Pemerintah Inggris memberikan suaka politik terhadap Lee Hsien Yang, putra bungsu pendiri negara Singapura modern, Lee Kuan Yew, pada Agustus tahun ini. Melalui unggahan di akun Facebook miliknya, Lee menyatakan dirinya telah mengajukan suaka politik ke Inggris sejak 2022 lalu akibat apa yang diklaimnya sebagai penganiayaan oleh Pemerintah Singapura.
Lee mengaku dianiaya oleh Pemerintah Singapura yang sempat dipimpin kakak laki-lakinya, Lee Hsien Loong selama dua dekade dan baru berakhir pada Mei lalu. Lee dan saudara perempuannya, Lee Wei Ling, yang meninggal pada 9 Oktober ini, telah bertahun-tahun berseteru dengan mantan Perdana Menteri Singapura dua dekade itu.
“Serangan Pemerintah Singapura terhadap saya ada dalam catatan publik. Mereka menuntut putra saya, membawa proses disipliner terhadap istri saya, dan meluncurkan penyelidikan polisi palsu yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, ” tulis Lee melalui unggahan di Facebook, pada Selasa (22/10/2024), seperti dikutip melalui Al Jazeera.
“Atas dasar fakta-fakta ini, Inggris telah menentukan bahwa saya menghadapi risiko penganiayaan yang beralasan dan tidak dapat dengan aman kembali ke Singapura,” tambahnya.
Dipicu Masalah Rumah
Keretakan hubungan kakak-beradik itu dipicu ketidaksepakatan tentang nasib rumah ayah mereka setelah kematiannya pada tahun 2015 silam. Lee Hsien Yang dan saudara perempuannya, Lee Wei Ling, menuduh saudara laki-laki tertua mereka menyalahgunakan kekuasaannya untuk menghentikan mereka untuk menghancurkan rumah keluarga sesuai dengan keinginan sang ayah, Lee Kuan Yew.
Lee Hsien Loong berpikir menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap rumah itu, termasuk berpotensi mempertahankannya sebagai landmark warisan.
Sementara itu, Pemerintah Singapura menepis klaim penganiayaan terhadap Lee. Channel News Asia (CNA) melaporkan, mereka menganggap klaim penganiayaan yang dialami Lee sebagai hal yang tidak berdasar.
Dalam kesempatan berbeda, The Guardian menerbitkan sebuah wawancara dengan Lee Hsien Yang pada hari yang sama. Dalam laporan itu, Lee sangat mengkritik Pemerintah Singapura terkait aksi mereka yang dituding memfasilitasi pencucian uang.
“Ada kebutuhan bagi dunia untuk melihat lebih dekat, untuk melihat peran Singapura sebagai fasilitator utama untuk perdagangan senjata, untuk uang kotor, untuk uang narkoba, uang kripto, ” kata Lee.
Pemerintah Singapura mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa laporan Guardian itu tidak berdasar. Pemerintah negara-kota itu mengklaim memiliki sistem yang kuat untuk mencegah dan mengatasi pencucian uang dan aliran keuangan ilegal lainnya sesuai standar internasional.
Baca Juga:
Kota Surabaya Raih Penghargaan Lee Kuan Yeuw World City Prize 2018
Soal Reklamasi, Kita Bisa Belajar dari Singapura atau Korea Selatan
Mengenal Wajib Militer Singapura yang Tewaskan Aktor Aloysiung Pang