Isu Terkini

Penyebab Anak-anak Mudah Terpapar Radikalisme

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
ANTARA/Umarul Faruq

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan Retno Listyarti meminta anak-anak yang terlibat jaringan terorisme NII di Sumatera Barat tetap mendapatkan haknya.

Hak anak-anak: Retno mengatakan pemenuhan hak atas pendidikan, pemulihan psikologi, dan pendampingan reintegrasi ke masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Retno ada beberapa faktor penyebab anak-anak mudah dipengaruhi jaringan teroris, termasuk NII. 

Faktor pertama: Pertama, pembelajaran di sekolah tidak terbuka terhadap perbedaan pendapat, sehingga ada kecenderungan mengarah pada penyeragaman. 

“Pembelajarannya tidak didesain mengharagai perbedaan,” ucapnya dalam keterangan tertulis, Kamis (31/3).

Kedua, kecenderungan peserta didik atau pendidik terjebak pada intoleransi pasif atau sikap dan perasaan tidak menghargai perbedaan (suku, agama, ras, kelas sosial, hingga pandangan politik), meski belum ada tindakan kekerasan. Namun, intoleransi pasif saat ini dapat terlihat dari postingan mereka di media sosial. 

Faktor pendidik: Ketiga, para pendidik membawa pendangan politik pribadinya dalam pembelajaran di dalam kelas. Dampaknya, siswa bersikap terbuka terhadap praktik intoleransi. Misalnya, kasus pemilihan Ketua OSIS di salah satu SMAN di kota Depok yang diulang karena ketua OSIS terpilih beragama minoritas. 

“Ada pendidik berinisial TS yang mengajak para siswa di grup WhatsApp mengajak siswanya memilih ketua OSIS yang seagama. Bahkan, ada kepala sekolah jenjang SD di Lampung yang ditangkap Densus 88 pada November 2021 karena diduga terlibat dalam aksi terorisme Jaringan Jamaah Islamiah (JI),” tutur Retno. 

Bibit radikalisme: Faktor keempat, masuknya bibit radikalisme di berbagai sekolah disebabkan tidak adanya seleksi ketat dalam kegiatan kesiswaan atau keagamaan. Apalagi, yang melibatkan pemateri dari luar, seperti penceramah dalam sholat Jumat di masjid sekolah dan pendampingan kajian agama rutin setiap minggunya. 

“Karena dalam beberapa kasus yang terjadi, masuknya pemikiran yang membahayakan kebhinekaan ini dapat masuk dari alumni melalui organisasi sekolah atau ekstrakurikuler, pemateri kegiatan kesiswaan yang bersifat rutin (seperti mentoring dan kajian terbatas). Tentu saja tidak semua alumni seperti itu, banyak para alumni justru membantu kebutuhan sekolah,” ujar Retno. 

NII di Sumbar: Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri menangkap 16 terduga teroris jaringan Negara Islam Indonesia (NII) di Sumatera Barat (Sumbar) pada Jumat (25/3/2022). Mereka diduga aktif merekrut anggota baru. Bahkan, menyasar anak-anak yang terlilit masalah ekonomi, kesulitan belajar, kurang perhatian dari orang tua, hingga kurang memahami agama.

Baca Juga:

Penyebab Anak-anak Mudah Terpapar Radikalisme 

Densus 88 Tangkap 16 Tersangka Teroris di Sumbar

Orang yang Aktif di Sosmed Mudah Terpapar Radikalisme

Share: Penyebab Anak-anak Mudah Terpapar Radikalisme