Politik

Dinamika Politik di Balik Kesepakatan Koalisi Golkar-PAN-PPP

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/pras

Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS),
Nyarwi Ahmad, menilai kesepakatan koalisi antara Golkar, PAN, serta PPP
memberikan warna baru yang akan membedakan arus dan dinamika politik Pilpres
2024 dengan Pilpres 2019.

“Pertemuan ketiganya sangat potensial memberikan warna
baru yang menjadikan arus dan dinamika politik jelang Pilpres 2024 bisa berbeda
dengan yang pernah terjadi menjelang Pilpres 2019 lalu,” ucapnya, Sabu
(14/5/2022), dilansir dari Antara.

Menurut Nyarwi, koalisi itu menyiratkan lima hal. Pertama,
koalisi dari partai-partai politik (parpol) tanpa tokoh-tokoh populer dengan
tingkat elektabilitas yang bisa diandalkan untuk memenangkan Pilpres 2024.

Terdapat dua konsekuensi bagi para tokoh populer (bukan
ketua umum atau tokoh partai terkait) yang memiliki elektabilitas berdasarkan
data lembaga-lembaga survei yang kredibel. Tokoh populer potensial yang
memiliki potensi akselerasi elektabilitas bagus itu akan berpeluang untuk
dicalonkan koalisi ini.

“Sebaliknya, jika ketiga partai ini bersepakat untuk
mencalonkan pasangan capres-cawapres dari kalangan pemimpin ataupun tokoh
partai tersebut, maka peluang mereka untuk mendapatkan tiket capres atau
cawapres dari koalisi ketiga partai ini akan lenyap,” ujar Nyarwi.

Berdasarkan popularitas dan elektabilitas pimpinan Partai
Golkar, PAN, dan PPP, koalisi ini kecil kemungkinan mencalonkan ketua umum atau
tokoh partai. Kemungkinan yang terjadi adalah ketiga partai akan melakukan
konvensi untuk mendapatkan capres yang paling potensial memenangkan Pilpres
2024. Namun, untuk posisi cawapres, kemungkinan diisi oleh salah satu dari tiga
ketua umum parpol ini.

“Dari ketiganya, peluang Airlangga Hartarto untuk
dicalonkan sebagai cawapres tampaknya paling besar,” tutur Nyarwi.

Kedua, koalisi ini menyiratkan munculnya dinamika internal
masing-masing partai ataupun eksternal antarpartai di Senayan yang semakin
memanas. Ini guna memaksimalkan peluang dalam Pilpres 2024.

Ketiga, koalisi ini menunjukkan peran partai dalam mewarnai
kandidasi hingga pemenangan dalam Pilpres 2024 akan berbeda dengan Pilpres
2019. Sebab, partai-partai jauh lebih menguat dibandingkan dengan para tokoh
atau komunitas relawan pendukung tokoh-tokoh populer.

Keempat, koalisi ini mengindikasikan bahwa bursa pertarungan
Pilpres 2024 kemungkinan besar akan diramaikan dengan tiga atau empat
episentrum koalisi partai. Kelima, pimpinan Golkar seolah ingin menunjukkan
eksistensi kelompoknya sebagai pemain dalam memenangkan Pilpres 2024.

Ia menilai, Golkar, PAN, dan PPP dapat berkembang menjadi
satu episentrum koalisi parpol yang solid karena memiliki dua kelebihan. Yaitu,
berkarakter mesin organisasi politik yang berbeda dan memiliki segmen pasar
elektoral atau pemilih yang heterogen. Kondisi tersebut bisa menjadi modal
penting untuk memenangkan Pilpres 2024. Kondisi itu menjadikan Golkar, PAN, dan
PPP saling melengkapi satu sama lain,”

Sementara di luar Golkar, kata dia, ada tiga partai lain
dapat menjadi episentrum koalisi. Yaitu NasDem, PDIP, dan Gerindra. Ketiga
partai itu akan membangun episentrum koalisi sendiri.

Baca Juga

Share: Dinamika Politik di Balik Kesepakatan Koalisi Golkar-PAN-PPP