Isu Terkini

Khashoggi dan Sederet Pihak yang Pernah ‘Diteror’ Usai Kritik Penguasa

Ramadhan — Asumsi.co

featured image
Asumsi.co

Nama Jamal Khashoggi tiba-tiba jadi sorotan media internasional dalam beberapa pekan terakhir. Sosok wartawan senior tersebut awalnya dilaporkan hilang saat mengunjungi konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, untuk mengurus berkas pernikahannya pada 2 Oktober 2018 lalu. Saat itu, ia datang bersama tunangannya Hatice Cengiz.

Saat hendak masuk ke dalam gedung Konsulat, Khashoggi pun memberikan dua telepon selulernya kepada sang tunangan, yang hanya menunggu di luar Konsulat. Ketika itu, ia berpesan agar tunangannya menelepon seorang pejabat Turki jika dirinya tidak keluar dari Konsulat. Sayangnya, Khashoggi tak kunjung keluar dari konsulat sampai dinyatakan hilang.

Berbagai informasi intelijen rahasia Amerika Serikat dan Turki mengatakan bahwa pria berusia 56 tahun itu tewas dibunuh oleh orang-orang yang khusus didatangkan dari Arab Saudi. Namun, pihak Arab Saudi sendiri sempat membantah dengan keras tuduhan Turki hingga Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman Al Saud mengatakan bahwa Khashoggi sudah pergi meninggalkan Konsulat setelah urusannya selesai.

Lalu, setelah 18 hari, pada Sabtu, 20 Oktober, pemerintah Arab Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi, tewas dalam perkelahian di gedung. Namun pengakuan Saudi ini justru jauh berbeda dengan pernyataan pejabat-pejabat Turki, yang meyakini bahwa Khashoggi disiksa, dibunuh dan jasadnya dimutilasi oleh agen-agen Saudi yang dikirimkan ke Istanbul.

Khashoggi sendiri memang dikenal sebagai jurnalis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah Arab Saudi. Ia sempat masuk dalam lingkaran pemerintah Saudi, sebagai penasehat Pangeran Turki al-Faisal, mantan kepala intelijen dan duta besar Saudi untuk Amerika Serikat dan Inggris.

Saat menjadi wartawan di Saudi, Khashoggi kerap mengkritik pemerintahan Mohamad bin Salman, putera mahkota kerajaan Saudi. Kritikan Khashoggi terutama terkait kedekatan Saudi dengan pemerintahan baru Amerika Serikat di tangan Presiden Donald Trump. Ia juga menentang intervensi Saudi selama ini dalam perang sipil di Yaman.

Perlu diketahui, Mohamad bin Salman merupakan penerus Raja Salman yang berambisi melakukan reformasi ekonomi, politik, dan sosial budaya besar-besaran di Saudi, misalnya membuat kebijakan yang membebaskan wanita di Saudi. Sayangnya, Saudi masih kerap menindak pihak yang berbeda pendapat dengan pemerintah, sehingga hal itulah yang jadi sasaran kritik Khashoggi.

Merasa tidak aman berada di negaranya, Khashoggi akhirnya melarikan diri ke AS. Di negeri Paman Sam, ia menjadi kontributor The Washington Post dan terus mengeluarkan tulisan kritis. Ia pun bebas menulis kritikannya terhadap pemerintah Saudi melalui The Washington Post.

Khashoggi pun mengarahkan kritikannya terutama kepada MbS yang disebutnya sebagai diktator mirip Presiden Rusia Vladimir Putin. Misalnya saja, Khashoggi pernah menulis opininya yang sangat pedas di The Washington Post berjudul “Saudi Arabia wasn’t always this repressive. Now it’s unbearable”.

Khashoggi bukan satu-satunya sosok yang kritis terhadap penguasa lalu diteror sampai tewas. Jauh sebelumnya, ada sederet wartawan, aktivis dan tokoh dunia yang lebih dulu merasakan diteror dan dibungkam penguasa dalam perjuangan menyuarakan kebenaran dan keadilan. Asumsi.co merangkum beberapa di antaranya.

Sandeep Sharma

Sandeep Sharma merupakan sosok wartawan investigasi yang tewas ditabrak sebuah truk pada 1 April 2018 lalu saat mengendarai sepeda motor di India. Sharma dikenal gencar melaporkan pertambangan pasir ilegal di negara bagian Madhya Pradesh, India. Ia ditabrak di sebuah jalan di distrik Bhind, India dan nyawanya tak terselamatkan dalam perjalanan ke rumah sakit.

Sebelum tewas, Sharma sebenarnya telah meminta perlindungan kepada aparat kepolisian karena merasa nyawanya terancam. Wartawan itu, diketahui telah menerbitkan dua laporan jurnalistik mengenai mafia pasir untuk sebuah stasiun TV, News World, India.

Sejumlah aktivis mengatakan laporan itu tidak berguna karena ada sejumlah elemen polisi yang juga bekerja sama dengan komplotan tersebut. Dalam rekaman kamera CCTV pada Senin dini hari memperlihatkan Sharma sedang mengendarai sepeda motor. Tiba-tiba ada sebuah truk yang berbelok ke arahnya dan tabrakan pun tak terhindarkan.

Seperti dilansir dari Channel News Asia, Selasa 27 Maret 2018, menurut sejumlah kelompok jurnalis India, Sharma merupakan korban terbaru dari kejahatan geng penyelundup pasir yang dianggap sebagai “emas India”, sangat penting bagi industri konstruksi yang sedang populer di negara tersebut. Jaringan kriminal biasanya menyediakan pasir secara ilegal, yang bersumber dari pantai atau dari balai suaka margasatwa.

Daphne Caruana Galizia

Seorang wartawan yang memimpin penyelidikan Panama Papers tentang korupsi di Malta, Daphne Caruana Galizia, meninggal pada Senin, 16 Oktober 2017 lalu waktu setempat dalam sebuah ledakan bom mobil di dekat rumahnya. Ia meregang nyawa saat mobilnya, Peugeot 108, dihancurkan alat peledak dahsyat.

Daphne Caruana yang merupakan seorang blogger itu memang kerap membuat para penguasa panas. Bahkan, blog-nya dinilai sebagai duri baik oleh tokoh pendiri maupun kriminal yang terus menggoyang negara terkecil di Eropa itu.

Dalam pernyataan terakhirnya, Daphne Caruana menuding Perdana Menteri Malta, Joseph Muscat, beserta istrinya yang menjabat sebagai menteri energi dan seorang kepala staf pemerintahan memiliki perusahaan di Panama untuk menerima uang dari pemerintah Azerbaijan.

Putra Caruana, Matthew Caruana Galizia mengatakan bahwa ibunya dibunuh dengan bom mobil karena telah mengungkap berbagai korupsi politisi di negara itu. Matthew menulis di akun Facebook bahwa ibunya telah dibunuh. “Ibu saya dibunuh karena dia berdiri di antara penegakan hukum dan orang-orang yang mencoba melanggarnya, seperti jurnalis yang kuat lainnya,” kata Matthew.

“Dia juga diincar karena dialah satu-satunya orang yang melakukannya,” ujarnya.

Wiji Thukul

Wiji Thukul, sosok bernama asli Widji Widodo ini merupakan seorang sastrawan dan aktivis hak asasi manusia. Ia lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 26 Agustus 1963 dan dikenal lewat karya-karya seninya yang menyentil kekuasaan Orde Baru. Namun, ia dinyatakan hilang, dua bulan sebelum rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto tumbang, 21 Mei 1998.

Sekitar Agustus 1996, Wiji pamit kepada istrinya, Sipon, untuk pergi bersembunyi dan hidup mengembara dari satu kota ke kota lain, menghindar dari kejaran militer yang menganggap puisinya menghasut para aktivis untuk menentang rezim Soeharto. Meski hidup dalam pelarian, ia tetap menulis puisi-puisi pro-demokrasi yang salah satu di antaranya berjudul Para Jendral Marah-Marah.

Namun, sejak saat itu, Wiji justru tak pernah pulang ke rumah. Lalu, pada tahun 2000, Sipon melaporkan hilangnya Wiji pada KontraS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), namun ia belum ditemukan hingga kini. Saat itu, KontraS menyatakan Wiji adalah korban dari rezim Orde Baru yang dihilangkan secara paksa terkait aktivitas keseniannya.

“Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif yang dilakukan ole rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru,” tulis Kontras dalam siaran persnya, April 2000 silam.
.
Sejak 1998 sampai hari ini, tidak diketahui di mana Tukul berada. Para anggota Tim Mawar, sekelompok anggota Kopassus yang melakukan penculikan para aktivis pada 1997-1998, dalam persidangan, justru mengaku tak membawa Thukul kala itu.

Munir

Munir Said Thalib merupakan sosok aktivis hak asasi manusia yang kritis namun dibungkam penguasa. Ia meninggal di dalam pesawat jurusan ke Amsterdam, pada 7 September 2004 saat usianya 38 tahun, setelah ditemukan racun arsenik di dalam tubuhnya.

Pembunuhan Munir tersebut tak lepas dari sikap kritisnya. Munir dibunuh karena benar. Munir dibunuh karena ia diduga memiliki dokumen pembantaian di Talang Sari, Lampung tahun 1989, lalu penculikan aktivis 1998, referendum Timor Timur, hingga kampanye hitam di pemilu 2004.

Istri Munir, Suciwati menyakini jika suaminya adalah orang penting yang bisa membahayakan “orang berkepentingan”. Akhirnya ia dibunuh agar kasus yang Munir ketahui tak dibuka dan menjadi masalah baru. Selain itu ada dugaan juga kematian Munir berhubungan dengan pemberantasan terorisme. Beliau selalu menanyakan perihal HAM para pelaku teror yang tak diperhitungkan BIN dan Detasemen Antiteror.

Saat menjabat sebagai Dewan Kontras, nama Munir melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu, ia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus. Lalu, setelah Soeharto lengser, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar.

Kini, kasus pembunuhan Munir pun sudah genap berusia 14 tahun. Selama lebih dari satu dekade itu pula, misteri konspirasi pembunuhan Munir masih belum menemui titik terang. Sejauh ini, hanya mantan Pilot Garuda Pollycarpus Budihari Prijanto saja yang dihukum dalam kasus pembunuhan Munir, sampai akhirnya ia bebas murni beberapa waktu lalu.

Sementara otak di balik pembunuhan Munir pun belum terungkap. Bahkan, mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Muchdi Purwoprandjono, yang diduga menjadi dalang di balik kasus pembunuhan Munir sampai hari ini masih menghirup udara bebas.

Marsinah

Tak jauh berbeda dengan Munir, Marsinah, yang merupakan seorang aktivis buruh harus meninggal dunia dengan sangat mengenaskan, kemaluannya ditembak. sekitar tahun 1993. Ia dibunuh oleh orang yang tak dikenal akibat perjuangannya dalam memperjuangkan nasib buruh.

Selama hidupnya, Marsinah dikenal sebagai sosok kritis yang selalu berada di garda depan, meski usianya masih sangat muda, untuk menuntut perbaikan upah buruh yang sudah ditetapkan oleh Gubernur Jawa Timur saat itu.

Namun sayang, apa yang dilakukan oleh Marsinah tak berbuah manis. Ia dianggap sebagai pembangkang dan wajib dimusnahkan agar kepentingan pihak pabrik berjalan dengan baik. Kasus Marsinah menjadi simbol perlindungan akan HAM di Indonesia masih sangat rendah. Bahkan bisa dibilang tak ada sama sekali, terutama bagi rakyat kecil.

Share: Khashoggi dan Sederet Pihak yang Pernah ‘Diteror’ Usai Kritik Penguasa