Isu Terkini

3 Tempat Wisata di Indonesia yang Berasal dari Eksploitasi Lingkungan

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Cekrek cekrek selfie, cekrek cekrek selfie adalah kebiasaan orang-orang Indonesia saat datang ke tempat wisata alam. Karena selfie adalah kunci, jadi jarang ada yang berhasrat untuk tahu sejarah di balik indahnya sebuah objek wisata.

Memang ada banyak sekali tempat-tempat wisata indah di Indonesia yang harus kalian kunjungi. Tapi, taukah kalian bahwa beberapa di antaranya merupakan objek wisata yang asal-usulnya berasal dari eksploitasi alam?

Namun, yang perlu kalian tau bahwa terbentuknya pemandangan indah dari tempat-tempat wisata hasil eksploitasi alam itu bukanlah satu hal yang disengaja. Kebanyakan tempat-tempat itu memang sudah ada sebelum dijadikan tempat wisata. Jadi, tempat-tempat itu bukan sengaja dibuat dengan lebih dulu merusak atau mengeksploitasi alam ya.

Nah, bagi kalian yang belum banyak tahu soal tempat-tempat wisata alam yang sebelumnya merupakan lokasi eksploitasi lingkungan, Asumsi akan merangkum beberapa tempat itu untuk kamu. Apa aja sih guys? Yuk simak penjelasannya di bawah ini!

Danau Kaolin

Pasti sudah banyak yang tau soal keberadaan Danau Kaolin yang sekarang ini tengah digandrungi. Ya, Danau Kaolin memang tengah jadi wisata primadona di Pulau Bangka lantaran memiliki air berwarna biru dan hijau.

Warna air biru dan hijau di Danau Kaolin memang benar adanya. Menariknya, dua danau dengan warna berbeda tersebut letaknya bersebelahan dan hanya dipisahkan tanah bekas galian timah.

Danau Kaolin sendiri merupakan sebuah danau air biru yang terbentuk akibat bekas galian tambang timah. Nah, lubang besar bekas galian timah tersebut kemudian terisi oleh air sehingga membentuk sebuah danau dengan warna mencolok.

Suasana Danau Kaolin di Desa Air Bara, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Foto: Dok. Asumsi.co

Misalnya saja Danau Kaolin yang terletak di Air Bara, Kabupaten Bangka Tengah. Danau Kaolin di sana tampak sangat indah dengan panorama air biru yang sangat bersih.

Masyarakat sekitar atau orang-orang Bangka sendiri sebenarnya biasa menyebut Danau Kaolin itu dengan sebutan Kulong Aik Biru atau Camoi Aik Biru. Kulong atau Camoi dalam bahasa lokalnya adalah kubangan besar atau kolong bekas tambang timah.

Bagi masyarakat Bangka sendiri, Danau Kaolin sebenarnya hanyalah kubangan air biasa, bekas penambangan timah yang terbengkalai, dan tak ada yang spesial. Namun, sejak foto dengan latar Danau Kaolin yang berwarna biru dan hijau beredar di media sosial, barulah danau tersebut jadi pusat perhatian.

Jika ingin ke Danau Kaolin, para pengunjung butuh waktu sekitar satu jam dari Bandara Depati Amir di Kota Pangkalpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sementara dari Koba, ibu kota Kabupaten Bangka Tengah, hanya butuh waktu sekitar 15 menit.

Bukit Jaddih

Apa yang ada di pikiran kalian jika bicara soal Madura? Jembatan Suramadu? Atau Karapan Sapi? Ternyata ada bukit bernama Bukit Jaddih, yang konon katanya merupakan spot wisata yang sebelumnya merupakan tempat tambang.

Bukit Jaddih sendiri terletak di Kabupaten Bangkalan, Madura. Dulunya, Bukit Jaddih, yang sekilas mirip Tebing Breksi di Yogyakarta itu, merupakan lokasi penambangan kapur dan tentunya setiap hari banyak truk dan angkutan berat yang lalu-lalang mengangkut kapur-kapur tersebut.

Apa yang unik di sana? Dari pemandangannya terlihat batuan kapur yang telah terpotong-potong membentuk pilar-pilar yang unik. Nah, formasi batu kapur itulah yang jika difoto menghasilkan gambar visual yang keren.

Pemandangan di Bukit Jaddih, lokasi bekas penambangan kapur di Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Foto: pulsk.com

Formasi bebatuan dan tebing-tebing batu kapur itulah yang menarik banyak perhatian masyarakat dan para wisatawan untuk datang dan menikmati pemandangan di sana.

Akses ke Bukit Jaddih sendiri cukup mudah. Jika datang dari Surabaya, maka pengunjung akan menempuh perjalanan sekitar 1 jam lebih dengan jarak 27 kilometer menuju ke pusat kota Bangkalan.

Lalu, sebelum masuk pusat kota Bangkalan, akan ada pertigaan yang mana jika belok ke kiri menuju Bukit Jaddih dan ke kanan menuju pusat kota.

Lumpur Lapindo

Lumpur panas Lapindo merupakan bencana bagi masyarakat Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Bagaimana tidak, sudah sekitar 12 tahun lamanya atau terhitung sejak tanggal 29 Mei 2006, fenomena alam ini melanda Sidoarjo.

Peristiwa itu terjadi akibat menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia, sejak tanggal 29 Mei 2006.

Pemandangan dari udara pusat semburan lumpur panas Lapindo Porong Sidoarjo. Foto: Antara

Lalu, semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas di sektor perekonomian di Jawa Timur.

Lokasi semburan lumpur panas itu sendiri berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kini, lokasi lumpur Lapindo sendiri dijadikan tempat wisata.

Di dalam kawasan semburan lumpur yang luasnya ratusan hektar itu terdapat sejumlah spot wisata seperti monumen tragedi Lapindo, instalasi 110 patung, dan pusat semburan lumpur.

Bagi yang ingin berkeliling tanggul lumpur lapindo sendiri, para penggunjung bisa menggunakan sepeda motor. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk mengelilingi tanggul lumpur dengan panjang sekitar 14 kilometer tersebut.

Sayangnya, wisata lumpur lapindo sendiri tentu sangat berbahaya dan rentan. Pasalnya hingga kini, kondisi semburan lumpur panas di sana belum stabil, dan takutnya sewaktu-waktu rawan terjadi penurunan tanah atau subsidence.

Share: 3 Tempat Wisata di Indonesia yang Berasal dari Eksploitasi Lingkungan