Jarum jam menunjukan pukul 15:00 WIB saat awak KM Binaya melempar jangkar jangkarnya ke tepi perairan dermaga Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah.
Dengan dipandu petugas KSOP, kapal jurusan Pelabuhan Kumai, Kalimantan Tengah-Tanjung Emas ini merapat ke dermaga, pada Selasa 12 Juni. Tak butuh waktu lama bagi para penumpangnya untuk bergegas turun ke pelabuhan.
Saat ditemui Asumsi di dermaga Tanjung Emas, raut wajah Lendra tampak lega. Sembari memanggul barang bawaannya, rasa lelahnya terbayar sudah saat dirinya menuntaskan perjalanan pulang kampung dengan naik kapal laut.
“Dari Kumai berangkat Senin sore, rasanya senang sekali akhirnya sampai Semarang. Nanti saya mau mudik langsung ke Jepara,” kata Lendra, kepada Asumsi.
Ia bilang sudah saban tahun ikut mudik gratis yang digagas oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Pelindo. Lendra berkata lebih nyaman mudik lewat jalur laut.
Selain mampu menambah keakraban dengan para pemudik lainnya, Lendra juga bisa menghemat ongkos mudiknya hampir separuh.
Hemat ongkos pulang kampung
Lendra menyampaikan, mudik naik kapal lebih nikmat. Lendra bisa leluasa beristirahat. Ia bisa menikmati ragam fasilitas yang diberikan pengelola kapal mulai makanan ringan maupun tempat tidur yang empuk. Dan yang lebih asyik lagi bisa menambah banyak teman di atas kapal.
“Enakan naik kapal, Mas. Karena ikutnya mudik gratis, jadinya ngirit banget. Saya sangat menikmati. Bisa ngirit ongkos sampai Rp 600 ribu ketimbang naik pesawat dari Kumai ke Semarang bisa habis dua jutaan,” akunya.
Dalam perjalanan mudik gratis kali ini, Lendra tak sendirian. Pemuda asli Desa Kaliyamat, Kembang, Jepara tersebut juga mengajak dua teman sekampungnya.
Semenjak bekerja di pabrik mebel yang terletak di Kabupaten Nangkabulik, Lendra telah menahan rindu kepada kampung halamannya.
“Sudah kangen sama orangtua di kampung. Kepengin menikmati liburan kerja sama orang-orang rumah,”.
Mengenang masa-masa indah diatas kapal
Sedangkan bagi Iqbal Tawakal, momentum mudik naik kapal merupakan yang kedua kalinya. Ia memilih sejak pagi buta berangkat naik motor bersama kedua anak dan istrinya agar tidak ketinggalan ikut program mudik gratis dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Ia mengatakan mudik jalur laut benar-benar memberikan pengalaman berharga baginya. Bahkan, ia mendapatkan tambatan hati ketika berada di atas kapal.
“Dulunya ketemu istri juga pas mudik naik kapal. Makanya ini itung-itung nostalgia. Yang sekarang tahun kedua saya mudik sambil bawa motor juga,” terangnya, sembari tertawa lebar.
“Di kapal juga nambah silaturahim, suasananya guyup banget. Saya sangat bersukur diberi kemudahan sama pemerintah lewat program mudik gratis dengan naik kapal,” sambungnya.
Iqbal menuturkan tujuannya kali ini untuk pulang ke kampung halamannya di Desa Tunjungan, Kabupaten Blora.
Perjalanan pulang kampung via laut diakuinya pula memberikan rasa kenyamanan. Karena perjalanannya lancar dan bebas hambatan.
“Kalau di darat sering kena macet. Enakan naik kapal,” tuturnya.
Setibanya dari pelabuhan, Iqbal dan keluarganya memilih melanjutkan perjalanan naik sepeda motor sampai ke tanah kelahirannya.
“Karena semua keluarga sudah menanti di rumah. Nanti saya balik lagi ke Kumai 21 Juni,” bebernya.
Dijamin nyaman dan aman
Sedangkan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, menjamin bahwa mudik dari jalur laut lebih nyaman dan kondisinya sangat baik daripada tahun lalu. Hal itu ia buktikan tatkala bertemu ratusan pemudik kapal pada Rabu pagi.
“Saya meninjau kapal pemudik yang datang dari Jakarta ke Tanjung Emas. Banyak kapal yang datang. Dari apa yang saya tanya kepada mereka, saya tawarkan lagi (mudik kapal laut), semuanya rata-rata berminat lagi,” urainya.
Untuk tahun ini, keterisian penumpang kapal nyaris menyentuh angka 100 persen.
Budi mengatakan jika tahun lalu dengan ketersediaan kapasitas kapalnya hanya 7.000, okupansi kapal mencapai 40 persen. Maka saat ini dengan kuota 30 ribu penumpang, okupansi kapal pemudik melonjak hingga 90 persen.
Ia bilang tingginya minat pemudik naik kapal lantaran ada ragam kemudahan yang didapat mulai tempat istirahat yang memadai, pemberian makanan ringan, toilet bersih ditambah nuansa keakraban yang terjalin antar pemudik.
Bila mudik kapal nantinya berjalan lancar, Budi sudah terbesit niatan untuk menambah daya tampung pada moda transportasi laut dan darat. Tak tanggung-tanggung, ia ingin menambah kapasitas mudik moda darat dan laut tiga kali lipat dari kondisi biasanya.
Peminat mudik kapal naik signifikan
Di Semarang, puncak arus kedatangan kapal pemudik terjadi pada H-2 atau Rabu 13 Juni. Kepala Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Emas, Ardhy Wahyu Basuki memastikan ada 2.500 unit sepeda motor yang terangkut dari Tanjung Priok Jakarta memakai sembilan kapal.
Tantangan terberat Pelindo kini harus mampu memaksimalkan layanan di pelabuhan demi kenyamanan pemudik. Memasuki tahun ketiga layanan mudik sepeda motor via laut, katanya, jumlah motor yang terangkut semakin melonjak. Di 2018, jumlah motor pemudik naik 300 persen ketimbang 2017 lalu.
Ardhy berharap layanan mudik motor via laut ini mampu menjadi opsi utama untuk mengurangi kepadatan pemudik di jalan raya. Layanan mudik gratis penumpang berakhir 14 Juni.
“Selanjutnya kami gantian layani arus balik Lebaran,” tandasnya.
Laporan: Fariz Fardianto dari Semarang