Isu Terkini

Bagaimana Amonium Nitrat Bisa Menjadi Ledakan di Beirut, Lebanon?

Raka Ibrahim — Asumsi.co

featured image

Kemarin (4/8) sore, sebuah ledakan besar mengguncang Beirut, ibu kota Lebanon. Setelah debu mereda, diperkirakan lebih dari 100 orang meninggal dunia, lebih dari 5 ribu orang luka-luka, dan sekitar 300 ribu orang kehilangan tempat tinggalnya. Gedung, rumah, dan pertokoan rubuh, kaca-kaca pecah, dan dentum ledakan terdengar sampai pulau Siprus, ratusan kilometer jauhnya. Apa penyebabnya?

Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, dalam pernyataan resmi beberapa jam setelah ledakan, menyatakan ada indikasi kuat bahwa ledakan disebabkan oleh amonium nitrat sebanyak 2.750 metrik ton yang tersimpan selama enam tahun di sebuah gudang di wilayah pelabuhan Beirut.

Pernyataan ini didukung oleh Kepala Keamanan Lebanon Abbas Ibrahim. Ia membeberkan bahwa pihaknya telah menyita sejumlah “bahan yang amat mudah meledak” bertahun-tahun lalu, lantas menyimpannya di gudang tersebut. Mengapa amonium nitrat, yang umumnya dipakai sebagai pupuk, bisa tiba-tiba membawa malapetaka?

Amonium Nitrat (N2H4O3) adalah senyawa mudah larut dalam air yang diproduksi dengan bentuk butiran mungil, yang dikenal dengan nama prill. Umumnya, prill amonium nitrat digunakan sebagai pupuk pertanian nitrogen untuk menyuburkan tanaman. Namun, ia juga dipakai sebagai campuran dalam bahan peledak, biasanya untuk kebutuhan konstruksi atau pertambangan.

Ledakan akibat amonium nitrat melepaskan gas beracun seperti nitrogen oksida, yang menimbulkan asap berwarna kemerahan. Dari sinilah kecurigaan pemerintah Lebanon bermula. Tak lama sebelum ledakan tersebut, gudang di pelabuhan itu terbakar dan apinya membubung dengan warna kemerahan. Menurut mereka, itu pertanda kunci bahwa amonium nitrat berperan penting.

Namun, amonium nitrat bukan senyawa yang dapat meledak sendiri, melainkan senyawa oksidan. Sederhananya, ia bertindak sebagai suplai oksigen yang dapat mempercepat pembakaran dari material lain. Ia memperparah sebuah ledakan, bukan memicunya.

Tentu saja ada pengecualian. Dalam temperatur yang amat sangat tinggi, amonium nitrat dapat terurai dengan cepat dan melepaskan gas seperti uap air dan nitrogen oksida. Pelepasan gas ini biasanya kemudian menimbulkan ledakan.

Namun, kejadian seperti itu amat sangat langka. Amonium nitrat baru bisa “meledak” bila terjadi ledakan atau kebakaran duluan di tempat prill amonium nitrat itu sendiri disimpan. Atau, bila prill amonium nitrat entah kenapa disimpan bersamaan dengan barang mudah terbakar lainnya, dan barang lain itu terbakar atau meledak duluan.

Peristiwa seperti itulah yang terjadi pada tahun 2015 di Tianjin, Cina, saat sebuah ledakan di pabrik kimia menewaskan 173 orang. Usut punya usut, ledakan tersebut terjadi gara-gara prill amonium nitrat disimpan di tempat yang sama dengan bahan-bahan kimia yang sangat mudah terbakar.

Karena itulah protokol penyimpanan amonium nitrat sangat ruwet. Menurut Occupational Safety and Health Administration USA, misalnya, bangunan tempat penyimpanan amonium nitrat wajib memiliki ventilasi memadai. Hal ini penting supaya mencegah akumulasi senyawa beracun dan gas panas yang dapat memicu ledakan. Selain itu, bahan bangunan tak boleh mengandung seng, tembaga, kayu atau bahan lainnya yang tak kompatibel dengan amonium nitrat. Seluruh bangunan juga wajib kering setiap saat dan setiap waktu.

Bila amonium nitrat sampai menyebabkan ledakan, situasinya dijamin ekstrem. Gudang penyimpanan amonium nitrat di Beirut rupanya bersebelahan dengan pabrik kembang api, yang kebakaran terlebih dahulu.

Menyimpan bahan mudah meledak persis sebelah pabrik kembang api tentu bukan ide bagus, sehingga muncul dugaan kuat kelalaian dari aparat Lebanon. Presiden Lebanon, Michel Aoun, hari ini menjanjikan akan ada investigasi yang transparan dan bersumpah bahwa pihak yang bertanggungjawab akan “dihukum seberat-beratnya.”

Namun, kenyataannya niscaya lebih rumit dari dugaan semula. Seperti dilansir CNN, tak semua pihak menilai ledakan tersebut murni disebabkan amonium nitrat. Menurut Anthony May, penyelidik ledakan yang sempat bekerja untuk biro ATF di AS, awan kemerahan yang membubung tinggi dari tempat ledakan justru akan berwarna kekuningan, bukan kemerahan. Oleh karena itu, ia menduga terdapat bahan kimia atau senyawa berbahaya lain yang disimpan dalam gudang tersebut.

Setelah puing terakhir beres diangkut dan semua korban telah ditemukan, rakyat Lebanon akan menuntut jawaban kepada pemerintahnya.

Share: Bagaimana Amonium Nitrat Bisa Menjadi Ledakan di Beirut, Lebanon?