Kepala Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Filippo Grandi mengungkapkan sebanyak satu juta warga Ukraina sudah meninggalkan negaranya dalam sepekan setelah Rusia menyerang negara tersebut.
“Hanya dalam tujuh hari, kami sudah menyaksikan eksodus satu juta pengungsi dari Ukraina ke negara-negara tetangga,” kata Grandi dalam cuitannya di Twitter, dikutip dari Antara.
Kondisi Ukraina: Dalam invasi tersebut, dikabarkan rumah-rumah warga sipil di kota Kharkiv, Ukraina, terus-menerus dibombardir dan terkena dampak dari serangan misil yang dilancarkan Rusia ke kota tersebut.
Sementara seluruh sistem kereta bawah tanah di kota itu juga beralih fungsi sebagai tempat perlindungan di mana orang-orang membawa semua barang yang dibutuhkan, tetapi banyak stasiun dalam kondisi kapasitas penuh.
“Bagi jutaan orang lainnya di dalam Ukraina, sudah waktunya bagi senjata untuk diam, sehingga bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan jiwa dapat diberikan,” ucap Grandi.
Jepang siap tampung: Dalam pemberitaan terpisah, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyatakan bahwa pihaknya siap untuk menampung pengungsi Ukraina.
“Untuk melanjutkan solidaritas dengan rakyat Ukraina, kami akan melanjutkan untuk menerima mereka yang mencari perlindungan di negara ketiga,” kata Kishida setelah sambungan telepon tersebut.
Koordinasi dengan G7: Kishida menambahkan bahwa fokus awal adalah kepada orang-orang dengan kerabat atau teman di Jepang.
“Untuk mendukung Ukraina dengan kuat, kami akan memperkuat koordinasi dengan G7 (Kelompok Tujuh negara-negara industri utama) dan masyarakat internasional,” katanya kepada awak media.
Laporan PBB: Sementara itu, kantor PBB untuk HAM pada Rabu (2/3/2022) mengonfirmasikan bahwa sebanyak 227 warga sipil tewas dan 525 yang terluka di Ukraina hingga 1 Maret menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Invasi Rusia belum mencapai tujuan Presiden Vladimir Putin yang ingin menggulingkan pemerintahan Ukraina.
Baca Juga:
Laporan PBB: 536 Warga Sipil Ukraina Jadi Korban Invasi Rusia