General

Studi Ungkap Dampak Fenomena Gated Community di Jabodetabek

Admin — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi: Afif Kusuma/ Unsplash

Tim peneliti Universitas Gadjah Mada mengungkap potensi konflik dari kemunculan gated community di Jabodetabek. Mereka mengatakan potensi itu muncul lantaran fenomena itu mengakibatkan ketimpangan spasial dan berdampak pada munculnya sentimen-sentimen.

Penelitian dilakukan di Kelurahan Bencongan, Tanggerang, Banten, pada Juni 2021. Kelurahan tersebut dinilai sebagai kelurahan yang telah menjadi wilayah tujuan pembangunan pemukiman masyarakat sejak dahulu.

Studi dilakukan lewat literatur, observasi langsung ke lapangan, serta wawancara tokoh-tokoh masyarakat yang mewakili RW gated community, RW perumnas (perumahan nasional), serta RW kampung kota.

Hasil studi

Melansir situs UGM, peneliti membeberkan bahwa ketimpangan spasial tidak terhindarkan lagi di Jabotabek. Salah satu faktor yang mendorong munculnya masalah itu adalah perbedaan pendapatan antar masyarakat.

Peneliti menjelaskan perbedaan pendapatan telah menciptakan adanya pemukiman warga dengan kondisi yang elite, rapi, asri, serba ketercukupan fasilitas publiknya (gated community), dan ada pula pemukiman dengan kondisi yang berbeda 180 derajat (kampung kota).

Penelitian itu juga menemukan bentuk pemukiman tersebut terpisahkan oleh “pagar” yang tercipta dari pembangunan pemukiman gated community. Dampaknya, isolasi interaksi antar masyarakat di dunia kondisi pemukiman tersebut pun tidak bisa juga terelakkan.

“Ketimpangan spasial ini diperburuk pula oleh adanya isolasi interaksi yang memicu sentimen dan dapat membesar menjadi konflik,” ujar Akmal Hafiudzan, salah seorang yang terlibat dalam penelitian itu.

Akmal dkk menyampaikan studi literatur menemukan bahwa kemunculan gated community dimulai sejak adanya perubahan peraturan Badan Pertahanan Nasional tentang pembangunan perumahan swasta pada tahun 1990-an.

Perubahan peraturan tersebut memungkinkan berdirinya perumahan elite dengan lokasi startegis. Akibatnya, terbangun beberapa gated community, di Jabodetabek, termasuk Kelurahan Bencongan sampai saat ini. Wilayah lain yang tidak tidak dibangun perumahan elite tersebut kemudian terbangun perumnas, serta wilayah lainnya lagi menjadi kampung kota. 

Melalui observasi dan wawancara ke lapangan, Akmal dkk juga menemukan adanya sentimen negatif yang beredar di tengah masyarakat. Masyarakat gated community menganggap masyarakat di luar mereka sebagai sumber kejahatan. Sedangkan, masyarakat luar gated community menganggap masyarakat yang tinggal di pemukiman elite adalah orang-orang yang apatis.

Setelah dianalisis lebih mendalam, sentimen itu dinilai bisa memperbesar kemungkinan terjadinya miskomunikasi antar masyarakat. Berdasarkan catatan, para peneliti sebenarnya sudah menemukan konflik antara masyarakat gated community dengan kampung kota karena miskomunikasi tersebut.

Rekomendasi

Para peneliti berharap studi tersebut bisa menjadi rujukan dalam memecahkan persoalan kebijakan tata kota. Pemerintah diminta dapat memperhatikan fenomena ketimpangan dalam pemukiman warga tersebut guna menciptakan kesejahteraan untuk semua orang.

“Selain itu, menanggapi adanya isolasi interaksi di antara masyarakat, pemerintah juga diharapkan dapat menjadi pemersatu. Pemerintah pun diharapkan menjadi pihak yang dapat memediasi friksi dan konflik yang sekarang telah rentan terjadi dalam masyarakat,” kata para peneliti.

Share: Studi Ungkap Dampak Fenomena Gated Community di Jabodetabek