Dokter Spesialis Saraf RS Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S mengatakan perlu dilakukan penelitian ilmiah
lebih lanjut tentang daging kambing, durian dan kopi sebagai penyebab
hipertensi.
“Apakah daging kambing, durian itu penyebab hipertensi?
Kalau daging kambing penyebab hipertensi, kenapa orang Arab yang makan daging
kambing enggak hipertensi, itu masih perlu penelitian,” ujar dr. Eka
seperti dlansir Antara.
Menurut dr. Eka daging kambing juga tidak bisa dikaitkan
sebagai penyebab hipertensi. Sejauh ini belum ada jurnal ilmiah yang melakukan
penelitian terhadap orang Indonesia bahwa konsumsi daging kambing dapat
meningkatkan tekanan darah.
Sedangkan untuk kopi, Mayo Clinic menegaskan bahwa batas
konsumsi kafein yang aman untuk orang dewasa adalah 400 miligram atau empat
cangkir kopi per hari.
Namun, dr. Eka mengatakan bahwa hal ini berbeda-beda bagi
tiap orang. Pada beberapa orang, ada yang mengkonsumsi segelas kopi langsung
membuat jantung berdebar, dan tidak sedikit pula yang mampu mengkonsumsi kopi
lebih dari empat gelas sehari.
Naiknya tekanan darah saat meminum kopi hanya bersifat
sementara. Menurut dr. Eka, tekanan darah akan kembali turun saat efek kafein
mulai hilang dari dalam tubuh.
“Saat berdebar-debar itu biasanya tensi naik. Setelah
efek kafeinnya enggak ada akan normal lagi, tapi itu kalau dia enggak
hipertensi,” kata dr. Eka.
Hipertensi memiliki banyak faktor penyebab, salah satunya
adalah tingginya konsumsi garam dan rendahnya asupan kalium. Saat seseorang
mengkonsumsi makanan asin secara berlebihan, maka tekanan darahnya akan
langsung meningkat.
Ras juga mempengaruhi tekanan darah seseorang. Orang-orang
Asia dianggap lebih sensitif terhadap garam dibandingkan dengan Eropa dan
Amerika, bahkan organisasi kesehatan WHO menganjurkan untuk lebih rendah dalam
mengkonsumsi garam.
“Makanan yang bisa membuat mendadak darah tinggi adalah
makanan asin. Orang Asia sangat sensitif kepada garam, ini ada dari faktor
genetik dan ras. Satu lagi yang dapat menyebabkan hipertensi adalah konsumsi
kalium yang rendah,” kata dr. Eka.
Baca Juga