian tubuh, properti milik penumpang dan lainnya. Selain itu, ada pula serpihan berupa potongan baling-baling, moncong pesawat, hingga turbin pesawat.
Selanjutnya, serpihan dan body part korban akan diserahkan kepada pihak Disaster Victim Identification (DVI), Kompol Asep Winardi, Kasubdit Dokpol, untuk dibawa ke RS Polri Kramatjati guna pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan serpihan pesawat diserahkan kepada auditor Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang diwakili oleh Yunus Ardianto.
Sementara kotak hitam atau black box yang diduga milik pesawat Sriwijaya Air SJ-182, juga sudah ditemukan lokasinya. Upaya pengangkatan black box dan bagian pesawat lainnya bakal dilakukan Senin (11/1). Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyebut tim gabungan pencari telah menandai lokasi yang diduga kuat merupakan black box pesawat.
“Saat ini terus berupaya untuk mendapatkan black box yang posisinya juga diduga kuat adalah posisi black box yang kita cari,” kata Hadi dalam konferensi pers di JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (10/1).
Hal ini dibuktikan dari adanya sinyal yang dikeluarkan dari black box. Hadi pun berharap, dalam waktu tak terlalu lama, black box segera diangkat. “Sehingga dapat menjadi bahan bagi KNKT untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan tersebut,” ucapnya.
Adapun tim SAR gabungan melaporkan kotak hitam terdeteksi di kedalaman 17-20 meter. Menurut Dantim Sar Taifib TNI AL Lettu Marinir Sofi Rahmadani di atas KRI Teluk Gilimanuk, Minggu (10/1) sore, kotak hitam terdeteksi dengan alat yang bisa membaca frekuensi alat itu.
Lalu, tim penyelam mulai mencari di sekitar tempat diduga lokasi terdeteksinya kotak hitam tersebut. “Sekarang pencarian sudah dilakukan, difokuskan di sekitar KRI Rigel,” kata Sofi, Minggu.
Dalam proses pencarian kemarin, tim penyelam menurunkan 17 Personel Denjaka, 14 Personel Taifib, 23 personel Kopaska dengan perlengkapan mulai dari searider, perahu karet, peralatan selam, alat komunikasi bawah air, GPS bawah air, dan kamera bawah air.