Banjir bandang di Pakistan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang sejak pertengahan Juni 2022. Hampir satu juta rumah di Pakistan juga rusak diterjang banjir bandang.
Sebanyak 33 juta orang terdampak banjir bandang. Banjir telah menggenangi wilayah sekitar sungai Indus yang membentang di sepanjang Pakistan. Air Sungai Kabul dan Sungai Swat di Pakistan utara juga meluap.
Curah hujan hampir tiga kali lipat dari rata-rata nasional selama 30 tahun terakhir. Bahkan, curah hujan hampir lima kali lipat dari rata-rata nasional di Provinsi Sindh, yang berbatasan dengan Laut Arab di selatan.
Perubahan iklim: Menteri Perubahan Iklim Pakistan, Sherry Rehman menilai, banjir bandang itu sebagai bencana kemanusiaan yang disebabkan oleh iklim dengan proporsi epik.
“Ini diluar kapasitas satu administrasi atau pemerintah untuk merehabilitasi dan bahkan mengelola penyelamatan dan bantuan,” ujar Sherry, dilansir dari New York Times.
Ia menyerukan bantuan internasional yang lebih besar. Dalam sebuah video yang diunggahnya di Twitter, air banjir yang menderu mendekati puncak jembatan di sebuah provinsi di barat laut Pakistan, Khyber Pakhtunkhwa. Jembatan itu telah dibangun kembali lima meter lebih tinggi – sekitar 16 kaki – setelah hancur selama rekor banjir terburuk di Pakistan pada 2010.
“Sekarang air menggenangi jembatan. Mereka pikir mereka membangun kembali lebih baik dengan menaikkannya jauh lebih tinggi,” ucapnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif mengatakan, bencana ini sebanding dengan banjir pada 2010 lalu. Saat itu, banjir berdampak pada 18 juta orang dan menewaskan 1.985 orang.
Evakuasi warga: Juru bicara pemerintah provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Kamran Bangash, mengatakan, banjir Sungai Swat sebabkan puluhan ribu orang dievakuasi dari rumah mereka ke kamp-kamp bantuan yang didirikan di gedung-gedung pemerintah. Banyak juga yang berlindung di pinggir jalan. Sekitar 180.000 orang telah dievakuasi dari Charsadda dan 150.000 dari desa distrik Nowshehra.
Khaista Rehman (55 tahun) berlindung bersama istri dan tiga anaknya di sisi jalan raya Islamabad-Peshawar setelah rumahnya di Charsadda terendam semalaman.
“Alhamdulillah sekarang kita aman di jalan ini yang cukup tinggi dari daerah banjir. Tanaman kami hilang dan rumah kami hancur, tetapi saya bersyukur kepada Allah bahwa kami masih hidup dan saya akan memulai kembali kehidupan bersama putra-putra saya,” ujar Khaista Rehman, dilansir dari NPR.
Baca Juga:
Perubahan Iklim Disebut Bikin Ikan Antartika Terinfeksi Tumor Kulit
Kenapa Banyak Virus Baru Terdeteksi di China?
Bencana Perubahan Iklim Berpotensi Rugikan Indonesia Rp544 Triliun