General

3 Pesan ‘Keramat’ Setya Novanto untuk Golkar di Pemilu 2019

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Mendekam di penjara enggak membuat mantan Ketua DPR RI, Setya Novanto kudet, alias kurang update lho, guys! Setnov, panggilan akrabnya, ternyata tetap mengikuti perkembangan dunia politik, terutama kiprah Partai Golkar meski saat ini dirinya tengah mendekam di rumah tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Buktinya, menjelang sidang lanjutan kasus dugaan korupsi proyek e-KTP di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis 22 Maret, Setnov juga bicara soal kegiatan Rakernas Golkar yang berlangsung hari ini. Setnov pun punya pesan-pesan penting untuk Golkar di Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 nanti.

Apa aja sih pesan-pesan penting yang disampaikan Setnov kepada Golkar jelang Pemilu 2019 mendatang?

Setnov Harap Golkar Tak Kalah dengan Partai Lain

Hadirnya sejumlah partai politik baru yang jadi peserta Pemilu 2019 nanti membuat Setnov mengingatkan Golkar agar enggak kalah eksis. Terdakwa kasus korupsi e-KTP itu juga berharap agar Golkar bisa semakin berkembang dan jangan sampai kalah dengan partai lain.

Menurut Setnov, saat ini partai-partai baru tersebut memang tengah berusaha mencuri perhatian masyarakat dengan memunculkan program-program unggulan. Meski begitu, Setnov yakin jika Golkar bisa bersaing dan menang dari partai-partai baru itu.

“Golkar jangan sampai kalah bersaing dengan partai-partai yang sedang mengebut untuk bisa melakukan program-program,” kata Setya Novanto di Gedung Pengadilan Tipikor, Jakarta, sebagaimana dinukil dari CNN Indonesia, Kamis 22 Maret.

Setnov Minta Golkar Konsisten Dukung Jokowi

Tak hanya berharap Golkar bisa mengalahkan partai-partai baru tersebut, Setnov juga meminta Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto untuk terus konsisten mendukung kebijakan pemerintah serta pencapresan Joko Widodo di Pilpres 2019.

“Pimpinan apalagi yang baru itu bisa mengikuti dan tentu saya lihat mudah-mudahan tetap konsisten mendukung pemerintah dan juga dengan calon presiden yang diusung, Pak Jokowi,” ujar Setnov.

Selain itu, Setnov juga berharap Airlangga sebagai nakhoda baru Golkar bisa ikut memilih cawapres yang bisa membawa aspirasi Golkar dan sesuai dengan capres yang didukung Golkar, yakni Jokowi. Setnov ingatkan Golkar untuk hati-hati melangkah.

“Saya harapkan betul-betul bisa secara hati-hati memilih, memang harus sesuai dan cocok dengan calon yang diusung. Tentu calon yang sudah punya hati sejak awal mana yang akan didukung untuk menjadi wakil kita,” ucapnya.

Soal Sosok Cawapres Jokowi

Setelah bicara soal dukungan Golkar kepada Jokowi sebagai capres, Setnov juga bicara soal sosok calon wakil presiden pendamping Jokowi. Berdasarkan informasi yang ia terima dari kunjungan kolega di rutan, memang sejauh ini belum ada nama yang muncul untuk jadi cawapres pendamping Jokowi.

Setnov juga mengungkapkan bahwa sejauh ini cawapres terbaik masih dipegang oleh Jusuf Kalla yang menjadi cawapres Jokowi di Pilpres 2014.

“Kalau cawapres itu saya lihat sampai saat sekarang Pak Jusuf Kalla masih yang terbaik, dari kacamata dan informasi yang saya dapat,” kata politisi kelahiran Bandung, Jawa Barat pada 12 November 1955 silam itu.

Meski begitu, Setnov mengatakan bahwa tak menutup kemungkinan juga jika cawapres pendamping Jokowi nantinya bisa berasal dan diusung dari luar Partai Golkar. Politisi berusia 62 tahun itu menyebut semuanya tergantung dinamika politik ke depan.

“Siapa yang terbaik dan tentu tidak harus dari dalam, kalau memang dari luar ada yang baik ya kita dukung, sebaiknya didukung,” ucap Setnov.

Sekadar informasi, hari ini Kamis 22 Maret, Setnov sendiri tengah menjalani lanjutan sidang kasus dugaan korupsi proyek e-KTP di Pengadilan Tipikor Jakarta. Agenda sidang hari ini adalah Setnov diperiksa sebagai terdakwa.

Seperti diketahui, Setnov sendiri didakwa kasus dugaan korupsi proyek e-KTP bersama sejumlah pihak. Dalam kasus itu, Setnov disebut menerima uang sebesar US$7,3 juta serta jam tangan merk Richard Mille dari pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong, yang juga menjadi terdakwa dalam kasus ini dan mendiang Johannes Marliem.

Share: 3 Pesan ‘Keramat’ Setya Novanto untuk Golkar di Pemilu 2019