Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(FKUI) Pandu Riono mendorong pemerintah mengakhiri kebijakan pemberlakuan
pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
“Harapannya, kita seharusnya kalau mau dilonggarkan,
bukannya masker. PPKM-nya yang dihentikan, sebab ekonomi melemah karena
PPKM,” kata Pandu Riono seperti dilansir Antara.
Pandu mengatakan pemulihan ekonomi di tengah situasi pandemi
yang kian terkendali perlu dibarengi dengan keputusan pemerintah mengakhiri
PPKM.
Alasannya, kebijakan PPKM yang berkepanjangan membuat
sebagian masyarakat bingung terkait situasi pandemi COVID-19 di Tanah Air serta
membuat aktivitas kerja menjadi tidak tenang.
“Kalau bicara ekonomi, harusnya PPKM dicabut. Jadi
masyarakat bisa bergerak seperti biasa, beraktivitas secara tenang, mau
ngantor, kerja pabrik juga penuh, tapi tetap pakai masker dan juga vaksinasi
booster,” katanya.
Salah satu alasan Pandu mendorong PPKM dihentikan, sebab
laporan survei terakhir sebelum Lebaran 2022, di Jawa-Bali terjadi peningkatan
proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS CoV-2 penyebab COVID-19 sebesar
99,2 persen.
Meskipun situasi pandemi di Indonesia semakin terkendali,
kata Pandu, tetapi kebiasaan bermasker dan vaksinasi booster merupakan
kombinasi ideal dalam mengantisipasi risiko penularan COVID-19.
Dikatakan Pandu, masyarakat Indonesia masih memerlukan
edukasi penggunaan masker melalui apresiasi dan sanksi yang diterapkan oleh
pemerintah.
“Semua sifatnya edukasi. Di Singapura masih ada penalti
kalau ada masyarakat yang tidak pakai masker di dalam ruangan,” katanya.
Sementara bagi yang patuh pada program vaksinasi booster
atau dosis ketiga, kata Pandu, mereka diperbolehkan beraktivitas di ruang
publik maupun transportasi umum tanpa harus tes antigen maupun RT PCR.
Pandu mengingatkan masyarakat bahwa status pandemi COVID-19
belum dicabut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO),
sehingga risiko penularan COVID-19 masih ada.
Untuk itu, Tim Pandemi COVID-19 Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI) kembali melanjutkan survei serologi ketiga secara
nasional untuk memantau perkembangan kekebalan tubuh masyarakat berdasarkan
program vaksinasi COVID-19 pemerintah maupun vaksin alami yang diperoleh
penyintas COVID-19.
“Serologi kami laksanakan lagi pada Juni-Juli 2022.
Akan ada lagi se-Indonesia. Metodenya sama menggunakan sampel darah, seperti
pada Desember 2022, saat serosurvei secara nasional dipilih penduduk sebagai
sampel,” katanya.
Laporan itu akan diteruskan kepada otoritas terkait sebagai
bahan pertimbangan pemerintah dalam mengukur keberhasilan pengendalian pandemi
di Indonesia.
Baca Juga