Isu Terkini

Anak-anak Idap Ulkus Kornea Diduga Imbas Debu Batu Bara di Jakut

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali menerima laporan warga rusun Marunda Jakarta Utara terkait dampak pencemaran abu batu bara terhadap kesehatan anak-anak. 

Ditemukan dua kasus dengan diagnose Ulkus Kornea yang duga kuat akibat pencemaran Marunda. Yaitu, ananda Sy, seorang perempuan berusia 6 tahun dan BA, laki-laki berusia 20 tahun. Diketahui, total ada 3 kasus ulkus kornea di Marunda. Bahkan, 2 di antaranya dialami anak di bawah umur. 

Ulkus kornea: Ulkus kornea merupakan luka terbuka pada kornea yang umumnya disebabkan infeksi. Kondisi ini disebut juga keratitis dan tergolong kondisi darurat medis. Jika tidak segera ditangani, ulkus kornea dapat sebabkan kebutaan. 

Kondisi itu sempat dialami oleh ananda R (9 tahun) sehingga harus ganti kornea mata melalui donor mata sehat. Hingga saat ini, ananda R masih berobat jalan pasca operasi ganti kornea mata, R juga harus menggunakan kacamata. 

Penyebab: Ulkus kornea dapat disebabkan cedera langsung ke mata, serta infeksi bakteri, jamur, atau virus. Gejala ulkus korea berupa mata kemerahan, sakit mata, air mata berlebihan, sensasi benda asing di mata, dan pandangan memburuk atau kabur. Bahkan, peradangan pada lapisan terluar mata sebabkan nyeri. 

“Bisa dibayangkan ketika anak usia 6 tahun harus mengalami semua rasa sakit dan nyeri tersebut,” tutur Retno dalam keterangan tertulis, Jumat (1/4).

Penyelidikan: Puskesmas Marunda turun ke lokasi Rusun Marunda untuk melakukan screening ke warga Rusun Marunda. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) DKI Jakarta sudah melakukan home visit ke Rusun Marunda untuk melakukan assesmen kepada ananda Sy, anak korban yang mengalami ulkus kornea. 

“Banyak warga Rusun Marunda mengira bahwa itu adalah aktivitas pemberian vaksin booster bukan screenin dan layanan kesehatan bagi warga Rusun Marunbda yang terdampak pencemaran abu batu bara. Hal ini harus menjadi refleksi dan evaluasi bagi Dinkes DKI Jakarta untuk melakukan sosialisasi dahulu sebelum turun lagi ke Rusun Marunda agar warga,” ujar Retno. 

Pencemaran belum berkurang: Pengurus Forum Rusun Marunda, kata dia, menyatakan pencemaran udara dari abu batu bara masih berlangsung hingga saat ini. Aktivitas bongkar muat dan pengangkutan batu bara di pelabuhan Marunda juga tidak berkurang. Truk pengangkut batu bara terus melintasi jalan raya sekitar Rusun Marunda pada siang hari tanpa ditutup terpal. 

“Menurut warga, pemandangan seperti itu terjadi setiap hari, sehingga sampai sekarang lantai-lantai rumah warga Rusun Marunda dan RPTRA (ruang publik terpadu ramah anak) serta semua permainan anak-anak, semuanya selalu terlapisi debu dan harus dibersihkan hingga 4 kali dalam sehari karena tertutup debu batu bara,” ucapnya.

Baca Juga:

Jokowi: Ekspor Naik Karena Kita Setop Jual Bahan Mentah 

Pemerintah Cabut Larangan Ekspor Batu Bara 

Jokowi Cabut Izin Usaha, Siapkan Ormas hingga Pesantren Ambil Alih 

Share: Anak-anak Idap Ulkus Kornea Diduga Imbas Debu Batu Bara di Jakut