Internasional

Harum Jejak Ratu Elizabeth II

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
ANTARA/Shutterstock

Ratu Inggris, Elizabeth II meninggal di Istana Balmoral, pada Kamis (8/9/2022). Ia memecahkan rekor sebagai pucuk pimpinan Kerajaan Inggris yang paling lama memerintah. 

Simbol abadi Inggris: Ratu Elizabeth II disebut menjadi simbol abadi Inggris, karena memerintah selama 70 tahun. Bahkan, ketika Inggris terus berubah mulai kehilangan jati diri kerajaannya, dan mengalami pergolakan sosial. 

Elizabeth naik tahta pada usia 25 tahun pada 6 Februari 1952, setelah kematian ayahnya George VI, ketika Inggris bangkit dari kehancuran Perang Dunia Kedua. Saat itu sistem penjatahan masih berlaku dan Winston Churchill menjabat perdana menteri. 

Sejak saat Elizabeth II menjadi ratu, sejumlah presiden, paus, dan perdana menteri telah datang dan pergi. Uni Soviet telah runtuh dan zaman kerajaan Inggris telah berlalu digantikan oleh suatu Persemakmuran 56 negara yang mana Elizabeth berperan penting dalam menciptakannya. 

“Tidak ada kekuatan kerajaan lain yang mencapai hal semacam itu … dan di Inggris, perubahan sosial dan ekonomi yang besar telah terjadi secara keseluruhan secara damai dan konsensual. Itu sangat luar biasa,” ujar sejarawan konstitusi Inggris, Vernon Bogdanor, dilansir dari Antara. 

Stabilitas: Sejarawan konstitusi Inggris, David Starkey mengatakan, Ratu Elizabeth II tidak menganggap perannya selaku ratu sebagai perwujudan periode sejarah, melainkan hanya suatu pekerjaan. Sebab, Ratu Elizabeth II naik takhta hanya dengan niat menjaga kelangsungan Kerajaan Inggris.

“Ia (Elizabeth II) tidak melakukan dan tidak mengatakan hal apa pun yang akan diingat oleh siapa pun. Dia tidak akan menyematkan namanya untuk suatu era. Atau, saya rasa, tidak juga untuk suatu hal lain. Saya mengatakan ini bukan sebagai kritik, tetapi hanya sebagai pernyataan fakta. Bahkan sebagai semacam pujian,” ucapnya. 

Penulis biografi Putri Diana pada 1992, Andrew Morton mengatakan, Ratu Elizabeth II telah memberikan rasa stabilitas dalam dunia yang semakin kacau. Secara konstitusional, ratu atau raja Inggris memiliki sedikit kekuatan praktis dan diharapkan untuk menjadi non-partisan. 

Namun, para sejarawan mengatakan, Ratu Elizabeth II telah menggunakan kekuatan ‘lembut’ dan menjadikan monarki Inggris sebagai titik fokus pemersatu bagi bangsa di tengah perpecahan masyarakat yang besar. 

Seperti Elizabeth I: Beberapa sejarawan mengatakan Ratu Elizabeth II akan dipandang sebagai yang terakhir dari garis keturunannya. Yaitu, seorang pemimpin kerajaan dari masa ketika para elit memerintahkan rasa hormat yang tidak perlu dipertanyakan lagi. 

Menurut profesor sejarah monarki di Universitas London, Anna Whitelock, Ratu Elizabeth II masih mungkin menjadi salah satu tokoh yang terbesar di Inggris. 

“Tidak hanya untuk umur panjangnya, tetapi juga untuk periode perubahan yang telah dia saksikan. Dan seperti Elizabeth I… (Elizabeth II) sama-sama berperan penting bagi Inggris dan juga bagi tempat Inggris di dunia,” ujar Anna. 

Diketahui, Ratu Elizabeth I menghabiskan 44 tahun di atas takhta pada abad ke-16. Masa pemerintahan Ratu Elizabeth I dianggap sebagai zaman keemasan Inggris ketika ekonomi bertumbuh dan pengaruh negara berkembang. 

Saat itu William Shakespeare menulis naskah dramanya yang masih dimainkan di seluruh dunia. Bahkan, dianggap sebagai drama yang paling berpengaruh dalam bahasa apapun.

Baca Juga:

Dunia Olahraga Berduka atas Wafatnya Ratu Elizabeth II 

Pernyataan Pertama Charles III Setelah Diangkat jadi Raja Inggris 

Ratu Elizabeth II Wafat, Berikut Urutan Pewaris Takhta Kerajaan Inggris

Share: Harum Jejak Ratu Elizabeth II