Pfizer Inc. mengonfirmasi pil antivirus untuk COVID-19 berhasil memangkas tingkat rawat inap dan kematian hampir 90 persen orang dewasa yang berisiko tinggi.
Awal Mula: Para peneliti di seluruh dunia sejak awal pandemi tahun lalu berlomba untuk menemukan pil yang dapat mengobati COVID-19 dan dapat dibawa pulang. Pil tersebut digunakan untuk meredakan gejala, mempercepat pemulihan, dan meringankan waktu rawat inap.
“Pil antivirus COVID-19 akan menjadi kemajuan yang sangat penting bila dimiliki dalam waktu dekat,” ujar Kepala Divisi Penyakit Menular dari University of Pittsburgh, John Mellors, dikutip dari AP News.
89 Persen: Pfizer telah merilis hasil awal studinya kepada 775 orang dewasa. Pasien yang menerima pil antivirus menunjukkan hasil penurunan gejala COVID-19 yang signifikan menjadi 89 persen dalam tingkat rawat inap dan kematian setelah sebulan.
Peserta yang diteliti tidak divaksinasi, mengalami gejala COVID-19 ringan hingga sedang, dan orang-orang yang berisiko tinggi untuk dirawat inap karena obesitas, diabetes, atau penyakit jantung. Pengobatan dimulai dalam 3 hingga 5 hari dari gejala awal dan akhirnya pasien menunjukkan hasil yang sedikit lebih baik.
Mendorong Pengesahan: Pfizer mendorong Food and Drug Administration (FDA) dan regulator internasional untuk mengesahkan pil sesegera mungkin, setelah para ahli independen menghentikan studi perusahaan berdasarkan hasil kekuatannya.
Setelah Pfizer berlaku, FDA dapat membuat keputusan dalam beberapa minggu atau bulan.
Molnupiravir: Pil Merck yakni molnupiravir merupakan obat yang serupa cara kerjanya sama dengan pil Pfizer. Pil Merck berhasil memangkas tingkat rawat inap dan kematian sebesar 50 persen.
Pil Merck memang sudah diproses lebih jauh oleh Amerika, tetapi pil Pfizer dapat mengambil manfaat dari sisi keamanan yang lebih sedikit tanda bahanya. Wanita hamil tidak dapat menggunakan pil Merck karena berpotensi resiko cacat lahir, sedangkan pil Pfizer tidak memilki batasan serupa.
Baca Juga