Kesehatan

Catatan Pakar Soal Vaksin Nusantara di Jurnal Internasional

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
ANTARA/HO-Shutterstock

Mantan Menteri Kesehatan RI, Terawan, mengatakan, ulasan
mengenai Vaksin Nusantara telah dipublikasikan dalam jurnal internasional.
Terbitnya artikel mengenai Vaksin Nusantara memungkinkan semua pihak untuk  mempelajari vaksin tersebut.

“Saya bersyukur sekali, bahwa jurnal internasional
terkait Vaksin Nusantara telah bisa diterbitkan. Semua pihak dapat mengakses
dan mempelajari demi kemajuan ilmu kesehatan dunia” ujar Terawan, seperti
disampaikan Tim Komunikasi Terawan, Andi, melalui siaran pers yang diterima di
Jakarta, Jumat (27/5/2022), mengutip Antara.

Artikel tersebut diterbitkan dalam jurnal Expert Review of
Vaccines bertajuk Dendritic cell vaccine as a potential strategy to end the
COVID-19 pandemic. Why should it be Ex Vivo? Artikel jurnal mengenai Vaksin
Nusantara itu ditulis oleh empat peneliti, termasuk Terawan di dalamnya.
Sementara tiga lainnya ialah Jonny Jonny, Enda Cindylosa Sitepu, dan Raoulian
Irfon. Keempatnya berasal dari institusi Cellcure Center Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.

Pendekatan vaksin dendritik: Dalam keterangan tersebut
dijelaskan, Vaksin Nusantara dibuat menggunakan pendekatan sel dendritic di
mana pada prosesnya sel tersebut dilakukan di luar tubuh manusia.

Terawan bersyukur bahwa sebagai anak bangsa serta berkat
bantuan banyak pihak, termasuk tim peneliti, dapat menunjukkan kemampuan di
dunia kesehatan internasional. Ia berharap dengan terbitnya jurnal Q1
internasional Vaksin Nusantara itu dapat memajukan perkembangan ilmu kesehatan
dunia, dan menyelesaikan permasalahan COVID-19 di dunia.

“Semoga dengan terbitnya jurnal ini, dapat membantu
kemajuan dan perkembangan ilmu kesehatan dunia, serta menuntaskan pertarungan
kita melawan COVID-19,” ujarnya.

Tokoh nasional divaksin: Dia mengatakan sejauh ini sudah
banyak orang yang telah menerima suntikan Vaksin Nusantara, termasuk di
antaranya sejumlah tokoh nasional. Selain kalangan DPR seperti Sufmi Dasco
Ahmad (Gerindra), Emanuel Melkiades Laka Lena (Golkar), Saleh Partaonan Daulay
(PAN), Adian Napitupulu (PDIP), Nihayatul Wafiroh (PKB), dan Arzetty Bilbina
(PKB).

Ada juga tokoh nasional seperti Moeldoko (KSP), Aburizal
Bakrie (mantan Ketum Ketua Golkar), Prabowo Subianto (Menteri Pertahana), Luhut
Binsar Pandjaitan (Menko Marves), Dahlan Iskan, dan lainnya.

Terakhir, Terawan mengucapkan terima kasih kepada pemerintah,
Rumah Sakit Kariadi Semarang, RSPAD Gatot Subroto yang telah mendukung
penelitian Vaksin Nusantara di Indonesia.

“Saya mengucapkan terima kasih, kepada Pemerintah,
Bapak Joko Widodo, yang telah mendukung penelitian ini, dan juga RS Kariadi,
RSPAD Gatot Subroto,” pungkasnya.

Tanggapan ahli: Menanggapi terbitnya artikel jurnal yang
diklaim mengenai Vaksin Nusantara, Epidemiolog Griffith University Australia,
Dicky Budiman mengatakan artikel tersebut hanya tinjauan mengenai vaksin sel
dendritik, bukan Vaksin Nusantara.

Karenanya dia meminta penyebutan nama Vaksin Nusantara untuk
diubah sebab vaksin berbasis sel dendritik merupakan inovasi yang telah banyak
dikembangkan para peneliti di dunia.

“Kalimat bahwa Vaksin Nusantara sudah dipublikasi
jurnal internasional harus diluruskan, bahwa ini adalah review dari vaksin sel
dendritik, jangan pakai nama Vaksin Nusantara,” kata Dicky Budiman yang
dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (27/5/2022), dikutip via Antara.

Salah kaprah: Penyebutan ulasan mengenai Vaksin Nusantara
telah diterbitkan pada jurnal internasional dianggap Dicky telah salah kaprah.
Pasalnya artikel yang justru membahas mengenai vaksin sel dendritik itu sudah
banyak dibahas dalam sejumlah jurnal internasional.

Indonesia bukan pionir: Dicky memastikan bahwa Indonesia
bukan pionir dalam melakukan penelitian terhadap sel dendritik di dunia.

“Vaksin berbasis sel dendritik ini kan review-nya sudah
banyak. Kita bukan pionir dalam hal ini. Sel dendritik bukan inovasi Indonesia,
ini sudah advance untuk melihat bagaimana potensi dari vaksin ini untuk
COVID-19,” katanya.

Sehingga tidak heran, bila dalam jurnal internasional
tersebut tidak menyebut nama Vaksin Nusantara. “Ini adalah vaksin sel
dendritik. Kan enggak ada disinggung Vaksin Nusantara,” katanya.

Menurut Dicky penamaan Vaksin Nusantara pada vaksin sel
dendritik memungkinkan untuk dilakukan saat resmi menjadi merek dagang.

“Kalau sudah ada nama dagangnya, ya, boleh. Harus fair,
ini bukanlah inovasi Indonesia, tapi inovasi dunia. Kita harus hargai
orisinalitas dunia ilmiah,” katanya.

Belum lengkap: Pada artikel jurnal tersebut, kata Dicky
belum dimuat data serta bukti efikasi maupun efektivitas Vaksin Nusantara
terhadap COVID-19. Padahal bukti ilmiah tersebut diperlukan dengan hasil uji
klinis.

“Sayangnya di sini hasil dari riset Vaksin Nusantara
atau sel dendritik vaksin yang dilakukan tidak muncul di sini atau belum,
karena literatur review, sehingga wajar. Artinya, ke depan itu yang kami
tunggu,” katanya.

Dicky mengatakan Vaksin Nusantara yang muncul di jurnal
internasional lebih bersifat tinjauan mengenai alasan pengembangan penting
dalam vaksin berbasis sel dendritik untuk COVID-19.

“Saya sudah membaca paper-nya dan itu bukan literatur
review dengan mereview beberapa riset yang sudah dilakukan,” katanya.

Tetapi apresiasi: Meskipun begitu, Dicky melihat publikasi
vaksin berbasis sel dendritik Vaksin Nusantara dalam jurnal internasional
sebagai langkah yang bagus. Tapi yang menjadi tantangan ke depan adalah
mahalnya biaya pengembangan, seperti tuntutan SDM serta aspek lainnya.

“Kalau bicara strategi kesehatan masyarakat, jadi
sulit. Karena harus mudah, murah dan cepat juga, selain efektif,” katanya.

Dicky mengatakan vaksin berbasis sel dendritik merupakan
inovasi yang layak untuk terus dikembangkan.

“Sebagaimana dari sejak awal saya sampaikan, potensinya
memang ada, karena review  sebelumnya itu
juga mengatakan itu,” pungkasnya.

Baca Juga

Share: Catatan Pakar Soal Vaksin Nusantara di Jurnal Internasional