Internasional

Kepergian Ratu Elizabeth: Bertahta di Masa Sulit, Saksi 15 Perdana Menteri

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
ANTARA/REUTERS/PA Images/Dominic Lipinski/aa

Putra sulung Ratu Elizabeth II, Raja Charles III menyatakan, kepergian ibunya tercinta itu sebagai saat yang paling menyedihkan. Kalangan senior keluarga kerajaan berkumpul di puri bergaya Skotlandianya, setelah kesehatan Ratu Elizabeth II dikabarkan mengkhawatirkan. 

Penguasa terlama: Ratu Elizabeth II naik tahta pada 6 Februari 1952 setelah ayahnya, Raja George VI, mangkat. Ia merupakan penguasa monarkhi Inggris dari dinasti Windsor yang berkuasa paling lama dalam sejarah kerajaan itu. Ratu Elizabeth II berkuasa selama 70 tahun dan menyaksikan berbagai perubahan sosial yang luar biasa. 

Ia terlahir sebagai anak pertama dari Duke of York (Raja George VI) dan Duchess of York di Mayfair, Inggris, pada 21 April 1926. Saudara kandung Ratu Elizabeth II hanya Putri Margareth (Countess of Snowdon), yang telah berpulang pada 9 Februari 2002 lalu. 

“Kita sangat berduka atas kepergian penguasa yang sangat dicintai dan ibu yang sangat disayangi. Saya tahu kepergiannya akan dirasakan di seluruh negara, seantero anggota Persemakmuran, dan tidak terbilang manusia di seluruh dunia,” ujar Raja Charles III. 

Sebagai raja baru dan kepala negara 14 anggota Persemakmuran, Charles II akan didampingi istrinya, Camilla. 

“Ratu meninggal secara tenang petang ini. Raja dan Ratu Pendamping akan tetap di Istana Balmoral petang ini dan akan kembali ke London besok,” demikian pernyataan Istana Buckingham.

Seluruh putra dan putri Ratu Elizabeth II telah hadir ke Istana Balmoral, dekat Aberdeen, setelah dokter menyatakan ratu dalam pengawasan dokter. Cucunya, yang kini menjadi pangeran mahkota, Pangeran William, juga ada di sana. Sedangkan saudara laki-lakinya, Pangeran Harry, dalam perjalanan. 

Perdana Menteri Inggris, Liz Truss, yang telah ditunjuk Ratu Elizabeth II pada Selasa (6/9/2022) menyatakan, kerajaan merupakan batu penjuru yang telah dibangun dengan kekuatan stabilitas.

“Kita memberikan loyalitas dan kesediaan kita yang telah, sebagaimana yang telah ibunya berikan kepada semuanya, dan dalam waktu yang sangat lama. Dan dengan kepergian ratu bergelar Elizabeth yang kedua, kita memandu era baru dalam sejarah megah negara kita yang hebat, persis sebagaimana saat Yang Mulia (Ratu Elizabeth II) inginkan, dengan mengatakan God save the King,” ucapnya.

Saksi sejarah: Ratu Elizabeth II bertahta sebagai kepala negara bermula dari masa pascaperang yang sulit, peralihan dari kekaisaran menjadi Persemakmuran, akhir dari Perang Dingin, saat di mana Inggris ikut masuk ke dalam Uni Eropa dan kemudian keluar dari itu.

Masa Ratu Elizabeth II bertahta menjadi saksi dari kekuasaan 15 perdana menteri Inggris. Mulai dari Winston Churchill (lahir pada 1894) hingga Truss (lahir pada 1975). Ratu Elizabeth II juga selalu menggelar pertemuan mingguannya dengan semua perdana menteri Inggris itu selama dia bertahta.

Anak: Menyusul kepergian Ratu Elizabeth II ini, Pangeran William dan istrinya, Catherine, menyandang gelar Duke dan Duchess of Cambridge dan Cornwall sekaligus. 

Ratu Elizabeth II memiliki empat anak dari perkawinannya dengan Pangeran Phillip (Duke of Edinburgh). Yaitu, Pangeran Charles (Raja Charles III), Pangeran Andrew (Duke of York), Putri Anne (Princess Royal, gelar yang sejak 1642 diberikan secara tradisi diberikan pada putri tertua raja/ratu Inggris), Pangeran Edward (Earl of Essex). 

Baca Juga:

Ratu Elizabeth II Terinfeksi COVID-19 di Usia 95 Tahun 

Ratu Elizabeth II Wafat 

Potret Vincent van Gogh Tersembunyi di balik Lukisan tahun 1885

Share: Kepergian Ratu Elizabeth: Bertahta di Masa Sulit, Saksi 15 Perdana Menteri