Thailand telah menjadi negara pertama di Asia yang mencabut ganja dari daftar zat terlarang dan mengizinkan orang menanam ganja di rumah. Ini perubahan kebijakan besar di negara yang telah lama dikenal dengan kontrol obat yang keras.
Bebaskan tahanan: Disisi lain, kebijakan dekriminalisasi ganja berdampak pada pembebasan tahanan. Sebanyak empat ribu tahanan akan dibebaskan.
“Sekitar 4.000 tahanan yang menjalani hukuman penjara karena kejahatan terkait ganja akan segera dibebaskan dan catatan kriminal mereka untuk pelanggaran tersebut akan dihapus,” ujar Menteri Kesehatan dan Wakil Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul, dilansir dari ABC.
Peruntukan ganja: Ia mengumumkan kebijakan baru itu pertama kali pada 2021 lalu. Ia mengatakan, ganja akan diperbolehkan ditanam di rumah untuk keperluan rumah sakit, fasilitas penelitian, hingga produksi makanan atau kosmetik.
Di bawah undang-undang baru, ganja dengan THC (tetrahydrocannabinol) rendah atau minimal 0,2% dianggap legal mulai mulai Kamis (9/6/2022).
Penerapan aturan: Dalam posting Facebook terpisah awal bulan ini, Anutin mengatakan kebijakan itu difokuskan pada “penggunaan kesehatan dan medis, bukan pada hiburan”.
Menurut Anutin, tidak seperti alkohol dan rokok, ganja memiliki manfaat jika digunakan dengan bijak. Perubahan undang-undang itu tidak dimaksudkan untuk memungkinkannya digunakan untuk memabukkan. Hukuman untuk menciptakan ‘gangguan publik’ dengan penggunaan rekreasi akan tetap berlaku.
Pelanggar yang dilaporkan ke pihak berwenang dapat menghadapi hukuman penjara hingga tiga bulan atau denda hingga 25.000 baht.
Bisnis ganja: Seorang pengusaha ganja di Bangkok, Kitty Chopaka, mengaku akan mulai menjual bunga ganja di tokonya pada Sabtu (11/6/2022). Chopaka, yang menjual permen karet yang mengandung terpene, mengatakan, tanaman itu akan menjadi sebebas bawang putih, seperti cabai.
“Tetapi bukan berarti tidak ada aturan. Artinya aturan sedang dalam proses… tergantung berapa lama waktu yang dibutuhkan di parlemen,” ucapnya.
Sebuah undang-undang yang komprehensif untuk mengatur ganja belum disahkan parlemen.
Bisnis ganja dan rami swasta yang didirikan dalam beberapa tahun terakhir, kata dia, tidak dapat terdaftar di bursa saham Thailand, sehingga menghambatnya untuk menarik investasi. Apalagi, membangun infrastruktur untuk ekstraksi ganja itu mahal – menelan biaya 100-300 juta baht ($4-12 juta) –, serta pertumbuhan industri dan pasar ekspornya terhambat.
Baca Juga:
Thailand Akan Bagi-bagi 1 Juta Bibit Ganja Gratis