Seorang teman curhat di media sosial. Dia masuk ke bioskop mengharapkan nonton film Wiro Sableng. Tapi apa yang dia saksikan jauh berbeda dari harapannya.
Ternyata, dia sedang menonton film 212: The Power of Love, yang berlatarbelakangi Aksi Bela Islam pada 2 Desember 2016 lalu. Film ini dibintangi oleh Fauzi Baadila yang berperan sebagai jurnalis yang tak percaya ajaran agama.
Nah, bagaimana dengan kamu, apa sih yang ada di pikiranmu saat mendengar kata 212? Untuk saat ini, mungkin beberapa dari akan teringat dengan Aksi Bela Islam yang terjadi pada 2 Desember 2016 lalu di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta.
Bagi sebagian lain (yang usianya agak lawas), mungkin akan teringat Wiro Sableng. Memang, 212 enggak cuma melekat pada Aksi Bela Islam saja. Jauh sebelumnya angka 212 sudah dipakai sebagai simbol di Indonesia, bahkan sampai ke mancanegara.
Yuk kita lihat beberapa hal yang menggunakan angka 212 sebagai simbol yang cukup populer. Ada apa saja sih?
Ternyata angka 212 yang melekat dan terukir di dada Wiro Sableng serta senjatanya memang memiliki makna filosofis.
Menurut Vino G. Bastian, pemeran Wiro Sableng dalam film pendekar silat tersebut, angka 212 yang diciptakan sang ayah, almarhum Bastian Tito, punya arti yang sangat dalam. Ia pun menceritakan sejarah lahirnya angka tersebut.
“Kenapa 212? Dulu bapak saya pernah men-translate buku-bukunya James Bond, 007. Jadi dia pengin bikin karakter yang ada angkanya,” kata Vino pada acara launching poster karakter film Wiro Sableng di Koffie Batavia, Grand Indonesia, Jakarta, pada 13 Februari lalu.
“Cuma maknanya lebih dalam lagi. 1 itu Tuhan. 2 itu seperti di manusia, Tuhan itu menciptakan ada hitam ada putih, selalu berpasang-pasangan,” ujarnya.
Selain itu, Vino mengatakan bahwa angka 212 juga merupakan filosofi dari rukun Islam dan Pancasila. Menurut Vino, semua filosofi tersebut sudah dipikirkan secara matang oleh mendiang ayahnya.
“Kenapa enggak 21 aja? Yang saya ingat bapak saya juga punya filosofi di situ. Karena kalau digabungin di situ, itu akan jadi 5. Yang saya inget dan karena saya Muslim, rukun Islam itu ada 5 kan, terus 5 juga perwakilan dari pancasila,” ucapnya.
Angka 212 tak hanya jadi milik aksi bela Islam dan Wiro Sableng saja, ternyata angka tersebut juga melekat pada merk salah satu parfum. Ya, parfum yang dimaksud adalah parfum Carolina Herrera 212.
Dikutip dari berbagai sumber, parfum ini diciptakan pada tahun 1997 oleh Carolina yang juga berprofesi sebagai seorang desainer tersebut. Parfum itu hadir untuk menerjemahkan “bahasa aroma” dan semangat khas New York.
Angka 212 sendiri sebenarnya adalah kode area Kota New York, kota favorit Carolina Herrera.
Aroma dari parfum ini sendiri bermacam-macam dimulai dari dari cendana, musk, pohon mandarin, bergamot, bunga sutra dan jeruk, kamelia, satinwood, dan sebuah bunga yang disebut Ratu Malam. Tertarik membeli parfum 212 ini, guys?
Ternyata tak hanya parfum saja, angka 212 juga terdapat pada lini busana bermerek (212) yang dikreasikan oleh Anthony Castro dan Scott Walhovd. Keduanya diketahui berprofesi sebagai model dan desainer di New York.
Duo asal Vancouver tersebut menciptakan lini busana (212) pada 2009 lalu. Koleksi busana (212), yang harganya relatif terjangkau, bisa dibeli di Dear Fieldbinder di Brooklyn, plus di lebih dari 30 toko retail di Amerika Utara.
Angka 212 juga menjadi judul lagu, lho. Yap, 212 merupakan single perdana dari rapper asal Amerika Serikat, Azealia Banks.
Single 212 sendiri pertama kali dirilis pada bulan September 2011, sebagai unduhan digital gratis dari situs webnya. Lalu, Banks merilis secara resmi single perdananya itu pada 6 Desember 2011.
Lagu 212 ini mencapai keberhasilan dalam daftar tangga lagu Eropa. Lagu ini pernah bertengger di peringkat ke-14 di Belanda, ke-12 di Inggris, dan menempati peringkat tujuh di Irlandia.
Angka 212 juga terdapat pada judul sebuah novel 212 (Ellie Hatcher 3)’karya Alafair Burke, seorang novelis kriminal asal Amerika Serikat.
Novel 212 yang terbit pada 2010 ini merupakan novel berseri, yang merupakan kelanjutan dari novel Dead Connection (Ellie Hatcher 1) yang terbit pada 2007 dan Angel’s Tip (Ellie Hatcher 2) yang terbit pada 2008 lalu.
Secara sederhana, novel 212 sendiri bercerita soal sepak terjang seorang detektif NYPD Ellie Hatcher dalam mengungkap kasus pembunuhan. Ia bersama rekannya, JJ Rogan, menyelidiki pembunuhan mahasiswa New York University, Megan Gunther, yang jadi korban sasaran dari situs gosip kampus.
Ya, Megan mendapatkan ancaman pribadi yang di-posting ke situs gosip tersebut dan ia cukup terkejut dengan nada ancaman tersebut. Apalagi, orang yang mengancamnya itu tahu rutinitasnya sehari-hari dan memantaunya.