Isu Terkini

Menghilangnya Jamal Khasoggi: Bibit Konflik Baru Bagi Ankara dan Riyadh?

Indah Novita — Asumsi.co

featured image
Asumsi.co

Berita menghilangnya seorang Jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi (59) telah menggemparkan dunia internasional. Khashoggi, salah satu orang yang berani mengkritik putra makhota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MbS) dan seseorang yang memiliki kontribusi untuk The Washington Post, tiba-tiba menghilang diawal bulan ini setelah mengunjungi kedutaan besar Arab Saudi untuk menyerahkan beberapa dokumen yang dibutuhkan untuk menikahi tunangannya, seorang wanita Turki (Alex Shephrd, TheNewRepublic.com, 9/10/2018).

Siapa itu Jamal Khashoggi?

Jamal Khashoggi (59) merupakan seorang mantan jurnalis kondang asal Arab Saudi yang telah memulai karirnya dalam bidang jurnalisme sejak tahun 1980-an, Jurnalis yang lahir di Madinah ini juga secara mengejutkan dinilai masih memiliki darah keturunan darah Jawa, seperti yang dikutip dari hasil wawancara bersama Dr. Jamal Abdullah, seorang senior researcher of Al-Jazeera “Apakah anda sudah mengetahui bahwa Jamal Khashoggi masih memiliki darah keturunan dari tanah Jawa? Jika dilihat dari wajah nya, dia masih terlihat sedikit seperti orang Indonesia. Walau itu benar, Khashoggi lahir di Madinah tetapi saya yakin bahwa dulu keluarga nya mungkin memiliki perkerjaan yang mendorong keluarga Khashoggi untuk pindah ke Madinah. Dan rata-rata orang sudah mengetahui akan hal ini,” (9/10/2018).

Kashoggi juga dikenal pernah menjabat sebagai seorang pempimpin redaksi surat kabar Al-Wattan, dan sempat dipecat dari jabatan tersebut pada tahun 2003 tanpa adanya penjelasan yang signifikan. Jurnalis kelahiran tahun 1958 ini dikenal juga sebagai seorang yang memiliki kedekatan dengan keluarga kerajaan Arab Saudi, bahkan ia juga menjabat sebagai penasihat media untuk Pangeran Turki bin Faisal yang merupakan mantan kepala Direktorat Intelejen Umum Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS) selama kurang lebih satu tahun pada tahun 2005.

Kritik Khashoggi Terhadap Muhammed bin Salman (MbS)

Kedekatan dengan keluarga kerajaan, dan sempat menjadi perwakilan Saudi Arabia untuk Washington Post, tidak membuat Khashoggi memilih untuk menetap di Arab Saudi. Sejak kemunculan pangeran Mohammed bin Salman (32) dalam kursi pemerintahan Arab Saudi, Khashoggi mulai sering mengritik kebijakan-kebijakan pangeran muda tersebut. Seperti yang dilansir dalam Al-Jazeera English News mantan jurnalis Arab Saudi itu sempat mengatakan bahwa “Tidak akan ada orang yang berani untuk bicara mengenai reformasi ini… itu akan lebih baik untuk dia (MbS) memberikan ruang untuk kritik, untuk para intelek Saudi, Penulis Saudi, dan Media untuk berdebat.”

Khashoggi memilih untuk meninggalkan Saudi Arabia dan memilih untuk menetap di Amerika Serikat sejak satu tahun silam, setelah dia mendapatkan perintah “Untuk tetap diam”.  Dalam waktu yang sama setelah ia meninggalkan Arab Saudi, Khashoggi menerbitkan sebuah Artikel yang berjudul “Saudi Arabia wasn’t always this repressive. Now it’s unbearable” dibawah publikasi pihak The Washington Post. Kritik Khashoggi terhadap MbS semakin tajam, ia pun semakin sering untuk mengikuti kegiatan-kegiatan untuk memperjuangkan kebebasan dan Hak Asasi Manusia (HAM).  Khashoggi bahkan sempat menyamakan MbS dan presiden Russia, Vladimir Putin. Ketidak sukaan Khashoggi terhadap pangeran muda Arab Saudi terus di vokalkan dalam media massa, artikel, dan terus mendesak Arab Saudi mengenai beberapa konflik dimana negara teokrat itu terlibat.

Istanbul: Kota Tempat Menghilangnya Sang Jurnalis

Seperti yang dilansir dalam BBC News (9/10/2018) Jamal Khashoggi pergi ke kedutaan negaranya (Arab Saudi) di Istanbul pada (2/10) untuk menyerahkan dokumen pernikahan dengan kekasihnya, Hatice (36) seorang wanita berdarah Turki.  Hatice telah menunggu Khashoggi untuk keluar dan kembali dari Kedutaan, namun setelah hampir 11 jam menunggu, Khashoggi masih tidak kunjung kembali.

Ada banyak perdebatan pasaca menghilangnya Jamal Khashoggi, pihak Arab Saudi, Turki bahkan AS memiliki perspektif nya masing-masing akan kejadian ini. Juga seperti yang dikutip dalam wawancara bersama Dr. Jamal Abdullah (9/10/2018)  “Jurnalis ini merupakan orang yang sangat terkenal, jika saya bilang dia orang yang sangat terkenal, maka dia lebih dari apa yang anda pikirkan. Seperti yang telah kita tahu, bahwa ia juga memiliki kedekatan dengan keluarga kerajaan, seperti pangeran Turki bin Faisal yang juga merupakan orang yang sangat penting di Arab Saudi. Jadi dapat dikatakan pula, bahwa Khashoggi merupakan pihak yang mengetahui a lot of secrets in person.”

Turki, sebagai negara yang menjadi tempat hilang nya Jurnalis kondang ini tentu saja tidak hanya tinggal diam. Pemerintahan Turki, seperti yang telah dikatakan nya terhadap BBC  telah melakukan penyelidikan, dan ada kemungkinan bahwa Khashoggi di bunuh didalam kedutaan Arab Saudi. Reccep Tayyip Erdogan, Presiden Turki mengatakan pada Minggu (7/10/2018) untuk tetap bersikap positive akan hasil dari penyelidikan, dan terus melakukan investigasi hasil penyelidikan kamera keamanan dan penerbangan di bandara.

Tetapi hal tersebut langsung dibantah oleh pihak Saudi dengan membuat pernyataan bahwa “Masih berusaha untuk mencari dia (Jamal Khashoggi).”  Pada Rabu, (3/10/2018) MbS mengatakan kepada media bahwa pihak Turki secara sepenuhnya diterima untuk mengadakan investigas dalam gedung (Kedutaan Arab Saudi di Istanbul) kerana “Kita tidak punya apa-apa untuk disembunyikan”.

Bibit Konflik Baru Untuk Ankara dan Riyadh?

Persaingan secara langsung atau tidak langsung antara Arab Saudi dan Turki memang telah menjadi sebuah isu yang tidak jarang untuk diperbincangkan, apalagi setelah Turki menunjukan dukungan nya terhadap Qatar dalam Krisis Teluk yang telah berhasil membelah negara-negara teluk menjadi dua kubu yang saling bersaing, Arab Saudi, Uni Arab Emirat, Bahrain, dan Mesir telah memutuskan hubungan diplomatiknya terhadap Qatar yang didukung penuh oleh Turki disisi lain. Dan peristiwa menghilang nya Jamal Khashoggi sebagai jurnalis Arab Saudi di Istanbul dinilai  dapat menjadi suatu bibit konflik baru yang akan menimbulkan dampak kepada hubungan diplomatik kedua negara.

Dr. Jamal Abdullah, Senior Researcher of Al- Jazeera News Agency dalam interview (9/10/2018) “Ya saya yakin peristiwa ini akan menjadi konflik baru antar kedua negara, jika hasil dari investigasi apakah Khashoggi telah dibunuh oleh pihak Saudi, ini akan menjadi sebuah Konflik. Kita juga harus mengetahui bahwa bahkan kini, pihak Saudi malah menuduh pihak Turki dan Qatar. Tapi saya tidak percaya akan hal itu, karena mereka tidak memiliki bukti yang kuat untuk menuduh Qatar ataupun Turki. Dan dunia internasional sekarang bertanya-tanya kepada Saudi Arabia, karena pihak Saudi mengatakan bahwa Khashoggi pergi meninggalkan kedutaan, tetapi belum ada bukti foto ataupun rekaman yang mendukung hal tersebut.”

Seperti yang dilansir dalam Merdeka.com (9/10/2018) tensi antara Ankara dan Riyadh kini sudah mulai terasa, Presiden Turki Erdogan telah menantang Saudi Arabia untuk memberikan bukti bahwa Jamal Khashoggi, telah meninggalkan konsultan nya di Istanbul. “Jika dia (Khashoggi) pergi, Anda harus membuktikan nya dengan rekaman (CCTV),” lanjut Erdogan menegaskan. Perdebatan dan ketegangan yang terjadi antara dua negara akan memupuk konflik baru yang tentunya akan mempengaruhi hubungan diplomasi yang selama ini telah mengalami pasang surut diantara negara-negara teluk.

Indah Novita adalah mahasiswi sekaligus aktivis di Pusat Kajian Timur Tengah dan Studi Perdamaian Global, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Share: Menghilangnya Jamal Khasoggi: Bibit Konflik Baru Bagi Ankara dan Riyadh?