Hi guys! Libur lebaran pada ke mana aja nih? Selain mendatangi rumah sanak saudara, biasanya libur hari raya yang cukup lama juga diisi dengan jalan-jalan ke tempat wisata. Sayangnya, ada aja kejadian yang kurang mengenakan di beberapa tempat wisata, seperti tragedi di Danau Toba pada Senin, 18 Juni 2018 kemarin.
Mungkin di antara kalian udah pada lihat ya, video-video amatir yang menunjukkan bagaimana keadaan para korban yang berusaha menyelamatkan diri setelah kapal motor (KM) Sinar Bangun tenggelam.
Jadi, nih, awalnya KM Sinar Bangun itu mau bawa penumpang dari Simanindo, Kabupaten Samosir menuju Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun pada Senin, 18 Juni 2018 sore. Menurut pengakuan dari salah seorang penumpang yang selamat bernama Ernando Lingga, saat berangkat dari dermaga, keadaan masih normal-normal aja, tapi pas udah berlayar sekitar 30 menit dan kapal menjauh dari dermaga barulah angin kencang datang.
“Awal biasa saja, gelombang angin belum tinggi. Nah, dari pertengahan sekitar 100 kilo itu, gelombang membesar, angin kencang, kondisi penumpang panik termasuk saya dan teman-teman,” kata Ernando dalam wawancara dengan tvOne, Kamis, 21 Juni 2018.
Karamnya KM Sinar Bangun terjadi pada jarak 50 meter dekat Pelabuhan Tigaras. Menurut data Polres Samosir, jumlah penumpang saat kejadian nahas itu berkisar 130 orang. Selain mengangkut penumpang, kapal juga membawa kendaraan sepeda motor yang jumlahnya sampai puluhan.
Polres Samosir juga menjelaskan bahwa KM Sinar Bangun terdiri atas tiga tingkat. Pada bagian bahu kapal sebelah kanan dan kiri dipenuhi sepeda motor penumpang. Sementara para penumpang ada di tingkat dua dan tiga kapal.
“Saat dihantam ombak, kapal langsung miring ke kanan dan melempar sejumlah penumpang yang ada di tingkat tiga tersebut,” kata Kapolres Samosir AKBP Agus Darojat dalam laporannya.
Seperti yang sudah digambarkan dalam kronologi, tenggelamnya KM Sinar Bangun bisa dibagi menjadi dua penyebab. Pertama yaitu karena kelebihan muatan, dan ke dua karena cuaca yang buruk.
Sekedar mengingatkan, bahwa Danau Toba yang terletak di Sumatera Utara adalah danau terbesar di Asia Tenggara, dengan panjang 100 kilometer, lebar 30 kilometer, dan kedalamannya hingga 505 meter (1.666 kaki).
Jadi, jangan heran, saat hari ketiga tenggelamnya KM Sinar Bangun jumlah korban yang dilaporkan masih terus bertambah. Hingga kemarin, sudah 21 dievakuasi dengan korban tewas sebanyak tiga orang. Divisi Humas Polri juga mencatat ada 178 korban yang dilaporkan hilang hingga Rabu, 20 Juni 2018.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sendiri bilang kalau pihaknya udah sempet ngasih peringatan dini terkait cuaca ekstrem di wilayah Danau Toba. Deputi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, peringatan tersebut langsung disampaikan kepada pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat serta otoritas penyeberangan.
“Terkait kondisi cuaca di Toba, peringatan dini sudah dilakukan,” ujar Prabowo pada media di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa 19 Juni 2018.
Peringatan dini disampaikan pukul 11.00 WIB dan 14.00 WIB, dan di peringatan dini yang ke dua itu, kata Prabowo, juga berisi peringatan cuaca 3-4 jam ke depan dan juga disampaikan bahwa kecepatan angin di kawasan Danau Toba berkisar 2-3 meter per detik.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI M Syaugi menyatakan, pihaknya sudah berusaha menerjunkan penyelam untuk melakukan pencarian korban. Bahkan, sejumlah peralatan pendukung pun sudah digunakan. Tapi, kata Syaugi, kedalaman perairan Danau Toba, keruhnya air, dan juga suhu air yang sangat dingin menjadi tantangan dalam proses penyelaman.
“Di dalam sudah diselami sampai 50 meter masih belum ditemukan apa-apa karena cukup gelap di dalam. Airnya keruh dan dingin sekali,” ujar Syaugi dalam konferensi pers di Posko Nasional Angkutan Lebaran 2018 di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Rabu, 20 Juni 2018.
Syaugi juga bilang kalau tim penyelam menggunakan senter untuk mencari korban di dalam air. Tetapi, senter tersebut hanya bisa menjangkau jarak pandang 5 meter. Basarnas sebenernya udah melaksanakan operasi pencarian selama 24 jam.
“Kendala yang dihadapi apa? Pertama, cuaca di situ, bila hujan. Dinginnya air. Menyelam pada malam hari bisa dibayangkan betapa dinginnya,” jelas Syaugi.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pun menerangkan bahwa pihaknya telah membentuk sejumlah tim untuk melakukan pencarian, pertolongan, penanganan para korban, dan tim pencarian fakta atas musibah itu.