Isu Terkini

Modus Penipuan Online, Apa Saja Bentuknya dan Bagaimana Menghindarinya?

Advertorial — Asumsi.co

featured image

Modus penipuan secara daring makin beragam bentuknya. Ada pelaku kejahatan yang berpura-pura jadi pembeli kemudian mengklaim akan melakukan pembayaran melalui ‘transfer OneKlik’. Pelaku kemudian justru meminta data pribadi seperti nomor kartu ATM dan kode OTP yang telah terkirim via SMS ke calon korban.

Ada pula kejahatan yang dilakukan dengan meretas aplikasi tertentu di ponsel hingga menyamar sebagai pihak berwenang atau orang yang dikenal oleh korban. Pelaku kemudian meminta data pribadi atau bahkan minta ditransfer sejumlah uang!

Bagi penjual online yang tidak sadar dirinya tertipu, modus penipuan yang termasuk dalam kejahatan siber (cyber crime) ini berisiko membuatnya kecolongan uang hingga jutaan rupiah. Untuk itu, perlu pemahaman lebih menyeluruh tentang modus-modus kejahatan daring dan cara bagi nasabah untuk menjadi generasi anti modus yang lebih waspada dan tidak mudah tertipu.

Apa itu kejahatan siber?

Pada dasarnya, kejahatan siber (cyber crime) adalah modus operandi terbaru dari sebuah tindakan penipuan melalui media digital. Kejahatan ini punya sifat yang tidak mengenal waktu dan tidak pilih-pilih target. Ancamannya bisa saja terjadi pada individu atau perusahaan.

Kejahatan siber sendiri memiliki berbagai tujuan. Klasifikasinya mulai dari iseng belaka, bullying, data breach, sampai kejahatan serius yang merugikan korbannya secara finansial—mulai dari terkurasnya saldo rekening, kartu kredit, dan dompet digital hingga kehilangan nyawa.

Ada berbagai macam modus dari kejahatan siber, antara lain dengan cara pengelabuan atau phishing, memanfaatkan alamat surel palsu, mengambil alih kendali sebuah komputer dan meminta tebusan atau ransomware, mencuri identitas korban, memanfaatkan kartu kredit orang lain secara ilegal atau carding, mencuri data korporat, sabotase siber atau cyber extortion,dan tindakan memata-matai secara siber atau cyber espionage.

Social Engineering

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kejahatan siber mudah merajalela, mulai dari korban yang termakan iming-iming (hadiah, diskon, bonus, dll), di bawah tekanan (akun ditutup dalam 1X24 jam, diancam dari kepolisian, dll), atau mengaku orang yang dikenal. Semua itu adalah social engineering, yang menyebabkan si korban lengah dan tidak jalan logikanya.

Faktor lainnya adalah kurangnya literasi publik tentang produk-produk perbankan dan pentingnya menjaga kerahasiaan data pribadi – #DatamuRahasiamu. Kurangnya literasi publik ini membuat informasi pribadi seperti identitas pribadi, nomor kartu ATM, kode OTP, dan sebagainya mudah untuk ditembus.

Apa saja modusnya?

1. Penipuan mengatasnamakan produk atau institusi tertentu

Salah satu modus penipuan yang terjadi adalah penipuan yang mengatasnamakan OneKlik. OneKlik adalah solusi baru bertransaksi onlinehanya dengan satu kali klik, langsung dari aplikasi merchant partner BCA, misalnya untuk top-up di aplikasi e-wallet atau belanja di online shop.

Penipu menggunakan manipulasi psikologis untuk memperoleh informasi data rahasia secara langsung dari calon korban, yang biasanya penjual online, dan pelaku kejahatan biasanya mengaku sebagai calon pembeli, kemudian mengelabui korban demi mendapatkan kode OTP dan nomor kartu ATM dengan berbagai cara, salah satunya dengan berpura-pura membayar dengan cara transfer menggunakan produk OneKlik dari BCA.

Pelaku mengajak penjual untuk chat secara japri lalu men-share screenshot tampilan palsu OneKlik yang sudah di edit seolah-olah OneKlik tsb dapat melakukan transfer ke perorangan, dan harus memasukkan nomor kartu ATM dan kode OTP. Setelah korban berhasil dibujuk untuk memberikan nomor kartu ATM dan kode OTP, maka si pelaku berhasil mendaftarkan akun OneKlik milik korban dan mengambil sejumlah rupah milik korban.

2. Penipuan Kartu Kredit

Korbannya adalah pengguna kartu kredit, pelaku kejahatan biasanya mengatasnamakan pihak bank atau perusahaan tertentu. Ada bermacam cara modus penipuannya.

Pertama , mengaku dari pihak bank dan menawarkan pembatalan transaksi mencurigakan. Pelaku kejahatan menghubungi pemegang kartu kredit, mengaku dari Halo BCA dan memberitahukan ada sejumlah transaksi besar yang mencurigakan (misalnya beberapa transaksi jutaan rupiah di online shop). Pihaknya kemudian menawarkan untuk membatalkan transaksi tersebut asal korban bersedia memberikan nomor CVV dan kode OTP.

Kedua, mengaku dari bank / perusahaan tertentu dan menginformasikan korban menjadi pemenang undian. Pelaku kejahatan menghubungi korban dan memberitahukan bahwa dirinya memenangkan undian program bank, kemudian meminta konfirmasi berupa nomor CVV dan kode OTP untuk alasan administrasi.

Ketiga, mengaku dari bank dan menawarkan kenaikan limit kartu kredit kepada korban. Pelaku kejahatan menghubungi korban dan menjanjikan akan memberikan kenaikan limit kartu kredit jika pemegang kartu bersedia memberikan nomor CVV dan kode OTP.

Bagaimana siasat mencegah diri jadi korban kejahatan siber?

Untuk nasabah BCA, terdapat sejumlah tips yang harus diketahui untuk terhindar dari penipuan:

● Jangan termakan bujuk rayu atau ancaman apapun yang dilakukan oleh pelaku kejahatan melalui social engineering.

● Pahami produk-produk perbankan. Misalnya produk OneKlik bukanlah alat untuk transfer ke perorangan,      melainkan untuk pembayaran pada aplikasi merchant.

● Jangan pernah memberikan nomor kartu ATM, kode OTP dan nomor CVV kartu kredit kepada siapapun, termasuk pihak yang mengaku dari BCA. #DatamuRahasiamu.

● Untuk memastikan kebenaran informasi, silakan menghubungi Halo BCA 1500888 atau melalui akun Twitter resmi @HaloBCA (ingat, yang resmi yang ada centang birunya).

Supaya jadi #GenerasiAntiModus dan data kamu tidak diretas atau diperjualbelikan secara ilegal, beberapa tips yang bisa dipakai adalah:

● Hindari akses dan transaksi melalui situs, aplikasi, atau email tidak dikenal. Hindari pula permintaan akses berlebihan dari sebuah aplikasi.

● Ganti PIN dan kode akses secara berkala agar terhindar dari pencurian data.

● Hati-hati dalam menggunakan Wi-Fi publik atau Wi-Fi gratis, sebab jika koneksi tersebut diretas semua aktivitasmu di internet dapat terlihat—termasuk data login akun bank.

● Hindari login otomatis untuk transaksi perbankan.

Update komputer dan ponsel demi mendapatkan perlindungan terbaru dari pelanggaran keamanan digital dan malware.

● Amankan perangkat seluler dengan menetapkan PIN, pengenalan wajah, atau sidik jari demi mempersulit orang lain mengakses ponsel.

● Melakukan review secara berkala semua mutasi dan transaksi dan laporkan jika ada transaksi yang mencurigakan yang tidak kamu lakukan.

Cek info selengkapnya di sini. (https://www.bca.co.id/id/awasmodus/8-tips-menjaga-keamanan-data-internet-banking-dan-kartu-kredit)

Jadilah #GenerasiAntiModus yang selalu update modus-modus terbaru di www.bca.co.id/awasmodus

Share: Modus Penipuan Online, Apa Saja Bentuknya dan Bagaimana Menghindarinya?