Menteri luar negeri Amerika Serikat era Presiden George W.
Bush, Colin L. Powell (84) dikabarkan meninggal dunia akibat komplikasi multiple myeloma dan Covid-19 yang menyerang
kekebalan tubuhnya.
Powell diketahui sudah menerima vaksinasi Covid-19 lengkap.
Hal ini pun menguak fakta bahwa vaksin Covid19 ternyata kurang efektif
memproteksi penderita kanker yang terpapar virus mematikan ini.
Kanker Plasma Darah
Melansir The New York Post, pihak keuarga Powell memastikan bahwa mantan pejabat negeri adidaya
ini, sudah divaksin Covid-19.
“Beliau meninggal dunia karena kompilkasi Covid-19. Dia
sudah menerima vaksin lengkap,” kata seorang juru bicara keluarganya.
Powell juga hampir menerima suntikan booster vaksin pada pekan lalu. Namun, suntikan booster ditunda karena ia mendadak
sakit. Bukan cuma menderita kanker, Powell juga dilaporkan tengah
menjalani perawatan untuk stadium awal penyakit Parkinson.
Adapun multiple
myeloma merupakan kanker yang terbentuk dalam jenis sel darah putih yang
disebut sel plasma, atau kanker plasma darah.
Layak Dapat Booster
Powell diketahui menjalani perawatan penyakitnya itu selama
kurang lebih 2 tahun ke belakang. Namun, kondisi fisiknya menyerah dan membuat
ia meninggal dunia.
Sebagai pasien kanker darah, bahkan yang berhasil diobati,
Powell dinyatakan memenuhi syarat mendapatkan dosis vaksin mRNA dan mungkin tidak memiliki respons kekebalan normal dari
suntikan awal.
Menurut pejabat kesehatan AS dalam laporan The Washington Post, mengatakan,
suntikan booster harus dipandang
sebagai cara bagi pasien ini untuk menyelesaikan imunisasi awal.
“Kanker darah termasuk dalam sejumlah keadaan penyakit
yang memerlukan suntikan vaksin dosis ketiga,” demikian disampaikan Komite
Bersama untuk Vaksinasi dan Imunisasi di Inggris (JCVI).
Efektivitas Vaksin
Menyikapi hal ini, Guru Besar Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, pasien kanker
termasuk dalam kategori orang yang bisa mendapatkan vaksin Covid-19.
Akan tetapi menurutnya, hal yang menjadi masalah utama bukan
pada aman atau tidaknya vaksin bagi pasien kanker, melainkan efektivitasnya.
Efektivitas vaksin khususnya bagi pasien dengan gangguan
imunitas, memang perlu menjadi perhatian. Ia mengutip tulisan di Cancer Therapy Advisor pada 31 Agustus
2021 yang dikaitkan dengan persoalan ini.
“Berdasarkan penelitian, pasien dengan keganasan hemotologi
(kanker darah) memang mendapatkan respons kekebalan lebih rendah sesudah
divaksin Covid-19, dibanding dengan pasien dengan kanker padat,” jelasnya
seperti dikutip dari Antara, Selasa
(19/10/2021).
Ia menuturkan, sejumlah jenis pengobatan kanker seperti
kemoterapi, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, stem cell, dan imunoterapi
dapat mempengaruhi imunitas tubuh. “Sehingga, vaksin menjadi relatif
kurang efektif,” ucapnya.
Prokes Ketat
Kurang efektifnya vaksin Covid-19 bagi penderita kanker pun,
disampaikan lewat penelitian yang diterbitkan kajiannya pada Juli lalu. Penelitian menunjukkan, sekitar satu dari empat pasien
dengan kanker darah tidak terdeteksi menghasilkan antibodi setelah diberikan
vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Meski demikian, hasilnya bervariasi tergantung pada jenis kanker yang diderita
pasien.
Kepala medis di Leukemia & Lymphome Society, Gwen
Nichols, memperkirakan ada sekitar 1,3 juta orang hidup dengan kanker darah
atau menjadi penyintas penyakit ini.
Maka, dirinya menyarankan bagi peyintas kanker darah yang
sudah divaksinasi, harus berperilaku seperti belum mendapatkan suntikan vaksin
Covid-19.
“Protokol kesehatan ketat harus senantiasa diterapkan
mereka mulai dari menghindari keramaian, mengenakan masker, dan rutin mencuci
tangan,” ujarnya.
Meski demikian, vaksinasi Covid-19 yang diterima Powell
sebelum meninggal, mampu melindungi dari infeksi lanjutan akibat penyakit yang
diidapnya.
Adapun vaksinasi booster
alias suntikan dosis ketiga tetap diperlukan bagi penderita kanker untuk
mempertebal proteksi imun mereka.