Isu Terkini

Terinfeksi Virus HIV Setelah Facial dan Anggapan Berlebihan Tentang ODHA

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Kabar tentang perawatan wajah yang berujung terjangkitnya virus HIV kian meluas. Hal itu bermula ketika sosok Andrea Gunawan, seorang aktivis kesehatan seksual yang mengunduh respon dari salah seorang followers-nya di Instagram. Di akunnya yang bernama @catwomanizer, Andrea membagikan cerita itu di portal Instastrory, yang kemudian disebarkan oleh seorang pengguna Twitter, hingga akhirnya ramai menjadi perbincangan netizen.

Anggapan tentang virus HIV yang biasanya tertular dari hubungan seks ini membuat warganet sempat heboh. Apalagi tren perawatan wajah (facial) yang saat ini mulai marak di banyak daerah. Jenis perawatannya pun beragam, ada yang dengan cara memenet jerawat, sampai facial vampire yang merupakan metode peremajaan wajah menggunakan darah sendiri.

“Literally bengong pas liat story ci @catwomanizer yang ini….. Wow bener2 gak kepikiran sampe situ!”tulis akun Twitter @indirdiv yang postingannya kemudian di-retweet sebanyak tiga ribu lebih dan ratusan likes.

Literally bengong pas liat story ci @catwomanizer yang ini….. Wow bener2 gak kepikiran sampe situ!???? pic.twitter.com/kIvzeDMKOf— – (@hulaitsdv) September 22, 2018

Mitos dan Fakta tentang HIV dan AIDS

Andrea sendiri cukup kecewa karena yang justru lebih banyak tersebar adalah cerita mengerikan tentang pengalaman facial yang berujung terkena virus HIV. Sebab awalnya, Andrea hanya ingin meberikan edukasi tentang cara penularan, penanggulangannya, serta obatnya.

Memang, Badan PBB untuk Masalah AIDS (UNAIDS) sendiri menyatakan bahwa Indonesia sudah menjadi salah satu negara yang memiliki masalah serius dalam menanggulangi kasus HIV/AIDS di Asia. Pada 2016 misalnya, tercatat sudah ada lebih dari 36,7 juta jiwa yang hidup berdampingan dengan HIV. Di mana DKI Jakarta menjadi daerah terbanyak yang terjangkit dengan jumlah 48.502 orang, disusul oleh Jawa Timur 35.168 orang, Papua 27.052 orang, Jawa Barat 26.066 orang, Jawa Tengah 19,272 orang, serta Bali 15.873 orang. Jumlahnya pun terus meningkat sampai sekarang. Tapi sayangnya pemahaman terkait virus itu masih sangat rendah, mitor serta stigma negatif masih melekat di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Seperti mitos yang mengatakan bahwa HIV sama dengan AIDS. Padahal faktanya, Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menghancurkan sel imun tubuh CD4, ini adalah sel yang melawan penyakit. Sedangkan untuk diagnosa AIDS sendiri itu ketika seseorang sudah terjadi penurunan sistem imun dan munculnya berbagai penyakit, misalnya TBC, herpes, toksoplasma, dan masih banyak lagi.

Penularan HIV/AIDS sendiri masih ada yang salah paham. Virus itu tidak akan tertular hanya dengan memeluk, mencium, berjabat tangan, atau menggunakan handuk yang sama dengan ODHA, sebutan bagi pengidap penyakit HIV/AIDS. Transmisi virus HIV hanya terjadi dari empat cairan, yaitu darah, sperma, cairan vagina, dan air susu ibu.

Menurut penjelasan dr. Ekarini Aryasatiani, Sp.OG, dari RSUD Tarakan Jakarta Pusat, secara umum ada 4 prinsip penularan HIV, yakni exit yang berarti virus harus keluar dari tubuh orang yang terinfeksi, survive di mana virus harus bisa bertahan hidup di luar tubuh.

“Virus ini tidak bisa bertahan lama di luar tubuh. Untuk peralatan kedokteran yang dipakai dan menyentuh darah pasien positif HIV biasanya direndam dalam larutan klorin 0,5 persen virusnya akan mati,” kata dr. Ekarini.

Kemudian ada sufficient yang berarti jumlah virus harus cukup untuk dapat menginfeksi. Kemudian yang terakhir adalah enter alias virus harus masuk ke tubuh orang lain melalui aliran darah.  Berdasarkan hasil diskusi bersama beberapa dokter, Andrea bisa menyimpulkan bahwa seseorang bisa tertular HIV dari facial kemungkinan karena tempat ia melakukan perawatan kurang steril. Peralatan dibersihkan seadanya, tanpa disterilkan di alat khusus terlebih dahulu. Maka dari itu, ia mengimbau agar berhati-hati dalam memilih tempat perawatan kulit.

“Cari tempat jangan yang abal-abal tapi klinik beneran, yang terapisnya expert di bidang itu. Aku sendiri kalau facial ke dokter kulit. Kalau dengan itu kan (kulitnya) dibenerin juga dari dalam. Pengobatannya dengan minum obat. Keluarin jerawatnya bukan ditusuk-tusuk karena nggak bagus buat kulit juga,” saran Andrea.

View this post on Instagram

A post shared by ANDREA GUNAWAN (@catwomanizer) on Sep 22, 2018 at 11:10pm PDT

Terjangkit HIV Bukan Akhir dari Segalanya

Anggapan jika terkena virus HIV akan segera menemui ajal juga masih berkeliaran di pikiran orang-orang yang baru saja terjangkit. Padahal, sebenarnya setiap orang yang positif HIV punya ketahanan tubuh berbeda-beda. Ada sebagian orang tetap mampu bertahan hidup hingga puluhan tahun dan hidup normal.

Dalam kesempatan yang sam pun, Andrea menekankan bahwa terserang virus HIV bukanlah akhir dari segalanya. Sebab kini sudah ada obat yang bisa menekan perkembangan virus penyerang sistem imun tubuh itu yang dinamakan antiretroviral (ARV).

Obat ARV sendiri adalah pengobatan untuk perawatan infeksi oleh retovirus, terutama HIV. Obat ini juga telah direkomendasikan oleh National Institutes of Health Amerika Serikat. Kabar baiknya, obat itu bisa didapatkan secara gratis di Indonesia, tepatnya di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dengan menggunakan asuransi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

“HIV itu lebih berat di stigmanya, bukan di virusnya,” ujar dr. Zinnita Mutalib, Puskesmas Kecamatan Senen, pas gue interview kemarin.

Yalah wong ada obatnya. Selama HIV belum jadi AIDS, harapan hidup panjang layaknya orang yang gak hidup berdampingan dengan HIV. pic.twitter.com/8V69mDdPq0— Agent Pervertcateur. (@catwomanizer) September 23, 2018

Share: Terinfeksi Virus HIV Setelah Facial dan Anggapan Berlebihan Tentang ODHA