Isu Terkini

Putin: Rusia Akan Normalisasi Hubungan dengan Afghanistan

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Antara/Anadolu Agency

Rusia bekerja secara aktif untuk ‘menormalkan’ situasi di Afghanistan. Presiden Vladimir Putin berbicara membangkitkan tanggung jawab Rusia di daerah tersebut.

“Kami melakukan segalanya untuk menormalkan situasi [di Afghanistan] dan kami mencoba membangun hubungan dengan kekuatan politik yang mengendalikan situasi,” kata Putin dalam pembicaraan dengan Presiden Tajikistan Emomali Rakhmon, pada Selasa (28/6/2022).

Tanggung jawab bersama: Namun, titik awal yang disorotnya adalah kelompok etnis Afghanistan harus mengambil bagian penuh dalam menjalankan negara. 

“Di sini, Anda tahu yang terbaik […] apa yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa situasi di kawasan ini, di zona di mana kita memiliki tanggung jawab bersama, stabil dan tidak mengancam siapa pun,” ucapnya kepada Rakhmon, dilansir dari The Moskow Times. 

Hubungan Rusia-Tajikistan: Ini adalah perjalanan pertama Putin ke luar negeri sejak dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina pada 24 Februari. 

Rusia memiliki pangkalan militer utama di Tajikistan, salah satu sekutunya di wilayah tersebut. Tajikistan memiliki perbatasan sepanjang 1.200 kilometer dengan Afghanistan. Pasukan Tajikistan sering bentrok dengan penyelundup narkoba Afghanistan. 

Kembalinya kekuasaan Taliban di Afghanistan Agustus 2021 lalu telah membuat beberapa pengamat khawatir bahwa Tajikistan, yang termiskin dari negara-negara bekas Soviet, dapat menjadi tidak stabil. Negara ini secara ekonomi masih sangat bergantung pada Rusia. 

Invasi Soviet ke Afghanistan: Diketahui, Uni Soviet pernah menginvasi Afghanistan pada malam Natal, 24 Desember 1979. Invasi Uni Soviet ke Afghanistan berakhir dengan kemunculan Taliban. Invasi Uni Soviet ke Afghanistan berlangsung selama 10 tahun, dari 1970 hingga 1989. Invasi Uni Soviet bertujuan untuk membereskan kekacauan pemerintahan Afghanistan. 

Uni Soviet dan Afghanistan menandatangani Treaty of Friendship pada 1921. Perjanjian yang berlaku 10 tahun itu mengatur agar tidak ada agresi militer satu sama lain. Treaty of Friendship terus menerus diperpanjang. Namun, di tahun 1973, di Afghanistan terjadi kudeta yang menggulingkan monarki dan menjadi dasar berdirinya Republik Afghanistan.

Baca Juga:

Taliban Wajibkan Presenter Perempuan Tutupi Wajah saat Siaran 

Usai Bertemu Jokowi, Putin Diramal Bakal Setop Serang Ukraina 

Afghanistan Diguncang Gempa, Seribuan Orang Tewas

Share: Putin: Rusia Akan Normalisasi Hubungan dengan Afghanistan