Ganda putra Indonesia, Pramudaya Kusumawardana/Yeremia Rambitan berjuang hebat ketika bertanding melawan wakil Malaysia, Aaro Chia/Soh Wooi Yik di perempatfinal Indonesia Open 2022, Jumat (17/6/2022). Sebab, Yeremia Rambitan mengalami cedera saat game point pada gim penentuan (gim ketiga).
Butuh kebugaran: Dilansir dari Antara, dokter spesialis Kedokteran Olahraga dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO dari Ikatan Dokter Indonesia mengatakan, badminton termasuk kategori olahraga ‘high impact’ dengan gerakan yang dinamis, merupakan kombinasi antara reli-reli pendek dan reli-reli panjang.
Maka, pemain badminton membutuhkan kebugaran aerobik atau kebugaran kardiorespirasi untuk dapat bermain badminton dengan durasi permainan 3 set.
Pemain badminton juga memerlukan kecepatan, tenaga, dan kelincahan yang cukup baik. Misalnya, melompat untuk jumping smash, lunges saat netting, drop shot, hingga gerakan yang cepat dan mengubah arah ketika defence.
Jenis cedera: Olahraga ini dipenuhi gerakan kompleks sesuai dengan tempo permainannya. Itulah mengapa jika tidak berhati-hati, cedera otot, sendi, ligamen, hingga tendon rentan terjadi ketika bermain badminton. Jenis cedera yang dapat terjadi ketika bermain badminton adalah cedera bahu, pergelangan kaki terkilir, lutut, punggung, siku, hingga kram otot.
Cedera bahu disebabkan gerakan mengayun yang cepat dan berulang. Kondisi ini akan menyebabkan otot-otot bahu kelelahan dan mengakibatkan stabilitas sendi bahu menurun. Tendonitis rotator cuff atau tendinopathy adalah kondisi cedera bahu paling sering pada pemain badminton.
Pergelangan kaki terkilir kerap terjadi akibat gerakan-gerakan berubah arah dalam waktu yang cepat, serta gerakan melompat dan mendarat saat melompat untuk smash. Faktor risiko cedera pergelangan kaki bisa berasal kelelahan saat bermain, sehingga membuat keseimbangan menjadi terganggu dan pergelangan kaki kemudian terkilir. Selain itu, juga disebabkan kondisi lapangan yang licin atau karena penggunaan sepatu yang tidak tepat.
Jenis cedera lutut yang paling sering terjadi pada olahraga badminton adalah cedera jumper’s knee atau patella tendinitis. Ini disebabkan beban cukup besar pada tendon lutut karena gerakan melompat, mendarat, dan lunges yang berulang.
Cedera ligamen lutut dan bantalan lutut juga sering dilaporkan di beberapa jurnal ilmiah. Cedera ini sering disebabkan karena gerakan berputar dari lutut.
Cedera punggung bawah juga sering terjadi akibat beberapa gerakan menerjang dan merunduk. Kelemahan otot punggung merupakan salah satu faktor risiko dari cedera lower back pain pada pemain badminton.
Cedera siku dapat terjadi karena beban pada otot yang berlebihan dan terus-menerus selama memegang raket. Sementara itu, cedera kram otot disebabkan olahraga tanpa melakukan pemanasan dan peregangan otot. Kam otot paling sering dialami pemain badminton muncul di kaki.
Pencegahan : Cedera saat bermain badminton dapat dicegah dengan pemanasan dan pendinginan yang tepat. Ia menilai, mempersiapkan tubuh berolahraga dan beradaptasi dengan intensitas permainan adalah cara terbaik untuk mencegah cedera.
Selain itu, latihan kekuatan otot dan latihan fleksibilitas juga penting dalam mencegah cedera. Sepatu yang tepat pun dapat mengurangi risiko cedera. Sepatu badminton secara khusus dibuat untuk meredam guncangan, sehingga dapat mencegah cedera pada tempurung lutut dan tulang kering. Sepatu yang dipilih juga sebaiknya cukup ringan dengan cushion yang baik untuk dapat melindungi ankle, dan juga memiliki sol anti selip untuk mencegah jatuh karena terpeleset.
Disisi lain, memilih raket juga tak bisa sembarangan. Berat raket harus disesuaikan dengan kemampuan dan fisik tubuh. Raket dengan berat ringan dapat mengurangi risiko cedera bahu. Ukuran pegangan raket yang terlalu kecil menyebabkan pemain harus menggenggam lebih keras dan meningkatkan strain pada otot sekitar pergelangan tangan. Sedangkan pegangan yang terlalu besar juga membuat pemain tidak leluasa menggerakkan raket.
Bahkan, tingkat ketegangan senar dan jenis senar mempengaruhi risiko cedera. Kesehatan dan usia menjadi patokan dalam menyesuaikan intensitas permainan. Sesuaikan intensitas permainan dengan kondisi tubuh masing-masing. Selain itu, lakukan rehabilitasi cedera olahraga sampai tuntas untuk meminimalisir cedera berulang sebagai bentuk cara pencegahan sekunder.
Baca Juga:
Healing Terbaik Berhenti Sejenak Main Sosmed
Saat Suara-suara Dukungan Nama JIS jadi MH Thamrin
Raih Emas SEA Games Untuk Pertama Kalinya, Timnas Basket Diguyur Bonus Rp5 miliar