Beberapa waktu terakhir ini terjadi fenomena menarik di kalangan umat beragama Islam di Indonesia, di mana kegiatan ceramah yang biasa diisi oleh kyai-kyai atau penceramah senior, kali ini lebih banyak diisi oleh wajah kaum muda. Para penceramah muda ini memiliki porsi lebih banyak di panggung kajian-kajian agama dibandingkan dengan kyai-kyai atau penceramah senior lainnya, baik di televisi, radio maupun di internet.
Topik-topik yang dibahas para penceramah muda ini pun terbilang berbeda dengan topik-topik yang biasa diangkat oleh para penceramah senior pendahulunya, yang lebih suka membahas soal surga neraka, hubungan dengan tetangga, hutang piutang hingga tata cara membina rumah tangga supaya sakinah mawadah warahmah. Topik yang diangkat para penceramah muda ini bisa dibilang lebih dekat dengan kehidupan remaja muda, mulai dari pembahasan mengenai jomblo, bergaul namun tetap rajin shalat, hingga bagaimana tetap mengamalkan sunnah dalam pergaulan modern. Kemampuan berkomunikasi mereka pun patut diacungi jempol, mulai dari penggunaan istilah kekinian hingga bahasa yang lucu menjadi salah satu amunisi yang menarik untuk digunakan supaya lebih dekat dengan pendengarnya, yang mana mayoritas juga anak muda.
Para ustaz muda ini muncul seperti halnya anak muda lainnya, lengkap dengan hobi mereka yang kekinian, seperti bermain sepeda, memodifikasi motor hingga bermain skateboard. Cara mereka berpakaian juga tidak lepas dari kesan anak muda, seperti bercelana jeans, berkaos santai dan lebih memilih mengenakan topi kupluk dibanding peci ala penceramah konvensional. Selain soal hobi dan cara berpakaian, tercatat ada juga beberapa penceramah muda yang hadir dari masa lalu yang kelam, seperti mantan pengguna NAPZA hingga mantan narapidana. Namun, ada juga beberapa ustaz muda yang tercatat sebagai lulusan universitas Islam dari dalam dan luar negeri, seperti Evie effendi, Hannan Attaki, Ahmad al Habsyi, dan Khairi Fuady.
Ustaz Muda, Berdakwah Sesuai Dengan Selera Jemaah
Terkait hal ini, Asumsi menghubungi Khairi Fuady, seorang ustaz muda yang juga ketua pusat Syi’ar dan dakwah Da’i muda Al Mahabbah di Jakarta Selatan. Dalam keterangannya, Khairi mengakui bahwa materi dakwah yang populer memang bagus untuk menarik jemaah.
“Berdakwah dengan materi populer sangat bagus untuk masuk ke selera jamaah”, katanya.
Meski materi yang populer memang digemari, namun Khairi mengimbau agar ajaran-ajaran agama yang prinsipil tidak dinomorduakan.
“Ustaz muda punya kelebihan untuk menyelami keinginan kaum muda, tapi Jangan lupa yang prinsipil jangan ditinggal, misal kajian fikih shalat atau puasa. Ustaz juga harus tahu diri, jangan merasa banyak jamaah lalu kemudian berfatwa”. ujarnya lagi.
Ustaz Muda dan Fenomena Hijrah, Berjalan Beriringan?
Fenomena penceramah muda ini bisa dibilang datang bersamaan dengan gerakan hijrah yang ramai di kalangan anak muda dan selebritis akhir-akhir ini. Fenomena gerakan hijrah ini membuat banyak anak muda jaman sekarang tertarik untuk menekuni bidang agama, tanpa harus meninggalkan keseharian mereka dan terus mendalami hobi mereka. Menariknya, penceramah Islami dari kaum muda ini bermunculan hampir beriringan dengan gerakan hijrah.
Secara umum, semua sadar dan setuju bahwa hijrah anak muda dan penceramah muda ini merupakan sebuah fenomena sosial yang baik dan positif. Kemunculan keduanya memberikan pilihan baru pada anak muda untuk menjalani kehidupan yang positif, dekat dengan agama dan tetap berjiwa anak muda. Akhir kata, saya teringat dengan ucapan seorang kyai senior, KH. Mustofa Bisri, “dalam mengajak kebaikan, bersikaplah keras pada diri sendiri, dan lemah lembutlah pada orang lain, jangan sebaliknya”.