Isu Terkini

Mengapa Laki-laki Harus Sunat?

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.

Dokter Spesialis Bedah Saraf dari Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Saraf dr. Mahdian Nur Nasution, Sp.BS menilai, anggapan ‘sunat laser’ yang selama ini beredar di masyarakat sebenarnya keliru. 

Sebab, ‘sunat laser’ sebetulnya tidak memakai alat laser, melainkan elektrokauter yang tidak menggunakan sinar dan berisiko. Alat ini mengeluarkan panas yang berisiko menimbulkan luka bakar, jika mengenai saraf.

“Dampaknya dapat berbahaya karena mengganggu fungsi penis,” ucapnya dilansir dari Antara. 

Usia sunat paling tepat: Di Indonesia, proses khitan atau sunat untuk anak laki-laki pada umumnya dilakukan sebelum akil balig. Namun, kata dia, sunat bisa dilakukan sejak anak masih bayi jika pertimbangannya murni soal medis. 

“Yang terbaik saat bayi, kalau ada luka di sel-sel kulit bayi, akan cepat sekali kembali normal,” tutur Mahdian. 

Berdasarkan penelitian, 40% anak menderita fimosis alias kelainan pada penis yang mana kulup melekat, tak bisa ditarik ke belakang. Kelainan ini dapat menimbulkan demam hingga infeksi saluran kemih. 

Kalau dari bayi sudah disunat, kata dia, risiko itu akan hilang. Selain itu, sunat sejak bayi menghindari psikologi ketika anak merasakan pengalaman tak menyenangkan selama atau setelah dikhitan, seperti merasa sakit akibat luka khitan. 

Di negara-negara lain, seperti Australia, rata-rata proses khitan dilakukan saat bayi atau justru ketika seorang laki-laki sudah dewasa, karena bisa memutuskan segala sesuatunya sendiri dan siap menanggung konsekuensinya. Menurut Mahdian, tidak masalah jika menyunat anak sebelum akil balig karena mempertimbangkan perayaan rasa syukur dan mengundang orang-orang terdekat.

“Ada untungnya sunat saat anak SD, karena habis disunat keluarga bisa kumpul-kumpul. Sebab masyarakat Indonesia kan seperti masyarakat Melayu yang memang senang berkumpul,” ujar Mahdian. 

Tugas orang tua: Proses sunat terkesan menyeramkan untuk anak lelaki. Tugas orang tua adalah mempersiapkan buah hati agar siap secara mental menjalani prosedur, sehingga tidak takut disunat. Orang tua perlu memberikan penjelasan menyeluruh dengan cara menyenangkan. Ini termasuk efek samping yang mungkin terjadi, seperti sedikit rasa nyeri akibat luka khitan. 

Anak-anak juga harus memahami soal perawatan yang harus dijalani setelah khitan. Apalagi, sunat yang dikaitkan dengan agama ini ternyata bermanfaat bagi kesehatan. 

Kualitas kehidupan seksual: Ia pun mengungkapkan, salah satu manfaat kesehatan dari sunat adalah meningkatkan kualitas kehidupan seksual. Berdasarkan penelitian, ditemukan fakta bahwa kepuasan seksual dari pasangan yang disunat lebih baik dibandingkan tidak disunat. 

Selain itu, sirkumsisi bermanfaat untuk menghindari risiko infeksi dan penyakit dari sisa kotoran yang terkumpul di kulup atau preputium. Ketika ada tumpukan kotoran di kulup pada penis yang belum disunat, kotoran itu bisa berpindah saat bersenggama dan menimbulkan risiko kanker serviks pada pasangan. 

“Yang berisiko kena kanker itu perempuan. Kanker serviks saat diteliti pada pasangan yang suaminya tak disunat (angka) lebih tinggi. Dampak penyebabnya kotoran di lipatan kulit yang sulit dibersihkan, kalau disunat risiko berkurang,” ucapnya. 

Sunat juga mengurangi risiko penularan penyakit seperti HIV dan hepatitis, hingga 70%. Risiko cedera dan iritasi luka pada penis saat senggama juga lebih besar pada orang yang belum disunat. Anak tidak disunat bisa mempunyai risiko terkena infeksi saluran kemih (ISK) lebih besar 3-10 kali dibandingkan mereka yang disunat pada tahun pertama kehidupan. Sebab, sunat bisa mengurangi risiko penyakit infeksi saluran kemih akibat kuman di kulit penis.

Baca Juga:

BNPT: Orang Terpapar Radikal Karena Kurang Piknik 

Jadi Mogok, Driver GoSend Kirim Karangan Bunga ke Kantor Gojek 

Sunat Perempuan: Satu Kasus Saja Sudah Terlalu Banyak 

Share: Mengapa Laki-laki Harus Sunat?