Komunitas Ngaji Budaya di Jepara menyatakan keresahan mereka terhadap kondisi demokrasi di tingkat desa yang dinilai semakin melupakan nilai-nilai budaya. Demokrasi desa yang seharusnya inklusif dan mewakili aspirasi masyarakat justru berkembang menjadi elitis, kolutif, dan tidak representatif.
Dalam forum diskusi yang diadakan oleh komunitas ini, para anggota menyuarakan keprihatinan mereka terhadap praktik politik yang semakin jauh dari nilai luhur budaya Jawa. Mereka menyoroti bagaimana pemimpin di sekitar mereka cenderung hanya mewakili kepentingan kelompok tertentu, mengabaikan partisipasi masyarakat luas, dan membiarkan demokrasi berkembang secara tidak sehat.
“Demokrasi desa kita semakin kehilangan rohnya. Nilai budaya yang menjunjung tinggi gotong royong, musyawarah, dan keadilan telah tergantikan oleh praktik elitis dan kolutif. Ini membuat masyarakat merasa tidak terwakili dalam pengambilan keputusan yang seharusnya menjadi hak bersama,” ujar salah satu perwakilan komunitas, Sauma Attaka.
Komunitas Ngaji Budaya juga menaruh harapan besar pada Pilkada Jawa Tengah 2024 sebagai momentum perubahan. Mereka mendorong pelaksanaan pemilu yang adil, bersih, dan menjaga netralitas. Menurut mereka, pemimpin yang terpilih harus mampu menjadi teladan dalam mengembalikan demokrasi berbasis nilai-nilai budaya.
“Pilkada adalah cerminan demokrasi kita. Jika sejak awal tidak adil serta penuh kecurangan, maka dampaknya akan sangat besar, terutama di desa-desa. Kami berharap calon pemimpin dan penyelenggara pemilu menjaga integritas mereka agar demokrasi dapat berjalan sesuai nilai-nilai luhur budaya,” tambah Attaka.
Komunitas ini juga mengajak masyarakat Jepara untuk aktif berpartisipasi dalam pemilu dan Pilkada. Partisipasi masyarakat dinilai penting untuk mencegah praktik politik yang tidak sehat, seperti politik uang, intervensi aparat pemerintah, dan kolusi.
“Ini bukan hanya tugas pemerintah atau calon pemimpin, tetapi tugas kita semua. Demokrasi yang representatif membutuhkan masyarakat yang sadar dan terlibat aktif. Kembali pada nilai-nilai budaya kita adalah kunci untuk menciptakan sistem yang lebih adil,” katanya.
Komunitas Ngaji Budaya berharap suara mereka dapat menjadi pengingat bagi semua pihak untuk mengembalikan demokrasi ke jalur yang lebih bermartabat, adil, dan inklusif.
Baca Juga:
Anak Muda Jepara Baca Puisi Wiji Thukul: Tuntaskan Pelanggaran HAM Pak!
Banding Diterima, Aktivis Lingkungan Karimunjawa Daniel Frits Bebas
Dinilai Terbukti Langgar UU ITE, Aktivis Lingkungan Karimunjawa Divonis 7 Bulan Penjara